Topswara.com -- Generasi Z atau bisa disingkat menjadi Gen-Z adalah generasi peralihan dari milineal menuju masa modern dengan perkembangan global yang semakin pesat.
Tidak heran Gen-Z cenderung lebih dekat dengan teknologi. Ini karena perkembangan zaman dan juga kemajuan teknologi yang membuat Gen-Z demikian. Lalu apa itu ‘mental tempe’? Mengapa disematkan menjadi ciri khas Gen-Z sih?
‘Mental tempe’ julukan yang diberikan oleh generasi sebelumnya untuk Gen-Z saat ini. Bagaimana tidak disebut ‘mental tempe’ jika sedikit-sedikit sudah depresi dan selalu merasa pesimis akan gagal, kemudian berujung dengan penyesalan yang berlarut. Bisa dikatakan hampir sebagian Gen-Z memang memiliki mental seperti ini.
Banyaknya kasus bunuh diri akibat depresi menjadi bukti bahwa mental Gen-Z sangatlah lemah. Baru mendapat tekanan sedikit saja sudah merasa sangat depresi dan berpikir pendek untuk melakukan bunuh diri. Mereka pikir bunuh diri bisa menyelesaikan masalah.
Padahal mental seperti ini sangat buruk jika terus dipertahankan. Masalah mental telah menjadi masalah yang sangat sensitif bagi Gen-Z. Banyak hal yang sebenarnya mudah untuk coba diupayakan tetapi menjadi sangat sulit bagi mereka. Ini tentu karena mereka tidak yakin untuk mencoba dan berusaha. Inilah pemicu utama dari timbulnya mental seperti ini.
Penting untuk diketahui, sesungguhnya penyebab utama lahirnya ‘mental tempe’ adalah salah didik atau salah treatment. Terlalu dimanja membentuk Gen-Z menjadi generasi yang manja dan rapuh.
Apalagi dengan adanya kemudahan mengakses banyak hal saat ini, membuat Gen-Z lebih suka berdiam diri dikamar bersama media sosial. Mereka jadi enggan untuk bersosialisasi dan kurang memiliki upaya keras.
Lalu adakah solusi untuk ‘mental tempe’ ini? Pada sebagian orang, solusi terbaik memang berbicara dari hati ke hati. Namun, harus diingat, kebanyakan dari Gen-Z lebih suka didengar dari mendengarkan.
Mereka juga cenderung menyukai pemberian saran dibanding di-judge ketika mereka didengar. Mereka perlu diberi saran yang baik sesuai ajaran Islam, tetapi disampaikannya dengan cara yang smooth.
Namun, tentu bukan hal ini saja yang bisa dilakukan untuk menghilangkan ‘mental tempe’pada Gen-Z. Bisa dilakukan cara lain, yaitu dengan menganjurkan mereka berdzikir, shalat dan membaca Al-Qur’an. Ini bisa menjadi obat psikoterapi terbaik bagi mereka.
Sebab ketika manusia menyerahkan semuanya pada Allah dan sadar bahwa segalanya sesuatunya telah diatur oleh Allah dengan sebaik-baiknya, maka perasaan batin akan menjadi lebih tenang.
Sebenarnya banyak Gen-Z yang bunuh diri hanya karena depresi dan stres disebabkan pemikiran mereka sendiri. Dengan pemahaman Islam mereka akan takut dengan dosa dan memilih untuk berserah diri dan membiarkan Allah menjadi penolong terbaik bagi mereka.
Sayangnya saat ini masih banyak Gen-Z yang tidak mengetahui solusi ini. Mereka cenderung berharap kepada manusia dibanding kepada Sang Pencipta. Inilah sesungguhnya yang ditanamkan oleh pemikiran liberal yang diterapkan saat ini.[]
Oleh: Awanda Rizkia Locha
Pelajar di Depok
0 Komentar