Topswara.com -- Momen pergantian tahun menjadi peristiwa yang dianggap spesial oleh masyarakat. Berbagai macam perayaan dilakukan. Pada malam pergantian tahun 2024, pesta kembang api dilaksanakan di beberapa titik di ibu kota negara, Jakarta, di antaranya Monas dan Ancol (cnnindonesia.com, 31/12/2023). Perayaan yang sama juga terjadi di beberapa kota di Indonesia, misalnya Yogyakarta (news.republika.co.id, 31/12/2023).
Padahal, di saat yang sama, berbagai fakta memilukan sedang menimpa kaum muslimin di dunia. Pembantaian muslim di Palestina oleh zionis Israel terus berlanjut dan korban berjatuhan (cnbcindonesia.com, 31/12/2023).
Pengungsi Rohingnya yang masih tidak jelas nasibnya dan ditambah dengan berbagai fitnah yang menimpa mereka. Konflik agraria yang terjadi di Rempang maupun daerah lain di Indonesia, dan berbagai pemasalahan kaum muslimin yang lain.
Kondisi umat Islam hari ini sungguh memilukan. Kaum muslimin tak seharusnya melupakan penderitaan saudara-saudara mereka dan berpesta merayakan pergantian tahun. Perayaan yang begitu meriah di beberapa kota di Indonesia menunjukkan betapa sebagian muslim tidak memiliki perasaan yang sama terhadap kesedihan yang menimpa saudara-saudara muslim mereka di tempat lain. Mereka abai. Ini merupakan paradoks yang nyata.
Hal yang tidak kalah menyedihkan adalah mulai kendornya ummat dalam menyuarakan pembelaan terhadap Palestina maupun pemboikotan berbagai produk yang mendukung zionis.
Ukhuwah mereka sangat lemah dan rentan untuk memudar karena kondisi yang memang tidak mendukung mereka untuk selalu ingat permasalahan saudara seiman di belahan dunia yang lain.
Di sisi lain lagi, di Indonesia, berbagai fitnah muncul di media atas pengungsi Rohingya sehingga tidak sedikit masyarakat yang menjadi bimbang untuk menerima dan mengulurkan bantuan bagi para pengungsi ini. Kaum muslimin bahkan termakan isu dan mudah untuk terpecah serta mengusir para pengungsi untuk kembali ke laut.
Belum lagi konflik agraria yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Masyarakat sangat menderita terancam kehilangan tanah, tempat tinggal, serta ruang hidup mereka dengan cara yang sangat dhalim. Mereka terpaksa menerima tanah dan tempat tinggal mereka dirampas secara legal oleh para kapitalis serakah.
Kaum muslimin hari ini benar-benar sedang tidak baik-baik saja. Bagaimana bisa pesta pergantian tahun ini terjadi begitu meriah? Kemana rasa empati mereka terhadap saudaranya sesama muslim? Padahal, Rasulullah, Muhammad saw. pernah bersabda bahwa kaum muslimin ibarat satu tubuh. Jika satu bagiannya mengalami sakit, maka bagian tubuh yang lain akan merasakan sakit dan demam.
Fakta abainya kaum muslimin hari ini terhadap urusan muslim yang lain adalah buah dari sistem kapitalisme. Kapitalisme telah melahirkan konsep nasionalisme yang digambarkan seakan-akan baik, mencintai negara. Sejatinya konsep ini sengaja dimunculkan dan ditanamnkan dalam benak kaum muslimin untuk mengkotak-kotakkan dan memecah belah mereka dalam bangsa-bangsa.
Kaum muslimin tidak lagi merasa suatu masalah adalah masalah mereka jika hal itu terjadi di luar batas negara mereka. Mereka merasa enggan untuk mencampuri urusan negara lain. Batas negara ini mereka rasakan lebih kuat dari ukhuwah sesama muslim. Inilah yang diinginkan oleh paham kapitalisme. Para kapitalis sangat takut jika kaum muslimin bersatu. Mereka sangat paham konsekuensi dari persatuan kaum muslimin.
Persatuan kaum muslimin di bawah kepemimpinan Islam membuat mereka sangat kuat dan mudah menyelesaikan berbagai permasalahan. Hal ini telah terbukti pada masa kekhilafahan Islam.
Ketika wilayah Hijaz mengalami masa sulit, Khalifah Umar bin Khattab mengirimkan surat kepada gubernurnya di Mesir, Amr bin ‘ash untuk mengirimkan bantuan. Seketika itu pula, Amr mengirimkan bantuan logistik dalam jumlah yang sangat banyak. Dari jalur laut, dia mengirimkan 20 kapal yang mengangkut gandum dan lemak. Sedangkan dari jalur darat, dia mengirimkan 1000 unta yang mengangkut gandum dan ribuan helai pakaian.
Tidak hanya mudahnya kaum muslimin untuk saling menolong dalam hal logistik, militer kaum muslimin jukan akan sangat mudah digerakkan ketika kaum muslimin berada dalam satu kepemimpinan khalifah.
Sejarah membuktikan bahwa suatu ketika seorang muslimah diganggu oleh Yahudi Bani Qainuqa, Rasulullah selaku kepala negara langsung menggerakkan militer untuk mengepung Bani Qainuqa dan hampir menghukum mati seluruh laki-lakinya karena mereka telah membunuh seorang laki-laki muslim yang membela muslimah itu.
Rasulullah menunjukkan betapa nyawa seorang muslim adalah urusan besar, apalagi jika nyawa itu berjumlah ribuan, seperti yang terjadi di Palestina hari ini. Tentu saja militer kaum muslimin di seluruh dunia tidak boleh diam.
Seluruh permasalahan kaum muslimin hari ini akan terselesaikan dengan bersatunya kaum muslimin di bawah kepemimpinan Islam. Permasalahan Palestina tidak akan pernah selesai sebelum kaum muslimin bersatu dan mengusir penjajah dari tanah mulia itu. Para kafir penjajah akan terus menduduki tanah itu dan mengganggu penduduknya.
Dengan menghilangkan sekat-sekat negara, kaum muslimin yang tertindas di negara mereka, semacam Rohingya, akan diterima oleh Negara Islam dan diurusi dengan baik oleh Khalifah karena mereka berhak untuk mendapatkan keamanan dari saudara sesama muslim mereka di bumi Allah ini.
Umat sangat perlu khilafah untuk menyelesaikan berbagai permasalahan mereka hari ini. Khilafah adalah sistem yang diwariskan oleh Rasulullah untuk menjamin keterlaksanaan seluruh hukum Allah atas maum muslimin. Hanya dengan Khilafah kaum muslimin ini akan kembali menjadi ummat terbaik dan mulia di mata dunia.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Oleh: Fatmawati
Aktivis Muslimah
0 Komentar