Topswara.com -- Pengemban dakwah yang berjuang untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, sesungguhnya ia telah mengambil posisi sebagai pusat kepemimpinan. Agar seorang pemimpin meraih keberhasilan di dalam memimpin umat, ia harus berupaya membangun sifat berani, konsisten, dan berilmu.
Ketiga sifat tersebut berkaitan erat dengan ilmu dan bagian dari ilmu adalah pemahaman terhadap pemikiran (fikrah) dan metode perjuangan (thariqah) yang dijalaninya. Karena pemahaman terhadap pemikiran dan metode serta kaitan antara keduanya adalah unsur mendasar di dalam kesuksesan dakwah.
Aktivitas mengemban dakwah adalah aktivitas yang produktif di dalam mewujudkan satu tujuan, oleh karena itu para pengemban dakwah harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan kaidah kausalitas (kaidah sebab akibat).
Jalan berakidah, beramal syariat, dan bergerak dalam dakwah yang telah digariskan Rasulullah SAW adalah jalan lurus yang wajib diikuti. Sesuai dengan firman Allah SWT:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٥٣
“(Yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Ikutilah ia dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perintahkan agar kalian bertakwa.” (QS. al-An’am [6]: 153).
Salah satu sebab sampainya dakwah kepada umat adalah kemudahan pemikiran Islam diterima dan itu berkaitan dengan penguasaan bahasa. Bahasa adalah bejana bagi pemikiran, sebab bahasa merupakan sarana mendasar di dalam memahami dan mengajarkan pemikiran.
Bahasa senantiasa menjadi alat untuk menyalurkan pemikiran dan mengungkapkan perasaan. Karena itu, kemampuan bahasa berperan besar bagi sampainya pemikiran. Kemampuan bahasa sangat dibutuhkan oleh para pengemban dakwah, sebab bahasa tidak sebatas mampu memberikan pemikiran dan informasi pada individu dan mentransfernya pada orang lain, tetapi bahasa juga mampu menjadi sarana di dalam membangkitkan perasaan orang lain dan mendorong mereka untuk mengamalkannya.
Jika pengaman dakwah menguasai bahasa, maka ia akan mampu mengungkapkan segala sesuatu yang tersimpan di dalam otaknya, baik berupa pemikiran, pandangan maupun perasaan yang bergolak di dalam jiwanya.
Dengan bahasa pula pengemban dakwah bisa mengungkap semua itu secara mendalam dan membekas. Alhasil, pengemban dakwah akan mampu mentransfer pemahamannya kepada orang lain dan pada akhirnya akan menjadi pemahaman mereka juga.
Benar bahwa pengemban dakwah Islam, melalui tingkah lakunya yang senantiasa terikat dengan Islam akan membuat dia laksana Islam yang berjalan di muka bumi. Tingkah lakunya ini akan memberikan pengaruh pada masyarakat tempat dia hidup, tetapi untuk mentransfer berbagai pemikiran kepada masyarakat secara jelas dan membekas, dia perlu menjelaskannya melalui bahasa.
Sebab perilaku saja tidak cukup untuk mewadahi penjelasan. Di sinilah pentingnya para pengemban dakwah harus tekun menghadiri pembinaan dan forum-forum diskusi, serta merespon dengan benar sesuai pemikiran Islam pada saat mereka berdiskusi dengan umat, gunanya adalah untuk melatih kemampuan bahasa pada dirinya di dalam mengemban dakwah.
Semoga dengan upaya terbaik yang dicurahkan pengaman dakwah di dalam mengemban dakwah, akan mendekatkan datangnya pertolongan Allah SWT dengan segera hadirnya kehidupan Islam di tengah-tengah umat.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh. Sumariya
Aktivis Lisma Bali
0 Komentar