Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menjadi Ayah Shalih dan Hebat (Belajar dari Nabi Ibrahim)


Topswara.com -- Tersebutlah tokoh pengasuhan dalam Al-Qur'an. Dimana keluarganya ditinggikan atas seluruh insan (3:33). Dialah Ibrahim, ayah teladan
Di tengah kesibukan sebagai Nabi, tetap peduli terhadap anak istri. Meneruskan iman dari generasi ke generasi. Meski pulang setahun sekali, bukan berarti jadi ayah yang tidak peduli. Urusan mengasuh anak tetap dilakoni. 

Terbukti 2 dari 12 anaknya adalah Nabi 
Dialah Abu al anbiya. Seluruh keturunannya menjadi manusia mulia. Hingga kita perlu belajar kepadanya bagaimana seharusnya menjadi orang tua.

Dari Ishaq anaknya, lahirlah sosok Ya'qub hingga Yusuf yang mempesona. Dari Ismail buah hati tercinta, berabad-abad kemudian lahirlah Muhammad, manusia termulia.

Untuk bisa mencetak anak semulia Ismail, maka belajarlah menjadi orang tua sekualitas Ibrahim. Mengasuh anak harus terampil tidak bisa sim salabim
Ibrahim memberikan bukti, bahwa tanggung jawab ayah bukan sekedar mencari sesuap nasi. 

Tetapi juga peduli dalam mengasuh anak bersama istri. Ibu memang madrasah pertama seorang anak dan ayah adalah kepala sekolahnya. Maka jadilah ayah kepala sekolah bukan penjaga sekolah
Kepala sekolah tugasnya menyamankan sekolah. Inilah yang dilakukan Ibrahim saat mula-mula mencari tempat tinggal bagi keluarganya (14:35).

Jika sekolah nyaman, maka siswa pun belajar dengan fun. Itulah kenapa suami harus bisa nyamankan istri agar ia bisa asuh anak dengan suka hati
Sebagai kepala sekolah, Ibrahim punya visi misi (14:35-37). 

Hajar sebagai ibu jalankan tugas sesuai juklak tanpa merasa ragu. Saat kembali ke rumah, Ibrahim total jalankan misi mengasuh. Anak sering diajak ngobrol seraya jwa hadir secara utuh.

Perintah Allah disampaikan secara santun. Anak menerimanya tidak dengan manyun. Taat dalam kondisi apapun (37:102)
Anak yang tak pernah diajak bicara, taat karena terpaksa. Saat lepas dari orang tua merasa merdeka. Langgar agama tidak takut dosa.

‘Bagaimana pendapatmu nak?’ Inilah kalimat sakti seorang ayah, yang hargai anaknya. Meski anak masih belia tetap punya hak untuk ditanya. Ayah hebat Ibrahim, cari tempat tinggal tidak main-main. Lebih memilih jauh di ujung berung asal dekat dengan masjid tempat bernaung (14:37) 

Sebab, jika anak terbiasa bermain dekat masjid, jiwanya dekat dengan Allah Al Majid. Jika dekat dengan mall atau pasar, syahwatnya makin liar.

Maka, jangan sembarang cari tempat tinggal. Karena jika tidak, rencana pengasuhan sebaik apapun berpotensi gagal. Akhlaq Ibrahim juga jadi teladan. Tidak berbeda apa yang dikerjakan dengan yang dikatakan. Sebelum mengajar anak, ia memulai duluan (14:40-41).

Anak belajar dari apa yang dilihat ketimbang apa yg didengar. Lisan menyuruh untuk sholat namun kadang ayah sendiri suka melanggar. Terakhir, saat jauh terpisah dari ananda tidak pernah alpa merangkai doa. Anak terikat hatinya sebab dijaga oleh Allah Penguasa Semesta.

Ibrahim merangkai doa dari negeri sebrang. Berharap iman dalam jiwa anak tidak pernah hilang. Inilah sosok ayah penyayang. Jika jarak telah memisahkan, biarkan doa yg menyatukan. Sebab doa senjata orang beriman. Inilah rahasia kesuksesan ayah teladan.

Maka tidak ada alasan karena sibuk bekerja, abai dalam urusan rumah tangga. Justru lelaki mulia diukur dari kemanfaatan di dalam keluarga
Mari belajar jadi ayah hebat dari Ibrahim agar lahir generasi sekualitas ismail. Jika peran ayah minim, bagaimana mungkin negeri kita berhasil?.

Sebab seorang istri yang taat ditentukan dari seorang suami yang teladan dan shalih, jika suaminya rusak maka rusaklah kurikulum rumah tangga. Sebab tugas terberat seorang suami bukan mencari nafkah untuk anak dan istrinya, tetapi adalah menyelamatkan keduanya dari azab api neraka.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا....
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka......(QS. At Tahrim: 6).

Tidak akan masuk surga seorang suami, selagi belum ditanya tentang kepemimpinannya dalam rumah tangga.


Oleh: Hafidz Mubarok Al-Qudsiyyah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar