Topswara.com -- Sobat. Kita mengenal Allah untuk beribadah kepada-Nya. Kita tidak akan bisa beribadah kepada-Nya dengan baik kecuali bila kita mengenal-Nya dengan baik. Kenapa kita harus beribadah kepada-Na? Agar kita bahagia karena kedekatan kita kepada-Nya, dan demi mewujudkan tujuan penciptaan kita.
Sobat. Kita harus mengenal Allah, karena hanya kepada-Nya kita kembali. Kita akan datang kepada-Nya seorang diri, lepas dari segala sesuatu. Semua hal yang Kita dapatkan sepanjang hidup tidak akan menyertai kita. Di saat itu, kita tidak memiliki apa-apa kecuali Allah SWT!
Karenanya salah satu nama Allah yang akan kita bahas adalah al-Quddus yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr (59) ayat 23 :
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr (59) : 23).
Sobat. Dialah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki segala sesuatu yang ada, dan mengurus segalanya menurut yang dikehendaki-Nya. Yang Mahasuci dari segala macam bentuk cacat dan kekurangan.
Yang Mahasejahtera, Yang Maha Memelihara keamanan, keseimbangan, dan kelangsungan hidup seluruh makhluk-Nya, Mahaperkasa tidak menganiaya makhluk-Nya, tetapi tuntutan-Nya sangat keras. Dia Mahabesar dan Mahasuci dari segala apa yang dipersekutukan dengan-Nya.
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ ٱلۡمَلِكِ ٱلۡقُدُّوسِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ
“Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Jumu’ah (62) : 1).
Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi baik yang bernyawa maupun tidak, benda keras ataupun cair, pepohonan, dan sebagainya, bertasbih kepada Allah, menyucikan-Nya dari hal-hal yang tidak wajar, seperti sifat-sifat kekurangan dan sebagainya.
Setiap kita melihat dan memandang kepada apa yang ada di bumi dan di langit, semuanya itu menunjukkan kepada kita atas keesaan penciptanya yaitu Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya. Ini sejalan dengan firman Allah:
Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya. (al-Isra'/17: 44)
Ayat pertama ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah itu merajai segala apa yang ada di bumi dan di langit, bertasbih kepada-Nya dengan kehendak-Nya berdasarkan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya, suci dari segala yang tidak layak dan tidak sesuai dengan ketinggian dan kesempurnaan-Nya. Tuhan Yang Mahaperkasa, menundukkan segala makhluk-Nya dengan kekuasaan-Nya. Mahabijaksana dalam mengatur hal ihwal mereka.
Dialah yang lebih mengetahui kemaslahatan mereka, yang akan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah SWT berfirman :
وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah (2) : 30).
Sobat. Ketika Allah swt memberitahukan kepada para malaikat-Nya bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah di bumi, maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Para malaikat menganggap bahwa diri mereka lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah SWT.
Allah SWT tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat. Segala yang akan dilakukan Allah swt adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi walaupun tak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.
Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s. di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Pengertian ini dapat dikuatkan dengan firman Allah:
Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi" (sad/38: 26).
Sebagaimana kita ketahui Daud a.s. di samping menjadi Nabi juga menjadi raja bagi kaumnya. Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum Muslimin memilih dan mengangkat seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum Muslimin yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini.
Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.
Sobat. Anda harus percaya bahwa tugas manusia di dunia adalah membersihkan jiwanya supaya layak berada di sisi Allah di Surga. Allah Mahabaik, Dia tidak menerima kecuali yang baik.
Sobat. Anda harus memusatkan perhatian pada penyucian jiwa agar anda layak bersama para Nabi, orang yang lurus, para syuhada, dan orang sholeh pada hari kiamat kelak, Sungguh,mereka adalah sebaik-baik teman.
فَاطِرُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ جَعَلَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَمِنَ ٱلۡأَنۡعَٰمِ أَزۡوَٰجٗا يَذۡرَؤُكُمۡ فِيهِۚ لَيۡسَ كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy –Syura (42) : 11).
Sobat. Allah menerangkan bahwa Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, begitu juga hal-hal aneh dan ajaib yang mengherankan yang kita saksikan seperti luasnya cakrawala yang membentang luas di atas kita tanpa ada tiang yang menunjangnya; karenanya. Dia-lah yang pantas dan layak dijadikan sandaran dalam segala hal dan dimintai bantuan dan pertolongan-Nya; bukan tuhan-tuhan mereka yang tidak berdaya dan yang tidak dapat berbuat apa-apa.
Sobat. Dia-lah yang menjadikan bagi manusia dari jenisnya sendiri jodohnya masing-masing; yang satu dijodohkan kepada yang lain sehingga lahirlah keturunan turun-temurun memakmurkan dunia ini. Demikian itu berlaku pula pada binatang ternak yang akhirnya berkembang biak memenuhi kehidupan di bumi.
Dengan demikian, kehidupan makhluk yang berada di atas bumi ini menjadi teratur dan terjamin bagi mereka. Makanan yang cukup bergizi, minuman yang menyegarkan dan nikmat-nikmat lain yang wajib disyukuri untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semuanya itu menunjukkan kebenaran dan kekuasaan Allah. Tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam segala hal. Dia Maha Mendengar, Dia mendengar segala apa yang diucapkan setiap makhluk, Dia Maha Melihat.
Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dia melihat segala amal perbuatan makhluk-Nya, yang baik maupun yang jahat. Tidak ada sesuatu pun yang menyamai kekuasaan, kebesaran, dan kebijaksanaan-Nya.
Sobat. Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ayat ini secara jelas menyatakan demikian. Demikian pula beberapa ayat berikut:
Mahasuci (Allah) yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yasin/36: 36)
Firman Allah:
Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir (ar-Ra'd/13: 3)
Dan firman-Nya
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah). (adh-dzariyat/51: 49)
Sobat. Menurut kajian ilmiah, bukan hanya makhluk hidup yang berpasang-pasangan namun benda-benda mati juga berpasang-pasangan. Dengan menggunakan ilmu dan peralatan canggih yang ada saat ini, sudah dapat diketahui mengenai adanya pasangan-pasangan dari atom sampai ke awan.
Atom, yang tadinya diduga merupakan wujud yang terkecil dan tidak dapat dibagi, ternyata iapun berpasangan. Atom terdiri dari elektron dan proton. Proton yang bermuatan listrik positif dikelilingi oleh beberapa partikel elektron yang bermuatan listrik negatif. Muatan listrik di kedua kelompok partikel ini sangat seimbang.
Sobat. Tumbuh-tumbuhan pun memiliki pasangan-pasangan guna pertumbuhan dan perkembangannya. Sebelumnya, manusia tidak mengetahui bahwa tumbuh-tumbuhan juga memiliki perbedaan kelamin jantan dan betina. Buah adalah produk akhir dari reproduksi tumbuhan tinggi.
Tahap yang mendahului buah adalah bunga, yang memiliki organ jantan dan betina yaitu benangsari dan putik. Bila tepungsari dihantarkan ke putik, akan menghasilkan buah, yang kemudian tumbuh, hingga akhirnya matang dan melepaskan bijinya. Oleh sebab itu seluruh buah mencerminkan keberadaan organ-organ jantan dan betina, suatu fakta yang disebut dalam Al-Qur'an.
Sobat. Ada tumbuhan yang memiliki benangsari dan putik sehingga menyatu dalam diri pasangannya; dan dalam penyerbukannya ia tidak membutuhkan pejantan dari bunga lain. Namun, ada juga yang hanya memiliki salah satunya saja sehingga untuk berproduksi ia membutuhkan pasangannya dari bunga lain. Hanya Allah yang tidak berpasangan.
Sobat. Jadi Al-Quddus itu bisa bermakna bahwa Allah bebas dari segala sifat yang dipersepsi indera, atau yang dibayangkan imajinasi atau yang tersirat di hati, atau yang terlintas dalam pikiran.
Al-Quddus bermakna bahwa Allah suci dari segala macam hajat atau kebutuhan dan sifat-sifat-Nya suci dari berbagai macam cela, cacat, dan kekurangan – justru Dia adalah tempat bergantung. Allah Mahasuci pada zat-Nya, tetapi Dia menyucikan hamba-hamba-Nya yang taat. Ketika manusia terus mendekat kepada Allah SWT, ia akan menjadi orang yang berhati besar, bersih, hati yang dipenuhi cinta kepada Allah SWT.
Sobat. Para ulama salafushshalih mengatakan, “ Orang yang mengetahui dan memahami nama Al-Quddus tidak akan pernah mengikuti hawa nafsunya dan selalu menyucikan hartanya dari segala yang haram dan syubhat. Orang yang mengetahui nama ini niscaya akan menyucikan waktunya dari segala noda penyimpangan.”
Oleh: Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku Buatlah Tanda di Alam Semesta
0 Komentar