Topswara.com -- Tahun baru semestinya diisi tentang harapan dan resolusi baru. Namun, tahun ini penderitaan yang sudah terjadi semakin menjadi-jadi. Seperti Israel yang semakin beringas menyerang warga Palestina. Laporan terbaru menyebut pasukan Israel memaksa masuk ke area tengah dan selatan Gaza. Dimana serangan Israel ini dilancarkan menggunakan artileri berat. (CNBC Indonesia.com, 31 December 2023)
Ditambah lagi fenomena pengusiran pengungsi Rohingya oleh mahasiswa di Aceh. Sungguh melihatnya menyisakan trauma dan ketakutan umat sesama muslim terlunta lunta dan terluka tetapi kita tidak bisa berbuat lebih dan hanya seakan menjadi buih di lautan.
Seharusnya umat Islam ibarat satu tubuh. Akan tetapi di pergantian tahun ini nampak nyata paradoks kaum muslim dalam bersikap. Pesta kembang api begitu semarak di tengah berkecamuknya perang di Gaza, jumlah korban perang meningkat dan penderitaaan muslim Rohingya adalah satu bentuk abainya kaum muslim terhadap urusan umat.
Sementara seiring waktu, sikap umat mulai kendor dalam menyuarakan pembelaan terhadap Palestina, pemboikotan produk yang awalnya sangat gencar sekarang mulai melonggar. Kita bisa menyaksikan bagaimana umat juga terpecah dalam menyikapi muslim Rohingya. Ditambah lagi makin kuatnya pembungkaman oleh Meta pada akun yang menunjukkan pembelaan terhadap Palestina.
Inilah buah sistem sekuler kapitalisme demokrasi. Sistem sekuler telah mengakibatkan masyarakat terjangkit faham nasionalisme.
Di mana ikatan nasionalisme ini merupakan produk barat yang sengaja diekspor ke negeri kaum muslimin sehingga menjadikan kaum muslimin berfikir pragmatis dan hanya mencukupkan diri untuk mencintai cukup wilayah atau negara mereka masing-masing.
Maka sudah seharusnya ikatan nasionalisme ini di campakkan, ganti dengan ikatan Islam sebagaimana yang di contohkan Nabi.
Selain itu, kita perlu mempunyai pemimpin yang satu yaitu sistem khilafah. Sebab dengan khilafah kita tidak lagi tercerai berai dan khilafah akan menjaga rakyatnya dengan keimanan. Umat harus menyadari bahwa umat Islam adalah satu tubuh, sehingga wajib menunjukkan pembelan, pertolongan dan sikap yang nyata.
Pertolongan kemanusian seperti sekarang ini memg perlu. Namun demikian pertolongan ini tidak cukup dan bukan solusi hakiki sebab yang terjadi bukan bencana kemanusiaan namun penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi.
Demikian juga kasus muslim rohingya mereka butuh dibantu diberi perlindungan di edukasi diberi suaka karena mereka menjadi korban genosida rezim Myanmar.
Tindakan untuk memberikan perlindungan dan pertolongan tersebut tidak bisa dilakukan kecuali oleh sebuah negara. Dan negara yang bisa menyelamatkan kaum muslimin di manapun mereka berada adalah Daulah Khilafah sebagai sang perisai umat.
Untuk merealisasikan hadist nabi bahwa umat Islam adalah satu tubuh sejatinya umat Islam membutuhkan Khilafah. Jika ada khilafah di tengah-tengah kaum muslimin maka khilafahlah yang akan mengorganisir tentara-tentara untuk dikirimkan ke Palestina untuk berjihad mengusir Yahudi dan untuk mengirimkan pasukan ke Myanmar sebagai balasan mereka terhadap kebiadaban rezim Myanmar terhadap kaum muslim rohingya. Dengan begitu kaum muslimin akan selamat dari penindasan oleh siapapun dan di bumi manapun.
Sesungguhnya Imam atau khalifah adalah perisai orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya maka ia harus bertanggung jawab atasnya. (HR Muslim).
Harini
Aktivis Muslimah
0 Komentar