Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Akibat Sulitnya Ekonomi, Fitrah Ibu Abaikan Hati Nurani

Topswara.com -- Seorang ibu seharusnya adalah sosok yang lembut dan penuh kasih sayang, tempat yang paling nyaman dan aman bagi anak-anak nya. Ibu adalah orang yang pertama kali terluka dan sedih ketika anaknya jatuh atau sakit. 

Ibu adalah madrasah pertama yang mengajar dan mencontohkan kebaikan pada anak. Peran ibu tidak begitu saja selesai setelah proses hamil dan melahirkan, melainkan baru memulai tahap awal dari perjalanan panjang yang akan dilalui bersama sang buah hati, dan setiap proses ini akan di hisab kelak di akhirat nanti.

Namun bagaimana jadinya jika rumah bukan lagi tempat kembali yang nyaman dan aman bagi anak, akibat rusaknya fitrah mulia seorang ibu? Ibu yang harusnya melindungi justru menyakiti bahkan membunuh anaknya sendiri, titipan berharga dari sang pencipta itu di habisi dengan kejam, hingga meregang nyawa di tangan ibu yang melahirkannya. 

Tak ada lagi cinta dan kasih sayang yang ada hanya kebencian yang membawa penyesalan tak berguna.
Mengapa hal ini terus terjadi?

Dalam laman Kumparan News (24/01/2024) Seorang ibu tega membunuh bayi yang baru saja ia lahirkan, beliau menenggelamkan bayi merah tanpa dosa itu kedalam ember berisi air hingga tak lagi bernafas, lalu membuangnya ke kebun warga.

Ibu itu mengatakan pada pihak kepolisian bahwa dia tidak menginginkan kehadiran sang bayi, sebab tidak memiliki biaya untuk membesarkannya.

Akibat Penerapan Sistem Kapitalisme

Jika kita mengamati kondisi ekonomi masyarakat saat ini maka akan kita temukan bahwa semakin banyak masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya, apalagi dengan kenaikan harga bahan pokok, dan harga bahan bakar minyak. 

Jumlah pengangguran meningkat, banyak anak putus sekolah, tingginya kasus kriminalitas, dan masih banyak problematika lainnya yang berasal dari masalah ekonomi.

Sistem kapitalisme tentu menguntungkan bagi para pemilik modal dan pengusaha, namun menyengsarakan masyarakat yang kurang mampu. Dalam sistem ini aturan bebas di rubah atau di tambah sesuai kepentingan yang menguntungkan para penguasa, tidak perduli jika kebijakan yang di ambil justru merugikan rakyat, atau di tentang oleh rakyat. Mereka hanya perduli pada kepentingan dan peluang meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.

Untuk para ibu yang juga menjadi tulang punggung keluarga, tentu akan merasa sangat berat ketika kehadiran anak membuat bertambahnya berbagai kebutuhan yang akan menambah beban tanggungannya, apalagi jika pendapatan yang tidak mencukupi. 

Tekanan dan keadaan seperti inilah yang membuat beberapa ibu kehilangan akal dan perasaannya sesaat, dan melakukan hal yang dia anggap dapat meringankan beban, sekalipun hal yang terlarang.

Tidak adanya jaminan kebutuhan pokok dari negara dan mahalnya segala akses pelayanan publik juga menjadi alasan tidak tercapai kondisi kehidupan masyarakat yang sejahtera. Sistem sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan juga melemahkan keimanan dan keyakinan orang tua bahwa setiap anak telah Allah SWT atur rezekinya masing-masing.

Islam Menjaga Fitrah Manusia

Islam adalah agama yang sempurna, yang Allah SWT turunkan melalui perantara malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk umat manusia di seluruh dunia. Islam mengatur peran manusia sesuai fitrahnya, laki-laki Allah atur menjadi Imam atau pemimpin, oleh karena itu dalam keluarga suami adalah tulang punggung yang mencari nafkah, dan perempuan sebagai istri adalah madrasah untuk anaknya dan pengelola rumah tangga keluarga.

Dalam Islam negara memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya, memastikan kondisi setiap masyarakat tercukupi dan tidak kekurangan. Negara menyediakan lapangan kerja atau lahan untuk yang belum memiliki pekerjaan. Negara juga memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan serta jaminan rasa aman secara gratis untuk setiap masyarakat.

Negara juga akan memberikan sanksi tegas kepada para pelaku pembunuhan, dan akan di adili sesuai syariat Islam, hukuman ini bertujuan untuk menimbulkan rasa jera dan sebagai pencegah agar tidak terulang lagi, juga sebagai penebusan dosa. 

Negara tidak akan mengatur atau menetapkan jumlah anak dalam keluarga, seperti yang terjadi di sistem saat ini, sebab anak adalah rezeki yang Allah SWT titipkan. Seperti yang Allah SWT katakan dalam Al Qur'an :

ÙˆَÙ„َا تَÙ‚ْتُÙ„ُوا Ø£َÙˆْÙ„َادَÙƒُÙ…ْ Ø®َØ´ْÙŠَØ©َ Ø¥ِÙ…ْÙ„َاقٍ ۖ Ù†َØ­ْÙ†ُ Ù†َرْزُÙ‚ُÙ‡ُÙ…ْ ÙˆَØ¥ِÙŠَّاكُÙ…ْ ۚ Ø¥ِÙ†َّ Ù‚َتْÙ„َÙ‡ُÙ…ْ Ùƒَانَ Ø®ِØ·ْئًا Ùƒَبِيرًا

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’: 31).

Allah SWT sudah memberikan peringatan kepada manusia, sebab Allah sebagai pencipta tentu lebih tahu mengenai ciptaannya. Sebab itu harusnya kita sudahi sistem kapitalis sekuler yang rusak ini, dan kembali kepada sistem Islam yang sudah terbukti mampu membawa dunia kepada peradaban yang gemilang selama berabad-abad lamanya. Hijrah dari kondisi saat ini menuju kehidupan masyarakat yang sejahtera dan mulia.

Wallahu A'lam Bisshawab.


Oleh: Audina Putri 
Aktivis Muslimah Pekanbaru
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar