Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Risalah Awal Tahun: Berubah Menjadi Muslim Taat


Topswara.com -- Bagi sebagian orang, tahun baru adalah momen manusia melakukan muhasabah (perhitungan) atas apa yang telah mereka lakukan selama setahun kemarin. Agar semakin hari mereka kian berproses menjadi lebih baik dan bisa menjadi Muslim sejati.

Namun muhasabah dan resolusi seseorang itu jelas beda-beda, tergantung mindset yang dia miliki. Orang yang bermindset kapitalisme berbeda dengan orang yang bermindset Islam.

Mindset sekularisme kapitalisme memandang bahwa tahun baru adalah momen untuk mewujudkan kehidupan yang lebih bahagia dari tahun kemarin. Hal tersebut wajar, karena mereka memandang bahwa tujuan hidup di dunia memang untuk mencari kebahagiaan sebesar-besarnya dan bagi mereka, kebahagiaan tersebut diukur dengan seberapa banyak materi yang sudah dimiliki. 

Maka resolusi mereka di tahun baru pun tidak akan jauh dari materi. Seperti cara mendapatkan pemasukan yang jauh lebih besar dari tahun kemarin agar bisa keliling dunia, cara naik jabatan, dapat tabungan emas, rumah, tanah, mobil bertambah, wajah glowing, dan lain-lain.

Sedangkan orang yang memiliki mindset Islam, jangankan tahun baru, pergantian hari saja bisa dijadikan momen untuk muhasabah diri. Karena sebagai seorang Muslim kita harus menyadari bahwa setiap detik, menit jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun yang telah berlalu tidak akan bisa terulang lagi dan akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah Ta'ala kelak. 

Maka dari itu, bagi seorang Muslim sejati tahun baru akan dijadikan momen untuk semakin menjalani kehidupan sesuai dengan misi penciptaan, yaitu beribadah kepada Allah Ta'ala.

Beribadah di sini artinya secara total, bukan hanya memperbaiki jadwal shalat saja, akan tetapi semuanya. Dari gaya hidup, pergaulan, pakaian, lisan, kesibukan, kebiasaan, dan lain-lain. 

Alhasil, dia akan senantiasa mengisi hari-harinya dengan melakukan amal-amal ibadah, muhasabah dan bertobat. Agar tidak terus terjebak dalam kubangan kemaksiatan. 

Masalahnya, perubahan tidaklah segampang itu. Tekad bulat bisa saja kempes di tengah jalan lantaran lingkungan masyarakat sekuler yang biasanya justru menilai negatif orang-orang yang ingin berubah taat dengan panggilan fanatik, sok suci, aliran sesat, radikal hingga dianggap bibit teroris. 

Sedangkan kalau sama kemaksiatan justru mereka diamkan, seperti pacaran, kumpul kebo, berzina, tidak menutup aurat, miras, narkoba, judi dan lain-lain dianggap urusan pribadi masing-masing.

Terlihat sekali, hidup di sistem sekularisme kapitalisme ini tidak memberi kemudahan manusia untuk berubah menjadi Muslim yang taat. Jadi, resolusi menjadi Muslim yang taat tidak akan bisa terwujud kalau masyarakatnya masih sekuler. Berarti kita butuh lingkungan masyarakat yang suportif, yaitu masyarakat islami.

Masyarakat islami akan senantiasa beramar makruf nahi mungkar, menyeru kepada kebaikan (ketaatan), mencegah dari kemungkaran. Jadi, mereka akan saling mensuasanakan satu sama lain dengan Islam. 

Misalnya, saat tahun baruan, akan mengajak bermuhasabah bersama-sama. Apa saja yang seharusnya ditingkatkan sebagai masyarakat agar lingkungan menjadi Islami dan taat berjamaah, bukan justru mengundang murka Allah Ta'ala.

Sayangnya, munculnya masyarakat islami hanya akan kita dapatkan dari negara yang mau menerapkan aturan Islam secara kaffah, yaitu khilafah islamiah.

Karena masyarakat akan diedukasi dengan pendidikan yang berbasis akidah Islam supaya sadar bahwa ketaatan hanyalah kepada Allah Ta'ala dan selalu ingat akan hari pertanggungjawaban, dan standar hidup adalah syariat Allah. Sehingga pendidikan tersebut akan dapat melahirkan individu-individu yang berkepribadian Islam sekaligus masyarakat Islam. Tidakkah kita merindukannya?



Nabila Zidane
Jurnalis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar