Topswara.com -- Syekh ‘Atha’ Abu ar-Rasytah: Seabad Tanpa Khilafah. Sekitar seabad, seratus tahun lalu tahun Hijriah, pada akhir Rajab 1342 H atau awal Maret 1924 M, kaum kafir penjajah yang dipimpin Inggris, bekerja sama dengan pengkhianat orang Arab dan Turki menghancurkan Daulah Khilafah.
Penjahat abad itu, Mustafa Kamal, mengumumkan penghapusan khilafah, mengepung khalifah di Istanbul, serta mengeluarkannya pada dini hari itu juga, sebagai harga yang diperintahkan Inggris untuk dia bayarkan. Sebagai imbalannya, Mustafa Kamal dinobatkan sebagai presiden “sakit” Republik Sekuler Turki.
Begitulah yang terjadi. Guncangan mengerikan di negeri kaum muslim akibat hancurnya khilafah, pembangkit kemuliaan mereka dan rida Rabb mereka. Peristiwa kelam ini sebagaimana disampaikan al-‘Alim al-Jalil Syekh ‘Atha’ bin Khalil Abu ar-Rasytah, seorang ulama besar dunia, terkait momen Rajab peringatan seabad hancurnya Daulah Khilafah
Umat yang Terlalaikan
Pada 1342 H, Mustafa Kamal telah mengumumkan kekufuran yang terang-terangan (kufrun bawâhan) dengan menghapus khilafah yang sebelumnya berdiri tegak.
Berpecah belahnya dunia Islam
Setelah daulah runtuh, pengaruh kaum kafir penjajah makin kuat bercokol di negeri kaum muslim. Mereka membagi-bagi negeri muslim dan mengeratnya menjadi sekitar 55 keratan. Ini akibat guncangan dari penghapusan Khilafah.
Kemudian mereka menambah guncangan lainnya. Mereka memberi Yahudi “negara” di bumi yang penuh berkah, tempat Isra dan Mikraj Rasulullah SAW., dan mereka suplai dengan berbagai sarana demi keberlangsungannya.
Demikianlah, mereka bersegera melakukan kejahatan tanpa ada rasa malu yang menyelimuti mereka dari kepala hingga telapak kaki mereka.
﴿سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ﴾
“Orang-orang yang berdosa nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.” (QS al-An’am [6]: 124)
Nestapa di seluruh penjuru dunia
bukan Palestina saja yang ditikam para penguasa (boneka). Mereka juga menyerahkan bagian tanah suci dari bumi Islam lainnya.
Adapun negeri-negeri muslim lainnya, mereka diperintah para penguasa ruwaibidhah yang beredar bercengkerama bersama kaum kuffar, di mana pun dan bagaimanapun mereka bergerak. Sehingga, para penguasa tidak menjaga keamanan negeri dan tidak begitu peduli dengan umat. Kekayaan mereka dirampok, kehormatan mereka dirampas di mana-mana.
Meski demikian, para penguasa boneka tidak memiliki bobot di mata kaum kafir penjajah, khususnya Amerika. Bahkan, kaum kafir penjajah menyeru mereka dengan apa yang menambah kehinaan dan kerendahan bagi mereka. Kaum kafir penjajah mendiktekan, “Andai tidak ada kami, niscaya kalian tidak bisa bertahan di kursi kalian yang doyong selama beberapa hari. Maka, bayarlah kepada kami harta yang bisa kalian bayarkan, bahkan lebih dari apa yang kalian mampu.”
Generasi Umat Terbaik
Setelah khilafah lenyap, bangsa-
bangsa bersatu menyerang umat dari segala sisi. Lantas bagaimana kondisi umat ketika ada di bawah naungan khilafah? Dahulu, kita umat muslim adalah umat terbaik yang telah diturunkan untuk manusia. Pengikut Nabi Muhammad SAW. sang penutup para nabi dan imam para mujahid.
Moyang kita adalah Khulafaurasyidin dan para panglima penakluk. Kita adalah cucu-cucu an-Nashir Shalahuddin yang mengalahkan kaum salibis dan membebaskan Baitulmaqdis yang dikotori salibis di bulan yang mulia pada Rajab 583 H.
Kita adalah cucu-cucu Quthuz dan Baibars yang mengalahkan Tatar. Kita adalah cucu-cucu Muhammad al-Fatih, pemimpin yang masih muda, belum genap 23 tahun ketika membebaskan Konstantinopel pada 857 H/1453 M.
Allah memuliakan al-Fatih dengan pujian Rasulullah SAW. dalam hadis yang dikeluarkan Imam Ahmad dari Bisyr al-Khats’amiy,
«فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ»…
“Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pembebasannya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”
Kita adalah cucu-cucu Khalifah Sulaiman al-Qanuni, yang Prancis meminta bantuannya pada abad ke-16 tahun 1525 M untuk membebaskan rajanya yang ditawan. Namun, Prancis hari ini lupa atau pura-pura lupa telah meminta tolong khalifah kaum muslim, sehingga Prancis malah menyerang Islam dan Rasul-Nya saw. tanpa takut dan belas kasihan. Ini karena perisai Islam telah lenyap.
Umat muslim juga cucu-cucu Khalifah Salim III, yang pada masanya, Amerika Serikat membayar pajak tahunan agar kapal-kapal mereka diizinkan melintas dengan aman di lautan Atlantik ke laut Mediterania tanpa gangguan angkatan laut Utsmaniyah di provinsi Aljazair.
Untuk pertama kalinya, Amerika terpaksa menandatangani perjanjian dengan selain bahasanya, menggunakan bahasa negara lain (bahasa Daulah Utsmaniyah) pada 1210 H/1795 M.
Sekarang, Amerika berusaha mengontrol para penguasa kaum muslim dengan mengatakan, “Bayarlah karena kami yang melindungi Anda.”
Kita adalah cucu-cucu Khalifah Abdul Hamid yang tidak terpikat jutaan emas yang disodorkan Yahudi untuk kas daulah agar Yahudi diizinkan bertempat tinggal di Palestina.
Beliau mengatakan dengan ucapannya yang terkenal, “Pisau bedah yang menyayat badanku sungguh lebih ringan bagiku daripada aku melihat Palestina diamputasi dari Daulah Khilafah.” Kemudian beliau menambahkan, “Hendaknya Yahudi menyimpan harta mereka, dan jika Daulah Khilafah telah dipecah-pecah pada satu hari, maka mereka ketika itu bisa mengambil Palestina tanpa membayar harga.” Dan itulah yang terjadi
Kita juga merupakan para cucu dari orang-orang yang menemukan arloji, lalu mereka hadiahkan satu arloji itu kepada Charlemagne raja terbesar Eropa kala itu yang lalu para pengiringnya, para petinggi kaumnya, mereka menduga arloji tersebut dipenuhi dengan Ifrit dan jin
Begitulah kita dahulu, dalam ide-ide kita yang bersinar dan menyinari. Juga begitulah mereka, dalam ide-ide mereka yang kosong dan sakit. Demikianlah gambaran ketika kaum muslim ada di naungan khilafah yang bisa kita petik pelajarannya. Mari bersama kita bangkit untuk menegakkan kembali khilafah rosyidah ala minhajin nubuwwah. Allahu Akbar
Imanda Amalia
Founder Rumah Syariah Institute
0 Komentar