Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Nasib Perempuan di Sistem Kapitalisme


Topswara.com -- Dikutip dari Antara (Jakarta, 6/1/2024), dimana Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA Lenny N Rosalin mengatakan bahwa, "Perempuan semakin berdaya, mampu memberikan sumbangan pendapatan signifikan bagi keluarga, menduduki posisi strategis di tempat kerja, dan terlibat dalam politik pembangunan dengan meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Pemberdayaan Gender." 

Ia juga menambahkan perempuan berdaya akan menjadi landasan yang kuat dalam pembangunan bangsa. Keterwakilan perempuan dalam lini-lini penting dan sektoral juga ikut mendorong kesetaraan gender di Indonesia yang semakin setara.

Adapun KemenPPPA menargetkan peningkatan kualitas dan peran perempuan dalam pembangunan pada 2024. Terlebih dalam menyongsong tahun 2024 ini, komitmen KemenPPPA untuk pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak akan terus ditingkatkan.

Selain itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menambahkan pihaknya akan berfokus pada penguatan kelembagaan dan perbaikan pelayanan publik, terutama terkait lima arahan prioritas Presiden dengan mengedepankan sinergi dan kolaborasi lintas sektor mulai dari pemerintah pusat dan daerah, masyarakat, dunia usaha, dan media.

Namun benarkah jaminan akan nasib perempuan dewasa ini akan terwujud nyata dengan adanya solusi kesetaraan gender serta memberikan peran mereka dalam pembangunan bangsa ke depannya? Tentu saja bila bicara soal sistem yang menaungi solusi ini, yang tak lain ialah sistem kapitalisme, maka mustahil akan mensejahterahkan kaum perempuan. Bahkan bisa jadi eksploitasi terhadap mereka serta peranan mereka semakin terancam. 

Perempuan dianggap semakin berdaya dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Gender. Padahal sejatinya perempuan semakin ke sini semakin banyak mendapatkan permasalahan dalam hidupnya. Tingginya angka perceraian, KDRT, kekerasan seksual dan lainnya menjadi bukti perempuan menderita. 

Juga maraknya persoalan generasi yang tak kunjung selesai. Sampai hari ini saja tingkat KDRT yang terjadi pada perempuan masih setia di angka ribuan kasus. Itu pun masih dalam cakupan berita yang terdata, belum lagi yang tidak terdata. 

Terbukti bahwa sistem kapitalisme telah memanfaatkan potensi yang dimiliki perempuan untuk meraup keuntungan. Seperti melibatkan mereka dalam peran-peran yang tak seharuskan mereka lakoni, salah satu di antaranya meniti karir, menjadi tulang punggung keluarga, serta menjadi pemimpin suatu daerah atau wilayah. 

Kapitalisme telah menjauhkan perempuan dari fitrahnya sebagai ummun warobbatul bait, sebagai madrasah ula bagi generasi yang dilahirkannya. Pada akhirnya yang tampak ialah wajah-wajah kerusakan dalam tatanan keluarga dan masyarakat. Generasi tak dapat asupan ilmu dan kasih sayang dari ibu-ibu mereka. 

Fondasi keluarga yang terguncang akan persoalan ekonomi semata. Hilangnya komunikasi antara pasangan dalam berumah tangga akibat kesibukan pekerjaan. Hal ini tak menjadi fokus bagi kapitalisme menyelesaikannya, sebab bagi sistem kufur ini yang terpenting ialah bagaimana perempuan semakin banyak berperan untuk meningkatkan laju pembangunan dan ekonomi. Di mana hal itu hanya akan menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. 

Sungguh tidak ada solusi paling paripurna terhadap persoalan perempuan hari ini kecuali dengan Islam. Sebagaimana Islam menempatkan perempuan dalam peran yang sesuai dengan fitrahnya. Menjaga kehormatan serta ketentraman jiwanya. Dengan tidak mewajibkan atas dirinya untuk bekerja dan tidak pula melarangnya. 

Namun me-mubah-kan selama itu tak mengganggunya dalam peran utamanya sebagai ummun warobbatul bait, bagi keberlangsungan keluarga dan generasi. 
Terlebih lagi Islam memuliakan perempuan sebab darinya terlahir generasi penerus umat. 

Memperhatikan kesejahteraan serta kewarasannya merupakan fokus utama. Memberikan padanya peran yang tak sepele, yang tak hanya berputar pada pemuasan materi belaka. 

Islam memiliki berbagai mekanisme untuk menjadikan perempuan sejahtera dan tetap terjaga fitrahnya. Sebagaimana dengan terjaminnya akan hak-hak atas dirinya, baik sebagai anak bila dia belum menikah. Baik sebagai istri dan ibu ketika dia telah menikah dan memiliki keturunan. Daulah Islam akan memberikan jaminan akan keperluan dan kebutuhannya. 

Hingga tidak ada ruang bagi mereka untuk dieksplotasi pada potensi yang tak sesuai fitrah. Serta memberikan ruang bagi mereka untuk berkarya dan berkontribusi untuk dakwah kepada umat.

Maka sudah seharusnya kita tidak lagi mencari solusi lain selain Islam. Sebab tidak ada yang semulia Islam dalam menjaga kehormatan perempuan. Untuk itu kembalilah kita pada ajaran Islam yang pernah diperjuangkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat di masanya. Dengan menyongsong kembali kemenangan Islam agar setiap aturan-aturannya diterapkan atas diri kita semua.

Wallahua'lam Bisshawab.


Oleh: Tri Ayu Lestari
Penulis Novel Remaja dan Aktivis Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar