Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Beratnya Beban Hidup, Matikan Fitrah Ibu

Topswara.com -- Beratnya beban hidup benar-benar telah mematikan fitrah keibuan. Dilansir dari kumparan.com yang diberitakan 24/1,di kabupaten Belitung seorang ibu berinisial R tega membunuh anak kandungnya yang baru saja dilahirkannya dengan cara menenggelamkan ke dalam ember berisi air. 

Setelah memastikan bayi tersebut benar-benar telah meninggal, pelaku kemudian membungkus mayat bayi tersebut dengan menggunakan kain dan membuangnya di semak-semak kebun milik warga. Hal ini mulai terungkap saat warga menemukan mayat bayi laki-laki di kebun pada jumat 19/1. Dari pengakuan sang ibu, dia tega melakukan hal tersebut lantaran tidak menginginkan kehamilannya karena tidak punya cukup biaya untuk membesarkannya. 

Sungguh sangat miris beratnya beban hidup benar-benar telah menghilangkan kewarasan seorang ibu sehingga tega menghilangkan nyawa darah dagingnya sendiri yang telah dia kandung yang seharusnya dia rawat dengan penuh kasih sayang. 

Kasus ini merupakan satu dari banyak kasus serupa yang terjadi, dimana dengan mudahnya fitrah keibuan tercerabut oleh kondisi yang sudah tak mampu dikendalikan oleh akal dan pikiran. 

Ada banyak faktor penyebab hal itu bisa terjadi, namun akar permasalahannya adalah ketika islam tidak lagi diterapkan sebagai ideologi negara. Sehingga negara kehilangan perisai untuk membentengi rakyatnya. 

Sedangkan sistem yang berlaku saat ini justru menjerumuskan rakyat pada kesengsaraan hidup akibat tidak diterapkannya hukum-hukum Allah sebagaimana sesuai fitrah kehidupan umat.

Ideologi kapitalisme menjadi biang kerok rusaknya tatanan hidup manusia. Dimana kebahagiaan hidup bersumber dari materi. Sehingga melahirkan aturan yang dibuat oleh manusia sesuai dengan kehendak dan tujuannya. 

Namun kehendak dan tujuan manusia satu dengan yang lain tidaklah sama, alhasil tidak akan tercapai kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Yang ada kesejahteraan akan tercipta bagi segelintir manusia dimana dia punya kekuasaan untuk menentukan hukum sesuai dengan keinginannya. 

Berbeda dengan ideologi islam, dimana hukum yang dipakai adalah murni hukum yang berasal dari Allah, Dzat Pencipta yang mengetahui fitrah yang dibutuhkan oleh manusia bahkan alam semesta dan seisinya. Maka tak diragukan lagi ketika ideologi islam diterapkan akan tercipta kedamaian hidup di dunia karena islam merupakan rahmatan lil'alamin.

Fitrah keibuan yang kini mudah sekali pudar sangat dipengaruhi oleh pemikiran yang sesuai dengan ide kapitalisme. Dimana hanya kebahagiaan materi saja yang dipikirkan. Seolah-olah ketika tidak mendapatkan harta atau kekayaan maka dia tidak akan bahagia. 

Sebagai seorang wanita, fitrah dan tugas yang diberikan oleh Allah adalah sebagai ummun warabbatul bait yaitu sebagai pendidik atau pengayom bagi putra putrinya dan sebagai pengatur rumah tangga. 

Namun saat ini banyak hal yang harus dipikirkan oleh seorang ibu, diantaranya tentang kecukupan nafkah. Ketika nafkah yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak cukup, maka ibu akan berusaha mencari cara bagaimana agar kebutuhannya bisa terpenuhi.

Akan lebih berat ketika peran suami sebagai pencari nafkah ternyata tidak dilakukan. Alhasil ibulah yang harus turut bekerja. Sudahlah harus mengurus rumah dan anak-anak, masih dibebani dengan bekerja yang sangat menyita waktu dan tenaga. 

Tanpa dasar iman yang seharusnya ditanamkan pada para ibu oleh negara, tak ayal kewarasan ibu menjadi terganggu sehingga tidak bisa melakukan kewajiban utamanya sebagai ummun warabbatul bait. 

Selain faktor ekonomi, ketidakhadiran peran keluarga terutama suami dalam mendukung psikologi ibu juga membuat kewarasan ibu terganggu. Apabila tidak segera ditangani maka akan dapat menghilangkan fitrah keibuan. 

Suami sebagai qawwam mempunyai tugas melindungi, mengayomi dan memberikan nafkah bagi keluarga terutama istri. Saat istri sedang sedih seharusnya suami sebagai penghibur dan penguat bagi istrinya. Namun nyatanya di era kapitalisme justru banyak suami yang cuek dengan kondisi istrinya dan lebih fokus pada aktivitasnya sendiri. 

Begitu juga dengan peran masyarakat. Adanya paham individualisme di era kapitalisme juga mematikan fitrah untuk saling menolong diantara sesama. Ada anggapan bahwa cukuplah dia memikirkan kebahagiaan dirinya saja tanpa melihat kesulitan yang sedang dialami oleh saudaranya. Banyak diantara mereka justru nyinyir dengan kondisi tetangganya tanpa peduli bagaimana dia bisa meringankan beban penderitaan orang lain. Hal tersebut akan mempengaruhi kewarasan ibu. 

Islam Solusi Problematik Kehidupan 

Peran negara di sistem kapitalisme tidak mampu menuntaskan permasalahan ekonomi. Apalagi tak ada jaminan kesejahteraan hidup di era sekarang membuat hidup masyarakat semakin susah. Rakyat harus memenuhi sendiri kebutuhan sekaligus jaminan kesehatan dan pendidikan. 

Lantas bagaimana solusi islam dalam mempertahankan fitrah keibuan tetap terjaga? 

Ketika islam diterapkan secara kaffah dalam lingkup negara, maka negara mempunyai kewenangan untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi para penanggung nafkah dengan upah yang mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan negara juga memberikan jaminan kesehatan dan pendidikan secara penuh secara merata bagi yang mampu maupun yang tidak mampu. 

Dari mana negara bisa membiayai hal tersebut? Negara dapat mengelola kekayaan sumber daya alam yang dimiliki untuk kepentingan umat. Selain itu adanya pemungutan zakat bagi para orang kaya yang telah memenuhi nisob yang kemudian disalurkan kepada delapan golongan yang berhak menerima diantaranya bagi fakir dan miskin. 
Kekayaan negara dikelola oleh baitul mall. 

Selanjutnya negara juga mempunyai kewajiban untuk membina umat agar keimanan mereka semakin kuat, dengan menyandarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya dengan meraih ridha Allah. Apapun dan bagaimanapun keadaan kita, perbuatan kita adalah perbuatan yang selalu mendatangkan ridha Allah. Hal tersebut akan meningkatkan kualitas fitrah keibuan. 

Selain itu ada upaya negara untuk menyadarkan akan hak dan kewajiban suami atau istri untuk dijalankan sesuai aturan Allah guna mendatangkan ridha Allah. Negara juga akan memperbaiki sistem pergaulan dalam masyarakat sesuai hukum Allah. Sehingga tercipta suasana tenteram dalam lingkungan dan fitrah keibuan akan semakin terjaga. 

Untuk itu menjadi sangat penting ketika kita harus memperjuangkan kembali tegaknya daulah islam. 

Wallahua'lambishshawab.


Oleh: Sri Fatona W.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar