Topswara.com -- Sobat. Umat Muhammad SAW banyak dikasih keistemewaan dan Keutamaan yang belum pernah diberikan kepada umat sebelumnya. Salah satu diantaranya diberi Bulan Ramadhan yang bulan penuh berkah dan Ampunan dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa merasa gembira dengan masuknya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan tubuhnya terhadap neraka.”
Dari Ibnu Abbas ra bahwa dia mengatakan: “Pernah saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,“ Sekiranya umatku tahu apa yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar setahun penuh menjadi Ramadhan. Karena pada bulan itu kebaikan dihimpun, ketaatan diterima, doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, sedangkan surga merindukan mereka.”
OLeh karena itu Rasulullah SAW bersabda, “Surga itu rindu kepada empat orang : Orang yang membaca A-Qur’an. Orang yang menjaga lidahnya. Orang yang memberi makan kepada mereka yang kelaparan. Dan orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan.
Allah SWT berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتۡلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ سِرّٗا وَعَلَانِيَةٗ يَرۡجُونَ تِجَٰرَةٗ لَّن تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمۡ أُجُورَهُمۡ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ غَفُورٞ شَكُورٞ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir (35) : 29-30).
Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang selalu membaca Al-Qur'an, meyakini berita, mempelajari kata dan maknanya lalu diamalkan, mengikuti perintah, menjauhi larangan, mengerjakan salat pada waktunya sesuai dengan cara yang telah ditetapkan dan dengan penuh ikhlas dan khusyuk.
Menafkahkan harta bendanya tanpa berlebih-lebihan dengan ikhlas tanpa ria, baik secara diam-diam atau terang-terangan, mereka adalah orang yang mengamalkan ilmunya dan berbuat baik dengan Tuhan mereka. Mereka itu ibarat pedagang yang tidak merugi, tetapi memperoleh pahala yang berlipat ganda sebagai karunia Allah, berdasarkan amal baktinya. Firman Allah:
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. (an-Nisa'/4: 173).
Selain dari itu, mereka juga akan memperoleh ampunan atas kesalahan dan kejahatan yang telah dilakukan, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri hamba-hamba-Nya, memberikan pahala yang sempurna terhadap amal-amal mereka, memaafkan kesalahannya dan menambah nikmat-Nya. Sejalan dengan ini firman Allah:
Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. (asy-Syura/42: 23)
Allah SWT berfirman :
وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ هُوَ ٱلۡحَقُّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِعِبَادِهِۦ لَخَبِيرُۢ بَصِيرٞ
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. Fathir (35) : 31).
Sobat. Sesungguhnya Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah Kitabullah yang benar-benar diturunkan dari Allah. Oleh karena itu, Allah mewajibkan kepada Nabi dan kepada segenap umatnya untuk mengamalkan ajarannya dan mengikuti pedoman-pedoman hidup yang terdapat di dalamnya.
Bila seorang muslim telah mematuhi secara sempurna ajaran Al-Qur'an itu, maka ia tidak perlu lagi mengamalkan kitab-kitab suci sebelumnya, sekalipun diwajibkan untuk mengimaninya.
Sebab apa yang pernah diterangkan dalam kitab-kitab sebelumnya, telah dibenarkan oleh Al-Qur'an. Dengan kata lain, beriman dengan kitab-kitab suci yang pernah diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad bukan berarti mengamalkan ajarannya, tetapi cukup mengimani kebenarannya, sebab intisari dari apa yang tercantum dalam kitab-kitab itu telah tertera pula dalam Al-Qur'an.
Allah Maha Mengetahui perihal hamba-Nya. Allah Mahateliti akan aturan-aturan hidup yang perlu bagi mereka. Atas dasar itulah Dia menetapkan aturan dan hukum-hukum yang sesuai dengan kehidupan mereka, di mana dan kapan mereka berada. Guna kesejahteraan manusia seutuhnya, Allah mengutus para rasul dengan tugas menyampaikan syariat-Nya, di mana Nabi Muhammad adalah rasul terakhir yang diutus untuk sekalian manusia sampai hari Kiamat. Risalah dan syariat yang dibawanya kekal dan abadi sampai tibanya hari Kiamat.
