Topswara.com -- Hari ini Equador salah satu negara Amerika Latin ekonominya terhenti karena dilanda kemelut politik. World economic forum mengeluarkan peringatan 10 hal yang akan mengguncang dunia dalam dua tahun ke depan dan dalam 10 tahun ke depan. Guncangan utama akan datang dari Artifisial Intelijen, perang bersenjata, dan perubahan iklim.
Ekonomi dunia kehilangan oportunity, lingkungan biodiversity collaps dan polarisasi sosial akibat politik. Kekuatan pemerintah sedang diuji seberapa kuat menghadapi keadaan ini dan tetap dapat meraih momentum membalikkan keadaan, mengubah masalah dunia menjadi kesempatan untuk Indonesia.
Ini bukan omon-omon, tetapi sesuatu yang secara nyata telah dilakukan dan dapat dilanjutkan dengan tekanan yang lebih kuat pada tiga agenda utama yakni hilirisasi sumber daya alam, transisi energi berbasis kekuatan sendiri dan hilirisasi digital dengan meningkatkan kemampuan SDM.
Sekali lagi ini bukan omon-omon, hilirisasi yang sudah dilakukan jika diperluas pada seluruh komoditaa strategis maka akan mengasilkan nilai sedikitnya 10 kali lipat dari apa yang didapatkan saat ini. Indonesia telah memulai dari nikel dan dapat diperluas pada setidaknya beberapa komoditas tambang lainnya, perkebunan dan perikanan.
Bagaimana dengan masalah lingkungan hidup, transisi energi dan penurunan emisi? Indonesia adalah kekuatan utama dunia dalam hal ini. Karena memiliki kekayaan hayati dan biodiversty terluas dan terlemgkap didunia dan potensi green energi yang besar maka Indonesia telah didaulat dunia sebagai climate super power, atau penentu arah penyelematan iklim global atau lebih jauh penentu dalam bekerjanya semua agenda keuangan dunia dalam urusan penurunan emisi global. Asal jangan lagi memakai teori angin dalam urusan emisi.
Sementara dalam hal hilirisasi digital Indonesia memiliki tantangan besar dalam masalah sumber daya manusia namun memiliki modal besar dalam sikap keterbukaan atau penerimaan terhadap pengembangan digitalisasi.
Lihatlah nitizen indonesia bagaimana kemampuannya "memporak porandakan" dunia digital, seluruh dunia sudah merasakan kekuatan nitizen Indonesia. Pembangunan infrastruktur digital secara memang masih terhambat akibat korupsi tower ugal ugalan yang dilakukan Menkominfo, membutuhkan langah baru untuk memperbaiki kekuarangan infrastruktur.
Indonesia memang sejauh ini tidak menjadi penonton dalam diplomasi dalam disrupsi global saat ini, tidak dalam posisi hanya membawa omon-omon saja. Kepemimpinan Indonesia dalam G20 telah banyak menggolkan agenda besar dalam agenda digitalisasi, transisi energi dan keseimbangan global baru. Indonesia juga memainkan peran penting di APEC dan ruang lebih kecil di ASEAN, semua adalah oportunity yang besar.
Namun yang harus menjadi perhatian utama dalam tahapan pemilu yang panjang dan melelahkan adalah bagaimana konsolidasi elite pemerintahan yang mengalami polarisasi agar tetap dengan agenda negara. Pemilu dua putaran memang tidak terlalu baik untuk bisa mendapatkan momentum terbaik dari perubahan besar dunia saat ini.
Tentu ada pihak dalam lingkaran elite yang menginginkan ekonomi jatuh atau kacau, untuk ambisi memenangkan pemilu. Ini harus dijawab dengan baik oleh kabinet pemerintahan yang satu pandangan. Kepentingan bangsa dan negara dan cinta tanah air dan bangsa. Jangan menyeret lagi elemen bangsa dalam politik polarisasi yang tajam. Ngono mas-mas e...
Oleh : Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia
0 Komentar