Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hakikat Sabar


Topswara.com -- Sobat. Kebahagiaan hidup diperoleh dengan kesabaran, dan derajat yang tinggi diperoleh dengan rasa syukur. Tiada kesuksesan dan keberuntungan di dunia dan akherat kecuali dengan sabar.

Sobat. Andaikan petani itu tidak bersabar memelihara benihnya, maka ia tidak akan merasakan panen. Andaikan penanam itu tidak bersabar dengan apa yang ditanam, maka ia tidak akan memperoleh hasilnya. Andaikan seorang pelajar tidak bersabar dalam belajarnya, maka ia tidak akan lulus. Andaikan prajurit tidak bersabar di medan perang, maka ia tidak akan menangan.

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ  

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya’ (21) : 35).

Sobat. Dalam ayat ini Allah menyatakan lebih tegas lagi, bahwa setiap mahluk-Nya yang hidup atau bernyawa pasti akan merasakan mati. Tidak satu pun yang kekal, kecuali dia sendiri, dalam hubungan ini, Allah berfirman dalam ayat yang lain:
Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (al-Qashash/28: 88).

Selanjutnya dalam ayat ini Allah menjelaskan cobaan yang ditimpakan Allah kepada manusia tidak hanya berupa hal-hal yang buruk, atau musibah yang tidak disenangi, bahkan juga ujian tersebut dapat pula berupa kebaikan atau keberuntungan. 

Apabila ujian atau cobaan itu berupa musibah, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap dan keimanan manusia, apakah ia sabar dan tawakkal dalam menerima cobaan itu. Dan apabila cobaan itu berupa suatu kebaikan, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap mental manusia, apakah ia mau bersyukur atas segala rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya.

Jika seseorang bersikap sabar dan tawakkal dalam menerima cobaan atau musibah, serta bersyukur kepada-Nya dalam menerima suatu kebaikan dan keberuntungan, maka dia adalah termasuk orang yang memperoleh kemenangan dan iman yang kuat serta mendapat keridaan-Nya. 

Sebaliknya, bila keluh kesah dan rusak imannya dalam menerima cobaan Allah, atau lupa daratan ketika menerima rahmat-Nya sehingga ia tidak bersyukur kepada-Nya, maka orang tersebut adalah termasuk golongan manusia yang merugi dan jauh dari rida Allah. Inilah yang dimaksudkan dalam firman-Nya pada ayat lain:

Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan salat. (al-Ma'arij/70: 19-22).

Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa bagaimana pun juga tingkah laku manusia dalam menghadapi cobaan atau dalam menerima rahmat-Nya, namun akhirnya segala persoalan kembali kepada-Nya juga. Dialah yang memberikan balasan, baik pahala maupun siksa, atau memberikan ampunan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Sobat. Sabar secara terminologi adalah mencegah, dan menahan diri. Sabar dalam menghadapi musibah, maka maksudnya adalah menahan diri dari sedih dan jengkel. Sabar dalam menghadapi rasa sakit berarti menjaga lidah untuk mengeluh atau mengucapkan kata-kata yang tidak sepatutnya.

Sobat. Sedangkan sabar ketika kehilangan sesuatu yang dicintai berarti menjaga seluruh anggota tubuh dari menampar pipi, menyobek-nyobek baju, atau mengikuti tradisi buruk kaum jahiliyah ketika kehilangan orang atau sesuatu yang dicintainya.

Sobat. Sabar sebelum beramal adalah meluruskan niat, membulatkan tekad agar amal sholeh terlaksana dengan sempurna. Sabar saat beramal adalah tidak terburu-buru menyelesaikan amal shalih hingga terlaksana dengan sempurna. 

Sabar setelah beramal adalah tidak memberitahukan amala sholeh kepada orang lain agar terhindar dari rasa ujub, sum’ah dan riya.

Sabar adalah menjauhi larangan, tenang ketika menghadapi musibah, dan mengedepankan kekayaan jiwa di saat kefakiran menyelimuti seluruh aspek kehidupan. Meninggalkan perbuatan yang diinginkan nafsu mengantarkan kita ke maqam sabar. Inilah kemenangan kekuatan agama dalam meredam dorongan nafsu. Demikian penjelasan Dzunnun al-Mishri.

Adapun bentuk-bentuk sabar :

Pertama, terkait dengan jiwa. Mengendalikan jiwa agar terus fokus dalam perjuangan meraih ridha Allah SWT. Istiqamah meniti jalan ketaatan dan ridha pada setiap ketetapan Allah.

Kedua, terkait dengan hawa nafsu. Tabah dalam meredam gejolak hawa nafsu. Menutupi hati dar bisikannya. Melawan tabiat jelek hawa nafsu yang hanya mendorong sikap buruk di hadapan Allah.

Ketiga, terkait dengan nikmat. Tidak menggunakan kesehatan untuk melanggar larangan Allah, tidak menggunakan harta untuk menuruti hawa nafsu, merahasiakan perbuatan baik dan menahan diri dari senda gurau.

Keempat, terkait dengan musibah. Tidak berkeluh kesah, tidak menampakkan musibah yang sedang dialami kepada orang lain, tabah menjalani dan menyembunyikan kemiskinan.

Sobat. Sabar adalah hiasan para wali dan keutamaan bagi orang-orang yang bertaqwa, ciri khas orang-orang yang mulia dan sifat para Nabi.

Allah SWT berfirman :
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَٰشِعِينَ  

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (QS. Al-Baqarah (2) : 45).

Sobat. Setelah menjelaskan betapa jeleknya keadaan dan sifat-sifat Bani Israil, sehingga akal mereka tidak bermanfaat bagi diri mereka dan kitab suci yang ada di tangan mereka pun tidak mendatangkan faedah apa pun bagi mereka, maka Allah memberikan bimbingan kepada mereka menuju jalan yang paling baik, yaitu agar mereka memohon pertolongan kepada Allah dengan kesabaran dan salat.
Yang dimaksud dengan "sabar" di sini ialah sikap dan perilaku sebagai berikut:

Pertama, tabah menghadapi kenyataan yang terjadi, tidak panik, tetapi tetap mampu mengendalikan emosi.

Kedua, dengan tenang menerima kenyataan dan memikirkan mengapa hal itu terjadi, apa sebabnya dan bagaimana cara mengatasinya dengan sebaik-baiknya.

Ketiga, dengan tenang dan penuh perhitungan serta tawakal melakukan perbaikan dengan menghindari sebab-sebab kegagalan dan melakukan antisipasi secara lebih tepat berdasar pengalaman.

Bersikap sabar berarti mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-larangan-Nya, dengan cara mengekang syahwat dan hawa nafsu dari semua perbuatan yang terlarang. 

Melakukan salat dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan dengan salat itu pula kita selalu ingat kepada Allah, sehingga hal itu akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang jelek, baik diketahui orang lain, maupun tidak. Shalat adalah ibadah yang sangat utama di mana kita dapat bermunajat kepada Allah lima kali setiap hari. 

"Rasulullah SAW, apabila menghadapi masalah berat, beliau shalat". (Riwayat Ahmad). 

Melakukan shalat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta memelihara diri dari azab-Nya. 

Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan salat tidaklah dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya. 

Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda "Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam salat" (Riwayat Ahmad dan an-Nasa'i)

Ini disebabkan karena ketekunannya dalam melakukan shalat merupakan sesuatu yang amat menyenangkan baginya, sedang urusan-urusan duniawi dianggap melelahkan.

Di samping itu mereka penuh pengharapan menanti-nanti pahala dari Allah atas ibadah tersebut sehingga berbagai kesukaran dalam melaksanakannya dapat diatasi dengan mudah. Hal ini tidak mengherankan, sebab orang yang mengetahui hakikat dari apa yang dicarinya niscaya ringan baginya untuk mengorbankan apa saja untuk memperolehnya. 

Orang yang yakin bahwa Allah akan memberikan ganti yang lebih besar dari apa yang telah diberikannya niscaya ia merasa ringan untuk memberikan kepada orang lain apa saja yang dimilikinya.
Sobat. Allah menjanjikan Ampunan dan Pahala besar bagi orang yang sabar dan beramal sholeh.

إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ وَأَجۡرٞ كَبِيرٞ 

“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Hud (11) : 11).

Sobat. Kemudian Allah mengecualikan dari orang-orang yang bersifat seperti tersebut di atas dalam ayat sebelumnya, beberapa orang yang sabar yang selalu berbuat kebajikan. 

Mereka itu berlaku sabar ketika ditimpa musibah, beriman kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, dan berbuat amal saleh ketika musibahnya itu telah diganti dengan kenikmatan, serta mensyukuri nikmat itu dengan mengamalkan berbagai amal kebajikan untuk mencapai keridaan Allah, mereka akan mendapat ampunan dari Allah dan pahala yang besar di akhirat nanti, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:

Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (al-Ashr/103: 1- 3).

Sobat. Allah menjadikan kesabaran sebagai sumber datangnya cinta, kebersamaan, pertolongan, bantuan dan balasan yang baik. Satu dari kelima hal itu, sungguh cukup untuk mendatangkan keutamaan bagi seorang hamba.


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.SI.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku Buatlah Tanda di alam semesta
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar