Topswara.com -- Disadari atau tidak, banyak manusia yang merasa tertekan karena berbagai tuntutan dunia yang ditujukan kepadanya. Masalahnya, tuntutan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang kita tidak memiliki kuasa untuk memilihnya. Misalnya, dituntut menikah dengan orang kaya, segera memiliki anak, mempunyai wajah yang cantik, kulit putih dan mulus atau berambut lurus dan lain-lain.
Semua tuntutan tersebut jelas akan membuat pusing dan galau karena menuntut kita dalam perkara qadha, (takdir Allah) yang sekali lagi kita tidak punya kuasa untuk memilihnya. Pertanyaannya? Mengapa orang zaman sekarang tuntutannya selalu kepada perkara duniawi? Sudahlah itu di luar kuasa kita dan tidak akan dihisab pula. Jawabannya adalah karena mereka memiliki mindset kapitalis.
Kapitalisme adalah pandangan hidup yang memandang bahwa hidup di dunia untuk mendapatkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Termasuk pekerjaan, pasangan dan juga kekayaan. Mereka tidak paham bagaimana memandang kehidupan ini dengan kacamata yang benar.
Ditambah lagi, mereka hidup di tengah masyarakat kapitalis yang segalanya dipandang melalui materi. Manusia dikatakan keren ketika bagus nilainya, bergengsi pekerjaannya, banyak uangnya, mahal bajunya, mewah rumah dan mobilnya, dan lain-lain. Kalau tidak memenuhi standar tersebut, maka seseorang akan dipandang sebelah mata.
Masyarakat yang begini terbentuk karena negaranya juga kapitalis. Negara kapitalislah yang membiarkan media menyebarkan standar kebahagiaan yang salah. Digambarkan, kalau kehidupan yang sempurna itu ketika banyak prestasinya, banyak uangnya, punya pasangan ideal yang cantik (walaupun tidak menutup aurat), bisa jalan-jalan ke luar negeri, belanja sana sini hingga ratusan juta, dan lain-lain.
Selain itu, negara juga mengabaikan perannya untuk membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami pada diri generasi. Itulah penyebab generasi menjadi budak dunia yang rela menabrak syariat demi mendapatkan pundi-pundi cuan secara instan.
Sebenarnya masyarakat bisa diedukasi massal melalui sistem pendidikan yang diterapkan oleh negara. Berhubung negaranya kapitalis sekuler, maka sistem pendidikannya pun berbasis sekuler. Kurikulumnya memisahkan agama dari kehidupan. Alhasil semakin jauhlah generasi dari identitas keislamannya. Maka wajar, kalau tuntutan-tuntutan yang diberikan pun sebatas duniawi.
Di sinilah pentingnya mengikuti ngaji Islam secara kaffah supaya generasi tidak salah fokus. Kalaupun punya tuntutan, seharusnya tuntutan yang benar. Misalnya saja, tuntutan menjadi sjalih dan shalihah, tuntutan berdakwah, tuntutan birrul walidain. Nah, kalau begitu tututannya kan enak, karena berada dalam area yang kita kuasai, area yang bisa kita pilih, kalau kita usaha pasti bisa untuk mendapatkan dan mengamalkannya. Karena itu berada dalam area pilihan kita yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Kalau kita mengkaji Islam secara kaffah dan tsaqafah izzah (pemikiran yang mencerahkan), maka kita akan memiliki kerangka berpikir yang benar. Cara berpikir benar akan melahirkan perbuatan yang benar juga. Sehingga tidak akan salah fokus seperti orang kapitalis. Karena, kita benar-benar paham bahwa kita dihidupkan di dunia hanya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala (QS. Adz-Dzariyat: 56) tidak ada tujuan lain.
Namun, jangan mencukupkan diri hanya mengkaji Islam saja. Kita juga harus menjalankan kewajiban yang lain, yaitu mendakwahkannya. Mendakwahkan Islam hingga masyarakat paham tentang kebahagiaan yang benar, yaitu mendapatkan ridha Allah Ta'ala.
Nah, kalau semua orang paham jadinya enak kan? Tuntutannya tidak dalam perkara qadha, tapi dalam area yang kita kuasai, yang kita bisa memilih dan pastinya itu akan dimintai pertanggungjawaban. Maka masyarakat yang islami akan punya kepekaan sosial yang tinggi, kontrol masyarakatnya jalan. Ada budaya amar makruf nahi mungkar dan fastabiqul khairah atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tuntutan-tuntutan yang akan mereka berikan adalah tuntutan-tuntutan yang bisa membuat seseorang semakin bagus nilainya di sisi Allah Ta'ala, bukan perkara duniawi.
Masalahnya, masyarakat islami tidak mungkin tercipta dari sistem kapitalis. Ingat, masyarakat adalah kumpulan manusia yang memiliki pemikiran, perasaan dan diikat oleh peraturan yang sama. Kalau mau masyarakatnya islami, maka aturannya juga harus islami.
Tentunya yang menerapkan aturan Islam secara kaffah, bukan yang setengah-setengah dan negara yang mampu menerapkan Islam secara kaffah disebut-sebut di dalam kitab fikih dengan istilah khilafah islamiyah.
Khilafah dengan kewenangan membuat aturan akan menjaga generasi dari ide-ide menyesatkan termasuk standar kebahagiaan kaum kapitalis. Khilafah akan memastikan semua tayangan punya fungsi mengedukasi dan menguatkan ketakwaan.
Kalau ada tayangan menyesatkan yang lolos tayang, akan dilenyapkan dengan secepat kilat. Alhasil, generasi akan benar-benar dijaga dari pemikiran rusak dari luar Islam.
Selain itu, khilafah juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam, yang dulu pernah diterapkan di masa kekhilafahan dan menghasilkan generasi yang gemilang. Hal tersebut disebabkan karena sistem pendidikan yang digunakan berbasis akidah Islam.
Tujuannya adalah untuk membentuk generasi yang mempunyai pola pikir dan pola sikap islami. Jadi, tidak perlu dituntut berkontribusi positif untuk masyarakat, mereka sudah memiliki kesadaran sendiri dalam segala hal yang mereka bisa memilih.
Mereka akan memilih pilihan yang terbaik sesuai dengan keridhaan Allah Ta'ala. Jika memang ada yang menuntut mereka terdepan dalam perkara dunia yang mereka tidak mempunyai kuasa atasnya, maka mereka tidak akan gampang pusing apalagi galau. Karena mereka sudah sangat paham bahwa hal-hal seperti itu tidaklah layak untuk dijadikan tuntutan. Masya Allah, konsep Islam keren banget kan? Tidakkah kita merindukannya? []
Oleh: Nabila Zidane
Jurnalis
0 Komentar