Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pentingnya Mengetahui Tujuan Hidup


Topswara.com -- Pernah tidak merasakan hidup ini hampa atau merasa seperti ada yang sesuatu yang salah dalam hidup kita? Lalu merasa bingung, "Hidup untuk apa? Hidup ini mau dibawa ke mana?"

Ada yang sedang di fase itu? Kalau ada berarti dia sedang di fase tidak mengerti dengan tujuan hidup atau mungkin tidak mengetahui tujuan hidup dengan benar. Akhirnya hidupnya ya begitu-begitu saja.

Apa tujuan hidupmu akan dijawab sesuai dengan paradigma apa yang dipakai oleh si penjawab. Mari kita bandingkan dan lihat perbedaannya,

Pertama, makna tujuan hidup dalam pandangan sekularis kapitalis. Akan berkaitan erat dengan hal-hal yang berbau materi, seperti untuk mengejar kekayaan, ingin mendapatkan pujian, perhatian dari para follower berupa like, subscribe and share dan lain sebagainya. 

Padahal, semua hal tersebut akan membuat manusia cepat merasakan bosan. Karena permintaan yang berbau materi tidak akan memiliki ujung dan akan terus merasa kurang alias tidak ada syukurnya. 

Misalnya, sudah memiliki handphone (HP) terbaru masih ingin memiliki HP tercanggih. Sudah memiliki mobil, masih ingin membeli mobil keluaran terbaru, koleksi tas, sepatu, jam tangan berharga jutaan, ratusan juta hingga milyar tak ada hentinya. Karena dia tidak kunjung menemukan apa yang dia cari, dia tidak paham tujuan hidup itu untuk apa.

Inilah manusia yang dikatakan Allah SWT sebagai manusia merugi. Karena semua yang dikejar itu bersifat fana dan akan lenyap. Pilihannya ada dua, yaitu dunia akan meninggalkannya atau dia yang akan meninggalkan dunia.

Di dalam Al-Qur'an surah Al-Hadid ayat 20 Allah SWT menggambarkan bahwa kehidupan dunia itu seperti hujan yang membuat tanaman menjadi mengagumkan (hijau), tapi kemudian pada akhirnya akan mengering dan hancur.

اِعْلَمُوْٓا اَنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ وَّزِيْنَةٌ وَّتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِى الْاَمْوَالِ وَالْاَوْلَادِۗ كَمَثَلِ غَيْثٍ اَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهٗ ثُمَّ يَهِيْجُ فَتَرٰىهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُوْنُ حُطَامًاۗ

"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur."

Artinya, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa jika fokusmu hanya untuk dunia saja tapi lupa dengan akhirat.

Kedua, Allah SWT juga menyampaikan dalam Al-Qur'an surah Al-Bayyinah ayat 5,

"Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)."

Jadi, sebagai Muslim kita harus paham bahwa hidup di dunia memiliki misi besar dan penting, yaitu beribadah hanya kepada Allah Ta'ala, dalam artian wajib menjadikan Islam sebagai the way of life. Artinya, selalu berusaha melibatkan Allah SWT dalam setiap urusan kita. 

Jadi, ketika kita ingin melakukan suatu perbuatan selalu ingat untuk menghadirkan pengawasan Allah SWT dalam setiap tindakan kita. Sehingga tidak akan ada rasa bosan menghampiri. 

Dia akan terus fokus dan istiqamah mencari cara untuk mengoptimalkan amalan hariannya demi mengharap ridha Allah SWT semata. Karena dia paham betul bahwa hidup ini terbatas waktunya. Semua yang bernyawa pasti akan mati dan kelak akan mempertanggungjawabkan semua yang kita lakukan di dunia ini kepada Allah SWT. Inilah gambaran manusia cerdas.

Lalu apa dampaknya jika manusia tidak memahami tujuan hidupnya sesuai Islam? Maka hidupnya dapat diibaratkan seperti daun yang berguguran. 

