Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Fitrah Keibuan Redup, Akibat Beban Hidup Kian Berat

Topswara.com -- Perempuan sejatinya adalah dilahirkan dari seorang ibu, demikian pula kelak semua perempuan akan dan ingin menjadi seorang ibu. Fitrah keibuan sudah melekat dalam diri perempuan karena fitrah perempuan yang diciptakan untuk saling berkasih sayang, mencurahkan perhatian terhadap anak-anaknya. 

Menjadi seorang ibu memang tidak mudah, sebab semua diperlukan ilmu sebelum mengurangi bahtera rumah tangga. Sebagimana ungkapan Imam Al-Ghazali, “Didiklah anakmu 25 tahun sebelum ia lahir.”

Namun apa jadinya jika fitrah keibuan redup bahkan sirna melekat dalam diri seorang ibu? Ketidakwarasan bisa saja menimpa seorang ibu disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang mendominasi terjadi dalam sistem yang rusak ini adalah beratnya beban hidup yang harus dipikul seorang ibu. 

Beban hidup jika diurai juga banyak ragamnya dari kebutuhan hidup dalam hal ini faktor ekonomi hingga pengaruh eksternal yang mampu mempengaruhi mental seorang ibu. Banyak kejadian yang akhirnya terjadi wujud terganggunya mental seorang ibu sehingga melakukan hal-hal di luar nalar manusia. 

Terdengar kabar yang mengiris hati yang menghebohkan warga setempat. Seorang ibu berinisial NA, 22 tahun pelaku pembunuhan anak kandungnya yang berusia 9 bulan asal Kecamatan Lunyuk, Hasil tes psikologi, pelaku dinyatakan alami depresi berat (kicknews.today 7/2/2024). 

Sumber berita yang berbeda, dinyatakan alasannya. Pelaku mengaku sakit hati dengan ibu kandungnya yang suruh masak pas posisi lagi menyusui korban. Sehingga terjadi keributan diantara mereka dan pelaku ini kabur bawa korban ke sungai. Sampai di sungai, pelaku langsung membuang korban. Kain gendongan dibuang di pinggir sungai tempat pelaku membuang korban (jppn.com 02/02/24).

Ibu ini dikabarkan mengalami gangguan kejiwaan, pada kasus yang lain bulan sebelumnya. Gangguan kejiwaan seorang ibu dibiarkan hidup bersama anaknya tanpa pengawasan yang menjadi tanda tanya. 

Kejiwaan yang dimaksudkan karena tertekan dalam hidup, ibu dalam kondisi tidak stabil kemudian dibebankan hal-hal yang belom mampu dilakukan. Innalilahi, ucapan yang terucap secara spontan ketika mendengar kabar ibu yang mana fitrah keibuannya sudah redup bahkan hilang. 

Memperbaiki mental seorang ibu memang haruslah diberikan oleh orang-orang terdekat lebih utama. Kondisi saat tidak stabil membuat seorang ibu ini yang mampu memicu melakukan hal-hal yang tidak disadari. 

Fitrah keibuan tergadaikan akibat tingginya beban hidup seorang ibu. Berbagai kasus kita belajar untuk menyelesaikan permasalahan apa yang mendasari sehingga hal-hal yang di luar nalar bisa terjadi pada seorang ibu. 

Tentu ada banyak faktor yang berpengaruh dalam hal ini. Yaitu lemahnya ketahanan iman yang dimiliki seorang ibu, selanjutnya tidak berfungsinya keluarga sehingga ibu juga terbebani pemenuhan ekonomi, serta lemahnya kepedulian masyarakat yang hanya memikirkan individu masing-masing, dan tidak adanya jaminan kesejahteraan negara atas rakyat individu per individu.

Faktor-faktor penyebab itu ketika diurai satu persatu akan ada titik terang untuk menyelamatkan fitrah ibu. Beban hidup berkaitan dengan ketahanan iman disebabkan ilmu Islam yang dimiliki kurang sehingga tidak menopang keimanan yang kuat ketika diberikan amanah anak. Beban hidup selanjutnya ketika fungsi utama pencari nafkah dialihkan kepada ibu yang mana peran utamanya terbaikan. 

Belum cukup dengan demikan masyarakat tidak peduli bahkan menjadi bagian dalam menekan beban hidup ibu tidak saling peduli dan mengayomi. Terkahir yang lebih utama sehingga merangkul berbagai faktor sebelumnya adalah jaminan kesejahteraan yang wajib diberikan oleh negara untuk setiap rakyatnya per indivudu. 

Semua itu tentunya erat kaitannya dengan sistem yang diterapkan oleh negara. Ketika sistem rusak yang masih diterapkan peran ibu akan tetap terombang-ambing yang mampu mengguncang fitrah keibuan hingga redup. 

Sangat dibutuhkan perubahan sistem yang rusak menuju sistem yang lebih baik yang mana sistem yang mengembalikan segalanya pada fitrah ibu. Sistem yang lebih baik itu dapat ditemukan dalam sistem Islam. Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan Ibu dan anak melalui berbagai mekanisme.

Mekanisme itu baik dalam hal mengedukasi ibu akan peran utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Sehingga ketika diberikan amanah anak mampu menjaga dan mendidiknya. 

Pemahaman tentang jalur nafkah bahwa perempuan tidak dibebankan untuk mencari nafkah karena tugas utama itu ada di pundak laki-laki. 
"...Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut..." (Al-Baqarah : 233).

Dukungan masyarakat tentu sangat dibutuhkan, dalam sistem yang paripurna dengan sendirinya ketakwaan individu itu tumbuh sehingga kepedulian antar sesama juga ada. 

Negara Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan ketersediaan dana untuk mewujudkannya. Sehingga laki-laki ketika akan memenuhi kewajibannya akan disediakan oleh negara. 

Wallahua'lam bi shawab.


Oleh: Sri Rahmayani, S.Kom.
Aktivis Pemerhati Perempuan dan Generasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar