Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pertanyaan Receh Greenflation?


Topswara.com -- Ini bukan pertanyaan receh, ini pertanyaan kunci, ini core of the core masalah dalam isue perubahan iklim, penurunan emisi, dan transisi energi dari energi fosil ke energi hijau. Usaha transisi energi akan menyebabkan kenaikan harga harga, transisi energi menyebabkan inflasi. Jadi seluruh diskusi soal transisi energi akan berujung pada diskusi harga energinya dan dampaknya terhadap harga-harga. 

Lalu greenflation apa penyebabnya?

Kebijakan transisi energi berada pada lingkungan ekonsistem ekonomi dan industri yang baru. Sehingga investasi di energi baru mengandung resiko yang lebih besar. Akibatnya rantai pasoknya mulai dari bahan baku sampai produk jadi menjadi langka dan lebih mahal.

Transisi energi belum didukung penuh oleh kebijakan sektor keuangan, perbankkan, asuransi dan lain-lain, termasuk kebijakan suku bunga, jaminan perlindungan atas kegagalan investasi dan lain sebagainya, sehingga biaya keuangan untuk investasi hijau menjadi lebih mahal. Akibatnya harganya menjadi mahal.

Banyak negara terutama negara Eropa memaksakan kebijakan energi hijau melalui keputusan pemerintah, misalnya menaikkan pajak penggunaan energi fosil, menaikkan pajak BBM dan lain-lain, ini mengakibatkan naiknya harga harga. 

Negara maju juga akan menerapkan pajak karbon yang sangat mahal, bukan hanya kepada sumber energi primer, tapi juga kepada barang barang yang diproduksi dengan bahan bakar fosil. Ini juga akan memicu kenaikan harga harga barang dan jasa-jasa.

Di Indonesia transisi energi didorong atau dipaksakan dengan cara mempercepat penutupan pembangkit batu bara yang sebelumnya dibangun dengan investasi mahal. Ini akan mengubah aset menjadi beban keuangan, lebih jauh akan menjadi beban sektor kelistrikan. 

Kebijakan transisi ke bahan bakar hijau ini melahirkan kompetisi antara bahan makanan dengan bahan pangan, jika terjadi konversi bahan makanan menjadi energi terlampau besar maka, akan memicu kenaikan harga pangan. 

Masalah ini harus diantisipasi. Indonesia melakukan konversi sawit bahan makanan menjadi BBM, namun pemerintah memiliki mekanisme stabilisasi harga dan pengaman yakni dana kompensasi, sehingga greenflation tidak terjadi.

Banyak negara di dunia karena tekanan perjanjian perubahan iklim terpaksa menaikkan harga energi fosil untuk mendorong transisi ke non fosil. Kebijakan ini dalam pelaksaan di awal akan memicu kenaikan harga-harga.

Banyak negara di dunia berusaha menarik investasi green dengan kebijakan harga energi green lebih tinggi dari harga energi non green. Indonesia salah satunya yang melakukan itu di sektor listrik. Namun harga jual listrik ke masyarakat di tetapkan oleh pemerintah dan terdapat kompensasi dan subsidi sehingga greenflation tidak terjadi.

Jadi Pak Mahfud ini bukan pertanyaan receh. Ini pertanya dari tema transisi energi yang telah mengguncang dunia. Gibran ini bacaannya luas banget, sehingga selalu mengejutkan pertanyaan pertanyaannya. 

Tetapi kalau mau belajar sebenarnya yang ditanyakkan semuanya seputar transisi energi, seperti regulasi soal carbon capture and storage, pertanyaan soal Lithium Ferro Phosphate (LFP) yang membuat cak Imin sakit linglung, dan pertanyaan soal greenflation yang membuat prof Mahfud ngambek sakit kepala. Memang semua ini adalah pertanyaan kunci, apa boleh buat harus ditanyakkan. Enggak apa-apa enggak bisa dijawab, biar publik yang diskusi lebih lanjut.


Oleh : Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar