Topswara.com -- Akun channel YouTube Dirty Vote dalam waktu kurang dari dua hari setelah menayangkan film dokumenternya (11/02/24), sudah ditonton lebih dari 6,5 juta orang. Film berdurasi 1 jam 57 menit ini, “menelanjangi” seperti apa kecurangan rezim pada proses pemilu 2024 kali ini.
Adanya kecurangan rezim pada pemilu 2024 sehingga begitu sangat yakin di awal pemutaran film, disampaikan oleh salah satu narasumbernya yang bahkan dengan berani mengatakan, "tolong, jadikan film ini sebagai landasan untuk anda melakukan penghukuman”.
Terlepas dari benar tidaknya kecurangan rezim yang terjadi pada proses pemilu 2024, pada film dokumenter Dirty Vote didokumentasikan banyak kecurangan yang mencengangkan termasuk diantaranya fakta yang terjadi yakni dimulai pada menit ke 45, detik ke 20 diperlihatkan bahwa ada beberapa fasilitas negara yang dipergunakan untuk berkampanye dimana kampanye salah satu calon presiden, sementara saat ini posisinya adalah sebagai pejabat negara yang merupakan bagian dari penguasa yang berkuasa saat ini.
Melihat hal ini, sebagai seorang muslim kita bertanya, bolehkah seorang penguasa menggunakan fasilitas negara demi kepentingan pribadi dan golongannya? Bukankah menggunakan fasilitas negara demi kepentingan pribadi dan golongannya adalah merupakan penghianatan terhadap amanah kepemimpinannya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani dikatakan, “Sesungguhnya nanti akan ada di tengah-tengah kalian yakni para pemimpin setelahku, mereka (para pemimpin ini) menasihati orang dengan penuh hikmah, tetapi saat mereka ini sudah turun dari mimbar-mimbar (mereka), kemudian (mereka) berlaku culas, hati mereka (para pemimpin ini) lebih busuk dari bangkai. Maka, siapa saja yang (sengaja) membenarkan (kebohongan) mereka, dan juga siapa saja yang membantu kesewenang-wenangan mereka (para pemimpin), maka aku (Nabi Muhammad SAW) bukanlah dari golongan mereka, dan (begitu juga) mereka (para pemimpin ini) bukan dari golonganku, dan (mereka) tidak akan dapat masuk telagaku. ...”
Selain itu hadis berikutnya diriwayatkan dari Imam Muslim, "Sesungguhnya kepemimpinan itu adalah sebuah amanah, yang mana kelak di yaumil qiyamah (hasil kepemimpinan) akan (dapat) mengakibatkan kerugian dan juga penyesalan. Kecuali mereka (para pemimpin) yang mana mereka melaksanakan (kepemimpinannya) dengan baik, serta (mereka) dapat (dengan baik) menjalankan amanahnya sebagai pemimpin."
Dari dua hadis di atas, kita mendapatkan gambaran bahwa kepemimpinan merupakan amanah berat dipundak seorang penguasa, diharamkan bagi penguasa atau pemimpin berlaku culas yakni berlaku curang, tidak jujur dan berlamban-lamban dalam melayani ummat serta berkhianat terhadap umat termasuk menggunakan fasilitas negara demi kepentingan pribadi/keluarga dan golongannya.
Marilah kita tengok dan meneladan kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab yang pernah menegur keras putranya sendiri, Abdullah bin Umar saat menggembalakan untanya di padang rumput nan subur milik negara sehingga unta miliknya lebih gemuk dari unta milik yang lain.
Begitu pula kisah nyata khalifah Umar bin Abdul Aziz yakni salah satu khalifah bani Umayyah yang beliau cepat-cepat mematikan pelita (milik negara) saat salah satu anaknya mendatangi beliau untuk berdiskusi masalah keluarganya.
Teladan nyata yang ditampilkan Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Umar bin Abdul Aziz bukan semata-mata faktor mereka secara personal/pribadi sehingga dapat mewujudkan sebuah contoh kepemimpinan terbaik, melainkan dibalik semua itu adalah adanya sistem Islam yang lengkap dan menyeluruh mengatur semua aspek kehidupan.
Sistem Islam mengatur dan memberikan solusi pada aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan, pergaulan, sosial budaya sampai pada aspek negara dan pemerintahan.
Kita merindukan sosok pemimpin seperti Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz yang memimpin ummat dengan adil dan amanah yang tidak menggunakan fasilitas negara demi kepentingan pribadi/golongan tertentu sehingga dapat mewujudkan rakyat yang sejahtera dan negara yang makmur dibawah naungan sistem Islam. Allaahu Akbar.
Oleh: Yasirli Amri
Aktivis Dakwah
0 Komentar