Daun yang gugur memiliki prinsip hidup, "Ke mana pun arus dan angin membawa akan ku ikuti." Masalahnya, kalau dia berakhir di tempat yang inda, alhamdulillah, tapi ketika dia berakhir di tempat yang kotor dan menetap disitu hingga ajal ya na'udzubillah.

Artinya, orang yang tidak memahami tujuan hidupnya akan cenderung mengikuti kemana arus membawanya. Apalagi hari ini, negara dikuasai oleh arus sekularisme. 

Arus lifestyle yang liberal, pragmatis, hedon dan materialistis itulah yang akan mudah kita ikuti. Hidup jadi tidak memiliki pegangan dan tumbuh menjadi generasi sekuler yang tidak bisa mengkaitkan hidupnya dengan keberadaan Allah SWT. 

Sampai-sampai dijuluki sebagai generasi strawberry yang indah dilihat, namun sangat gampang hancur saat mendapatkan sedikit tekanan. Generasi tersebut adalah generasi yang mudah menyerah, gampang stres, depresi hingga banyak yang mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri saat menghadapi masalah.

Jika kita paham tujuan hidup sebagai seorang Muslim, maka kita akan memiliki pegangan yang kokoh, yaitu akidah Islam. Hidupnya, insyallah lebih tenang, tertata dan senantiasa berstandar pada halal, haram, mubah, sunah dan makruh dalam menjalani setiap aktivitasnya, tidak sekedar pokok selesai tapi memang benar-benar ingin semuanya dilakukan untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Misalnya, saat makan tidak sekedar makan melainkan untuk memberi tubuh pasokan energi agar dia bisa kuat dalam menjalani ibadah dan berjuang di jalan Allah SWT. Saat membeli pakaian, bukan hanya karena mengikuti tren, tapi untuk menjalankan ketaatan menutup aurat saat berada ditempat umum. 

Masalahnya, memang susah untuk memiliki tujuan hidup sesuai dengan Islam. Mengapa? Karena itu semua tergantung dari pola asuh dan pola pendidikan yang diterapkan hari ini. Pola asuh yang dilakukan oleh negara adalah sekuler. Sehingga para orang tua pun merasa cukup memenuhi kebutuhan anak dengan harta dan materi saja, tapi mengabaikan pendidikan akidah Islam kepada anak-anaknya. 

Ditambah lagi negara yang menerapkan sistem pendidikan yang berbasis sekularisme juga. Yang artinya di sekolah mulai TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, generasi hanya diajarkan bagaimana cara mendapatkan nilai tertinggi, tapi lupa mengajarkan kepribadian Islam.

Negara juga tidak mengontrol tayangan di media sosial, semuanya tentang gaya hidup liberal. Kalaupun ada konten dakwah, tentu saja bersaingnya dengan konten kebebasan yang mendewakan hawa nafsu dan gak paham tujuan hidup. Mirisnya, para generasi muda justru lebih menyukai konten-konten yang menurutkan hawa nafsu tersebut.

Berbeda dengan Islam. Dalam Islam, negara akan memastikan seluruh rakyatnya paham akan tujuan hidupnya. Caranya adalah dipastikan melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah. Sehingga, lulusan dalam Islam akan menjadi sosok yang tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga beriman, bertakwa dan berkepribadian Islam.

Lalu dari pendidikan Islam tersebut akan membentuk para orang tua yang sadar peran dan tanggung jawabnya dalam memberikan pola asuh yang sesuai dengan Islam dan juga disertai pengontrolan media oleh negara yang hanya mengizinkan menayangkan konten yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

Negara bertugas menjaga suasana keimanan tersebut dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, pemerintahan dan sanksi Islam. Jadi, tujuan hidup yang benar hanya akan terwujud sempurna dengan adanya penerapan Islam kaffah. []


Oleh: Nabila Zidane
Jurnalis
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar