TopSwara.com – Tidak jarang terjadi istri shalihah bersuamikan orang yang kurang saleh. Entah ada kekeliruan di mana dalam prosesnya. Bisa jadi karena suami berubah setelah menikah. Yang tadinya saleh menajdi kurang saleh. Yang tadinya rajin ngaji dan dakwah malah jadi malas. Jarang hadir ngaji dan mulai menarik diri dari kegiatan dakwah bersama kawan-kawan seperjuangannya.
Penyebabnya bisa bermacam macam persoalan. Di antaranya yang paling sering adalah kesibukan kerja atau bisnis dalam rangka mencari maisyah. Yang kita tahu memang dalam kondisi sekarang makin susah saja. Karena hidup dalam penjajahan sistem kapitalisme yang secara sengaja memiskinkan rakyat secara struktural sistemis.
Tentu saja hal ini sangat mengecewakan bagi istri. Yang memang sejak awal mendambakan rumah tangga dakwah. Rumah tangga perjuangan. Rumah tangga sakinah yang sesungguhnya. Meneladani keluarga paling mulia se-alam semesta yakni keluarga Baginda Nabi Muhammad SAW. Juga mengikuti perjalanan dakwah keluarga para sahabat yang langsung dibina oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.
Seringkali terjadi pula lantaran kecewa dengan kepemimpinan suami maka istri pun ikutan tak semangat. Malah ikutan malas ngaji dan dakwah. Seolah malah mencontoh tindakan suami yang tidak benar. Akhirnya rumah tangga dakwah pun kandas ditelan badai dunia.
Apa sebenarnya yang paling tepat dilakukan istri ketika suami jatuh pada situasi demikian?
Ada dua hal pokok yang mestinya dilakukan oleh istri:
Pertama. Istri harus memahami bahwa kondisi suami yang futur itu adalah ujian bagi dirinya, bagi suaminya dan bagi rumah tangganya. apakah akan mampu bertahan ataukah tidak dalam upaya menjadi rumah tangga dakwah.
Oleh karena itu istri harus berperan sebagai penolong suami agar bisa keluar dari ujian ini dengan selamat. Istri harus terus berupaya sekuat tenaga untuk istiqomah. Bukan malah mengikuti suami yakni ikutan ga ngaji dan ga dakwah.
Kedua. Istri melakukan dua upaya sebagai berikut:
a. Maka istri mestinya berupaya menasehati suami dengan cara yang paling baik. Pada waktu terbaik dan bahasa terbaik dan hal terbaik lain hingga suami mau menerima nasehatnya.
b. Berupaya Qona'ah dengan nafkah suami. Sampaikan kepada suami bahwa istri akan jauh lebih berbahagia dengan nafkah sederhana tapi suami tetap semangat ngaji dan dakwah. Daripada suami mbantung tulang menghabiskan waktu nya untuk kerja sehingga ga sempat ngaji dan dakwah. Istri harus berupaya meyakinkan suami bahwa dia bukanlah wanita materialistis. Dia adalah wanita Sholihah yang selalu bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada suaminya.
b. Istri berdoa dengan sebaik baik doa untuk keselamatan suami agar segera sadar dan rajin ngaji dan dakwah lagi. Dia diwaktu terbaik, dengan niat terbaik, dan pengharapan terbaik. Dilandasi amal terbaik untuk mengetuk langit hingga Allah SWT akan mengabulkannya.
Dalam kitab Ajaib Ad Du’aa’, Kholid bin Sulaiman bin ‘Ali Ar Robi’i, 2/183-184, disebutkan sebuah kejadian sebagai berikut:
"Ada seorang suami yang benar-benar jauh dari ketaatan pada Allah Ta’ala, yang sudah gemar melakukan dosa. Ia memiliki istri yang sholehah. Istrinya ini senantiasa memberinya nasehat, wejangan dan berlemah lembut dalam ucapan pada suaminya, namun belum juga nampak bekas kebaikan pada diri sang suami. Si istri ini pun tahu bahwa do’a kepada Allah Ta’ala adalah sebaik-baiknya cara (agar suaminya bisa mendapatkan hidayah). Karena Allah subhanahu wa ta’ala yang memberi petunjuk pada siapa saja yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki. Si istri ini akhirnya terus menerus berdoa agar Allah memperbaiki keadaan suaminya menjadi baik dan menunjukkan suaminya ke jalan yang lurus (shirothol mustaqim). Ia tidak bosan-bosannya berdoa akan hal ini siang dan malam.
Akhirnya si istri mendapatkan waktu yang ia nanti-nanti. Suatu hari hidayah pun menghampiri suaminya, nampak pada suaminya tanda kembali taat. Suaminya akhirnya gemar lakukan kebaikan, ia pun bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala. Walillahil hamd, segala puji hanya untuk Allah."
Artinya kesetiaan istri kepada Allah dan RasulNya telah diberikan oleh Allah imbalan berupa kembalinya suaminya ke jalan yang benar. Maka sikap Istiqomah istri dalam terus ngaji dan dakwah serta ketulusan doanya untuk suaminya telah berubah manis.
Maka inilah sosok istri Sholihah yang menajdi harta terbaik seorang suami. Melebihi semua harta yang terhampar di langit dan bumi.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR. Muslim, no. 1467)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu,
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرٍ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ إِذَا نَظرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik simpanan seorang lelaki, yaitu istri salehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Daud, no. 1664).
Istri yang berperan menjadi penolong suami di saat suami sedang lalai dari berjuang di jalan Allah. Memegang erat tangan suami kemudian menariknya dari luar garis perjuangan. Menghibur suami dan qonaah dengan pemberian suami sehingga hati suami menajdi tenteram. Baik dalam bekerja maupun dalam ngaji dan dakwah
Selamat berjuang wahai para istri Sholihah. Di pundakmu ada tugas mulia. Menjadi pendamping, pendukung dan penolong suami agar tetap semangat ngaji dan dakwah. Allaahu Akbar!. Wallahu a'lam.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar