Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ideologi Apa yang Sebenarnya Menjadi Ancaman?


Topswara.com -- "Dahulu, urusan Bani Israil selalu dipimpin dan dipelihara oleh para Nabi. Setiap Nabi meninggal, ia akan digantikan oleh Nabi berikutnya. Namun sungguh tidak ada Nabi sesudahku, tetapi akan ada banyak khalifah. Para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami?" Rasulullah menjawab, "Penuhilah baiat yang pertama, dan yang pertama saja. Sesungguhnya Allah akan memintai pertanggungjawaban terhadap urusan yang dibebankan kepada mereka” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis tersebut, Rasulullah menyampaikan beberapa hal kepada kita: pertama, urusan politik dan spiritual Bani Israil sebelum datangnya Rasulullah SAW. dipegang oleh para nabi dan rasul.

Kedua, urusan politik dan spiritual kaum muslimin dan seluruh manusia dipimpin oleh Rasulullah SAW. setelah diutusnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Ketiga, tidak ada lagi nabi dan rasul setelah beliau saw. karenanya, urusan spiritual (kenabian/wahyu) telah terputus ketika beliau wafat. Keempat, penerus estafet kepemimpinan politik setelah Rasulullah SAW. adalah para khalifah.

Para khalifah ini adalah pemimpin tertinggi negara dengan sistem pemerintahan bernama khilafah. Kekhilafahan paling awal adalah Khulafaur Rasyidin dan berlangsung terus menerus hingga Khilafah Utsmaniyah yang mampu menyatukan dua pertiga wilayah dunia dibawah kepemimpinannya. 

Perlu diketahui, bahwa meskipun Islam menjadi dasar negara, politik, dan sosial, warga negara khilafah tidak pernah homogen. Wilayah khilafah selalu dihuni berbagai ras, suku bangsa dan agama sejak awal berdirinya negara Islam pertama yang dipimpin Rasulullah SAW. di Madinah.

Khilafah akhirnya dipaksa runtuh pada 3 Maret 1924 setelah gerakan misionaris Eropa berhasil memecah-belah kesatuan khilafah dari dalam dan adanya peran strategis Mustafa Kemal Attaturk yang merupakan antek Inggris untuk memecah kekuatan militer Khilafah Utsmani. 

Selain itu keikutsertaan khilafah pada Perang Dunia I, menjadikannya terjatuh pada jebakan pasukan Sekutu. Setelah itu, wilayah Khilafah yang sebelumnya bersatu, dipecah-belah menjadi lebih dari 50 negara bangsa melalui perjanjian Sykes-Picott (Abdul Qadim Zallum, 1990, Kayfa Hudimat Al-Khilafah).

Secara normatif, khilafah adalah kewajiban yang harus dijaga oleh setiap muslim agar perintah untuk berhukum dengan Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana dalam QS. An-Nisa' ayat 59 dapat terealisasi. Dan secara historis, khilafah terbukti mampu menjaga keamanan, kesejahteraan, dan keberagaman manusia yang tergabung dalam kekuasaannya.

Karenanya, sangat aneh jika ada seseorang yang mengaku muslim menganggap khilafah sebagai sebuah ancaman, karena fakta sejarah justru mengungkapkan hal sebaliknya.

Khilafah Ancaman Bagi Musuh Islam

Khilafah, sejak awal telah menjadikan Islam sebagai Ideologi dan asasnya. Sebagaimana kita tahu, Islam tidak hanya bicara tentang pengaturan urusan manusia dengan dirinya sendiri maupun tuhannya saja. 

Lebih luas dari itu, Islam juga memiliki konsep pengaturan hubungan manusia dengan manusia yang lain yang tertuang dalam sistem politik, ekonomi, sosial, dan persanksian. 

Karenanya Islam bukan hanya agama yang memiliki aspek spiritual, tetapi juga aspek politik. Inilah yang menjadikan Islam layak dikatagorikan sebagai ideologi sebagaimana kapitalisme dan sosialisme.

Meski begitu, Islam adalah ideologi khas yang berbeda dengan kapitalisme dan sosialisme. Secara asal, Islam berasal dari Allah, pencipta dan pengatur manusia. Sedangkan kapitalisme dan sosialisme lahir dari buah pikir manusia yang lemah dan terbatas. 

Karenanya, baik kapitalisme maupun sosialisme memiliki cacat bawaan, yakni aturannya tidak universal dan berlaku di segala zaman. Standar baik-buruk, benar-salah dua ideologi ini senantiasa berubah sesuai pendapat manusia di zaman tersebut. 

Berbeda dengan Islam yang memiliki standar baku dalam baik-buruk dan benar-salah, termasuk halal-haram. Karenanya, Islam tidak akan pernah bisa berkompromi dengan kapitalisme dan sosialisme.

Dalam masalah ekonomi misalnya. Riba di dalam Ideologi Islam, termasuk dosa besar yang harus dicegah pemanfaatannya. Namun kapitalisme dan sosialisme justru menganggap riba adalah hal yang biasa. Belum lagi jika kita bicara tentang aspek lainnya. Karenanya, Islam akan senantiasa menjadi ancaman bagi kapitalisme dan sosialisme.

Kebenaran Akan Datang, dan Kebatilan Akan Lenyap

Ideologi Islam yang tegak bersama tegaknya khilafah, tidak akan menjadi ancaman bagi orang mukmin maupun orang kafir yang tidak memiliki penyakit dalam hatinya. Tidak ada yang merasa terancam kecuali orang-orang yang menjadi pengabdi dua ideologi batil: kapitalisme dan sosialisme.

Seburuk apapun narasi negatif yang dihembuskan untuk menghambat tegaknya Islam, pasti akan mengalami kegagalan, karena kemenangan Islam adalah janji Allah. 

Sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS. Al-Fath ayat 28, "Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi”.

Cukuplah kabar gembira dari Allah bagi orang-orang yang beriman, 'Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap' (QS. Al. Isra':81).


Oleh: Ranita
Pegiat Dakwah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar