Topswara.com -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bakal mengusulkan kenaikan pajak sepeda motor nonlistrik untuk menekan polusi udara khususnya di DKI Jakarta sebab polusi udara di kawasan Jabodetabek belakangan menjadi sorotan publik dan sepeda motor menjadi biang kerok utama dengan menyumbang pencemaran udara terbanyak sebesar 45 persen. (cnnindonesia.com /19 Januari 2024)
Jubir Menko Marves Jodi Mahardi memberikan klarifikasi bahwa kenaikan pajak sepeda motor tidak dilakukan dalam waktu dekat. Itu adalah wacana dalam rangkaian upaya perbaikan kualitas udara di Jabodetabek.
Jodi menambahkan bahwa usulan itu muncul agar memberi efek jera tambahan bagi para pengguna kendaraan nonlistrik serta pemerintah ingin mempersulit penggunaan kendaraan pribadi sehingga masyarakat terdorong menggunakan angkutan umum. (cnnindonesia.com/ 23 Januari 2024)
Wacana Menko Marves terkait kenaikan pajak sepeda motor ini tentu membuat rakyat bagai tersambar petir di siang bolong. Sudahlah hidup saat ini semakin sulit serba mahal, kemudian mendapat kabar akan ada kenaikan pajak. Jadi rakyat jelata sekarang seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Harus banting tulang seperti apa lagi untuk sekedar bisa hidup dengan tenang.
Kalau pun disampaikan bahwa wacana kenaikan pajak sepeda motor tidak dilakukan dalam waktu dekat, artinya dalam rentang waktu tertentu ke depannya bisa tidak menjadi wacana lagi namun benar-benar direalisasikan.
Lalu mengenai polusi udara yang tercemar di wilayah Jabodetabek disampaikan bahwa biang kerok utama adalah pengguna sepeda motor bensin (nonlistrik), hal ini seolah tersirat makna agar rakyat beralih ke sepeda motor listrik.
Bagi yang berduit mampu beli, sedangkan yang pas-pasan duitnya untuk biaya hidup pasti sangat berat untuk membelinya. Namun disampaikan oleh jubir Menko Marves agar masyarakat beralih menggunakan angkutan umum.
Bukankah tempo hari tepatnya di bulan Agustus 2023 lalu dikatakan bahwa pencemaran udara di Jakarta biang keroknya adalah pabrik-pabrik, lalu mengapa sekarang yang menjadi biang kerok berubah yaitu pengguna sepeda motor nonlistrik? Kemudian mensolusi untuk menurunkan polusi udara dengan menaikkan pajak sepeda motor nonlistrik. Mengapa selalu rakyat yang dibuat susah?
Sejatinya pajak itu adalah hal yang memberatkan bagi rakyat. Terlebih lagi bagi rakyat yang pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Apalah lagi yang tidak cukup. Bagi yang kaya pun terkadang berat jika harus mengeluarkan pajak yang besar sementara usahanya untuk menjadi kaya juga tidaklah mudah. Butuh kerja keras.
Namun apalah daya, sistem sekularisme kapitalisme yang diterapkan saat ini APBN-nya bersumber dari pajak dan hutang. Apa pun dipajaki dan siapa pun kena pajak. Lalu yang katanya uang pajak ini nantinya kembali ke masyarakat berupa fasilitas, pada kenyataannya tidak kembali utuh sebab ada yang dikorupsi.
Jika dari pajak masih belum mencukupi, maka negara mengambil hutang luar negeri yang ribawi. Tiap tahun hutang menumpuk tidak kunjung lunas. Bayarnya menggunakan dana APBN juga. Artinya rakyat juga yang menanggung. Terus begitu bagai lingkaran setan yang menjerat.
Selama masyarakat masih menggunakan sistem sekularisme kapitalisme ini, selama itu pula jerat lingkaran setan tidak kunjung berhenti. Masyarakat akan terus menerus bayar pajak yang pasti akan naik dari waktu ke waktu. Mustahil akan ditemui kedamaian dalam sistem kehidupan yang menjerat.
Jika ingin menyudahi keruwetan lingkaran setan ini tentunya harus beralih ke sistem yang lain yang lebih baik, yaitu sistem yang berasal dari pencipta manusia yang dikenal dengan sistem Islam.
Islam adalah agama namun juga sistem kehidupan yang mampu mengatur seluruh lini kehidupan manusia. Mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan sesama manusia yang meliputi sistem pemerintahan, sistem pergaulan, sistem pendidikan, sistem ekonomi, dan lainnya.
Hanya sistem Islam yang akan mewujudkan peradaban yang gemilang dan telah terbukti beratus-ratus tahun yang lalu.
Wallahua'lambishshawab.
Oleh: Iliyyun Novifana, S.Si.
Aktivis Dakwah
0 Komentar