Firman Allah:
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan-Nya. (al-An'am/6: 124)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa maksud pengetahuan Allah yang Mahaluas mengenai perihal hamba-Nya itu ialah Dia mengangkat derajat para nabi dan rasul melebihi manusia keseluruhannya. Bahkan di antara mereka (para nabi) itu sendiri berbeda-beda tingkat ketinggiannya, dan kedudukan Nabi Muhammad melebihi semua mereka.
Sobat. Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata Manusia itu terbagi menjadi tiga golongan dalam Ibadah atau penyembahan dan tiap-tiap golongan mempunyai ciri khas tersendiri. Adapun ketiga golongan tersebut adalah :
Pertama, golongan manusia yang menyembah Allah karena takut terhadap azab-Nya. Ciri-ciri khasnya ; Merendahkan dirinya dihadapan Allah, Menganggap kebaikannya sedikit. Menganggap keburukannya banyak.
Kedua, golongan manusia yang menyembah Allah karena berharap rahmat-Nya. Ciri-cirinya ; Menjadi teladan bagi orang lain dalam segala kondisi. Menjadi paling dermawan dengan harta dunianya karena dia zuhud dalam urusan duniawi. Selalu berbaik sangka kepada Allah terhadap segala yag diciptakan-Nya.
Ketiga, golongan manusia yang menyembah Allah karena cinta kepada-Nya. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut ; Akan memberikan apa yang dicintainya dan tidak menghiraukan apa pun jika telah mendapatkan ridha Allah SWT.Akan mengerjakan amal sholeh sekalipun kemauannya menolak dan tidak memberi ruang untuk mengikuti hawa nafsu, yang penting Allah meridhainya. Selalu menaati perintah Tuhannya dan menjauhi larangan-Nya.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُم بِٱلۡغَيۡبِ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَأَجۡرٞ كَبِيرٞ
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Mulk (67) : 12)
Sobat. Ayat ini menerangkan tanda-tanda orang bertakwa yang tunduk dan patuh kepada Allah, dan yakin bahwa Allah mengetahui segala yang mereka lakukan baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Tanda-tanda itu ialah:
Pertama, senantiasa takut kepada azab Allah walaupun azab itu merupakan suatu yang gaib, tidak tampak dan belum tentu kapan datangnya.
Kedua, merasa takut akan kedatangan hari Kiamat, karena mengingat malapetaka yang akan terjadi pada diri mereka seandainya mengingkari Allah, seperti peristiwa yang akan terjadi pada hari perhitungan, hari pembalasan, dan azab neraka yang tiada terkirakan.
Ketiga, yakin dan percaya bahwa Allah selalu mengawasi, memperhatikan, dan mengetahui di mana dan dalam keadaan bagaimana mereka setiap saat.
Dalam hadis Nabi Muhammad disebutkan:
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Tak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah. (Riwayat at-Tirmidhi, an-Nasa'i, Ahmad, al-hakim, dan lainnya).
Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh, tidak ada kekhawatiran terhadap diri mereka dan mereka tidak bersedih hati terhadap segala sesuatu yang luput dari mereka, sebagaimana firman Allah:
Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (al-Baqarah/2: 277)
Orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah selalu merasa mendapat pengawasan dari-Nya. Mereka yakin bahwa Dia melihat dan memperhatikan mereka, sebagaimana yang diucapkan Nabi Muhammad dalam konteks ihsan:
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu. (Riwayat al-Bukhari, Muslim, dan Abu Hurairah).
Allah menjanjikan bahwa orang-orang mukmin yang bersifat demikian akan diampuni dosa-dosanya dan akan diberi pahala yang besar di akhirat kelak.
Oleh: Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
0 Komentar