Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gonta-ganti Kurikulum Akankah Menyelamatkan Generasi?

Topswara.com -- Sudahlah tidak menyelesaikan masalah, perubahan kurikulum pendidikan malah menimbulkan masalah baru. Lebih parahnya lagi, banyaknya tuntutan kehidupan dan beban yang berat hingga maraknya bunuh diri yang jelas haram di dalam Islam. 

Faktanya, sejak Indonesia merdeka pemerintah melakukan 11 kali perubahan kurikulum. Ternyata belum mampu mencetak generasi yang kuat, karena kurikulum yang diterapkan tidak berlandaskan Islam. 

Mereka hanya belajar untuk sukses demi mendapatkan uang yang akhirnya menjadi budak para pengusaha. Sehingga menghasilkan generasi yang lemah, rentan stres dan akhirnya bunuh diri. Sungguh sangat memprihatinkan.

Adanya kasus bunuh diri mahasiswi berinisial S (18) yang diduga karena stres akibat tugas kuliah misalnya, mengagetkan kita betapa rapuhnya fondasi keimanan dan ketakwaan. Padahal, orang yang melakukan bunuh diri akan masuk neraka dan disiksa dengan alat atau cara yang digunakannya. Hal ini menunjukkan gagalnya sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga perlu kita sikapi dengan serius.

Kita meyakini bahwa selama peradaban barat memimpin dunia dengan asas batil yang memisahkan agama dari kehidupan, maka kerusakan makin merajalela. Akibatnya generasi muda hanya fokus mencari nilai di atas kertas dan miskin ketakwaan, belum lagi arus kehidupan yang hura-hura membuat mereka kehilangan arah, hidup hanya mencari kepuasan materi belaka, beragama hanya sekadar formalitas.

Berbeda dengan pendidikan dalam sistem Islam yang menjadikan akidah Islam sebagai asas kurikulum pendidikan. Tujuannya untuk mencetak generasi yang berkepribadian Islam, dengan pola pikir Islam dan pola sikap Islam. Selain itu, juga memiliki penguasaan terhadap ilmu agama, menguasai ilmu sains dan teknologi, serta kreatif dan inovatif, dan memiliki jiwa kepemimpinan, sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi kuat yang berkontribusi demi kemaslahatan manusia.

Dengan demikian, kurikulum berbasis akidah Islam akan menjadi fondasi yang kokoh. Sebab, pemahaman terhadap akidah Islam akan membentuk generasi yang bertaqwa, alhasil ganti kurikulum bukan solusi, selama asas dari kurikulum tersebut adalah asas batil yang memisahkan agama dari kehidupan.

Saatnya mengarahkan umat pentingnya kurikulum berbasis akidah Islam, pembentukan kepribadian Islam dan pentingnya politik pendidikan yang berbasis Islam. Hanya saja, semua ini akan bisa dilakukan ketika Islam diterapkan oleh negara, bahwa fungsi negara adalah mengurus dan menjaga rakyatnya. 

Sehingga, para penguasa sadar kelak akan dimintai pertanggung jawaban sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Setiap kalian adalah pemimpin (pengurus) dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban. Maka seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR Bukhari).

Tidak ada cara lain untuk mewujudkan tegaknya kehidupan Islam kecuali hanya dengan dakwah. Jika tidak dakwah kita akan binasa, karena dakwah kita menjadi umat terbaik, karena dakwah Allah puji kita setinggi langit.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 110).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

Maka berdakwahlah karena Allah, menulislah untuk menyampaikan Islam. Ingatlah, tulisan opini itu akan menjadi amal jariyah. Sungguh besarnya pahala dan keutamaan akan menjadi pengingat untuk terus menulis demi kemuliaan Islam.

Alhasil solusinya hanyalah Islam, sudah selayaknya kita meninggalkan jalan hidup barat, karena asas batil yang memisahkan agama dari kehidupan membuat hidup kita menjadi sengsara. Sudah saatnya pula kita terus berdakwah untuk mengajak umat hidup dalam naungan Islam, maka menulislah karena Allah menulislah untuk peradaban Islam.


Oleh: M. Ahmadi
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar