Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gegap Gempita Tahun Baru dan Derita Muslim Palestina


Topswara.com -- Menyambut pergantian tahun, sebagian besar kaum muslim menyambutnya dengan penuh suka cita diantaranya dengan melihat berbagai pesta kembang api, berbagi rekomendasi tempat penyelenggaraan kembang api yang diselenggarakan di banyak dikota-kota besar seperti Jakarta dan DIY. 

Di Jakarta sendiri ada 9 titik penyelenggaraan dan bahkan diperkirakan 9 juta orang masuk DIY selama libur Natal dan tahun baru 2024 yang memadati kawasan Tugu Pal Putih hingga Malioboro, Kota Yogyakarta hingga pergantian tahun.

Namun dibalik gegap gempita kembang api ibukota yang begitu meriah ada sisi gelap dari perayaan pergantian tahun yang mengerikan para remaja ibukota. 

Pesta, hura-hura, dan seks bebas dilakukan para remaja sebagai pembuktian tanda cinta yang dilakukan mulai dari hotel berbintang, kos-kosan, di pantai dan di banyak tempat lain.  

Ini tentu berbeda dengan sebagian muslim Palestina. Mereka berharap di tahun 2024 bisa menjalani kehidupan secara normal. Dilansir dari Jakarta, CNBC Indonesia penyerangan Israel atas warga Palestina di Jalur Gaza yang terus berlanjut bahkan berbulan-bulan. 

Laporan terbaru menyebut pasukan Israel memaksa masuk ke area tengah dan selatan Gaza bahkan Laporan Reuters dari informasi otoritas Hamas mengatakan bombardir Israel telah menewaskan 165 orang, 250 orang luka parah selama 24 jam terakhir (30/12) waktu setempat.

Berbeda juga dengan sebagian muslim yang lain yang dipenghujung tahun ini mendapat perlakuan pengusiran dari saudara seimannya dan itu terjadi di negeri tercinta kita Indonesia. 

Pengungsi Rohingya yang baru-baru ini diusir oleh gabungan mahasiswa Aceh menyisakan trauma dan ketakutan yang mendalam karena aksi pengusiran, penuh dengan paksaan yang disertai kekerasan dan intimidasi agar mereka pindah dari Gedung BMA dengan dua truk ke kantor Kementerian Hukum dan HAM Aceh. 

Ditambah lagi adanya peristiwa pengusiran ini dilakukan dilakukan oleh bersaudara seiman hanya karena ujaran kebencian serta berita bohong media social yang belum pasti kebenarannya.

Bukankah umat Islam itu ibarat satu tubuh?

Yang ketika satu bagian tubuh sakit maka sakit pula bagian yang lain, seperti ketika kita sakit gigi. Namun di pergantian tahun ini telah nyata sudah bagaikan satu tubuh itu sirna sudah.

Sikap antara muslim satu dengan yang lainnya hari ini bagaikan dua sisi mata uang logam, satu tapi pandangannya berbeda, seakan hidup dibelahan bumi yang berbeda tatkala satu wilayah berpesta pora melihat bagaimana kembang api bergelegar di tengah kegelisahan perang Gaza, dan kepedihan hati muslim Rohingya. 

Di sisi lain, seiring berjalannya waktu ke waktu, sikap umat mulai lelah dalam menyuarakan pembebasan terhadap palestina, apalagi pemboikotan produk yang mulai melonggar. Belum lagi sebagian muslim juga mulai terpecah dalam menyikapi keberadaan muslim Rohingya yang berada di Aceh hari ini. 

Apalagi makin banyaknya pembungkaman di sosial media terhadap akun-akun yang menunjukkan pembelaan terhadap Palestina. Ini menunjukkan bahwasanya kaum muslim hari ini semakin terpecah belah akibat adanya nation state (batas-batas negara) yang darinya melahirkan jiwa-jiwa kaum muslim yang terikat akan nasionalisme yang merasa aman ketiika tidak ada ancaman, dan merasa pahlawan ketika gangguan datang. 

Sehingga wajar jika ikatan hari ini hanya diikat dengan ikatan nasionalisme pembelaan kepada muslim Palestine hanya bersifat temporer karena muncul dari rasa empati dan simpati dari pengarusan informasi yang masif saja. 

Terbukti tidak bisa memberikan solusi yang menyolusikan ketika ikatan nasionalisme itu masih ada. Sehingga bukannya makin terjalin persatuan antara muslim satu dengan yang lainnya malah semakin kabur pandangan persatuan muslim dalam membela saudaranya sendiri. Alhasil semakin terlihat kemustahilan dalam memperjuangkan hak saudaranya sendiri.

Bukankah esensi dari tahun baru adalah harapan dan resolusi yang baru? 

Maka kaum muslim harus seperti sapu lidi, harus terus menyadari bahwa umat Islam adalah satu tubuh, yang tidak akan bisa membersihkan kotoran jikalau hanya menggunakan satu atau dua biji lidi melainkan harus banyak, kompak dan yang paling penting adalah diikat dengan satu ikatan bukan banyak ikatan seperti nation state. 

Adapun ikatan yang mengikat adalah dengan ikatan keimanan. Yang darinya mampu merasakan apa yang dirasakan oleh saudara muslim yang lainnya.seperti ketika sakit gigi melanda maka bagian tubuh yang lainnya pun akan terasa sakit juga. 

Maka realisasi dari rasa sakit akan memunculkan reaksi pembelan, pertolongan dan sikap yang nyata untuk membela saudara lainnya. Karena kalau dilihat-lihat hari ini sebagian saudara kita di Palestina, para pengungsi Rohingnya bukan tengah mengalami bencana kemanusiaan, melainkan penjajahan yang dilakukan kepada kaum muslim. 

Mungkin upaya dari kita sebagai gen terkecil yaitu individu bisa kita lakukan semaksimal mungkin dengan opini massif social media, bantuan dana, obat-obatan, makanan namun hanya saja untuk merealisasikan terciptanya perdamaian, keamanan, perlindungan makan pelu adanya negara yang bisa untuk melindungi kaum muslim seluruhnya dengan tentaranya. 

Negara tersebut adalah khilafah inilah yang mampu untuk menerapkan aturan-aturan islam dalam kehidupan secara menyeluruh sehingga dapat menjaga agar setiap muslim tepat dalam bersikap mengamalkan segala sesuatunya dan hanya khilafah yang mampu menyelamatkan kaum muslim yang tertindas di bumi manapun dengan sistematisnya termasuk mengirimkan bala tentaranya.

Maka resolusi yang perlu dilakukan ditahun ini adalah diterapkannya sistem yang baru yang bisa membawa pada keamanan, kemerdekaan, dan kebahagiaan kaum muslim seluruhnya tak terkecuali palestina dan rohingnya yaitu dengan penerapan sistem Islam dalam kehidupan secara menyeluruh dengan bingkai khilafah islamiah.

Wallahualam bissawab.


Oleh: Wilda Nusva Lilasari, S.M.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar