Topswara.com -- Sudah memasuki 100 hari sejak Hamas melakukan serangan balik terhadap zionis. Namun, kekejaman zionisme belum juga berakhir. Padahal negara-negara di sekeliling Palestina merupakan negara muslim yang mestinya mampu serentak bergerak.
Palestina Terus Menderita
Kekerasan yang terjadi justru makin meningkat. Genap 100 hari genosida yang dilakukan di Palestina. Sejak balasan Israel atas penyerangan Hamas pada 7 Oktober 2023, tercatat sudah sebanyak 23.843 orang warga Palestina yang tewas dan 60.317 lebih lainnya mengalami luka-luka (tribun.com, 14/1/2024). Seruan penghentian serangan Israel terhadap Palestina telah disuarakan dengan lantang di seluruh dunia secara global.
PBB mengatakan pada hari Sabtu bahwa perang Gaza "menodai kemanusiaan" menjelang hari ke-100 ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggandakan sumpahnya untuk mengalahkan Hamas. Genosida di Gaza ini pun telah menewaskan setidaknya 106 jurnalis (international.republika.com, 10/1/2024).
Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyatakan penyelidikan atas dugaan kejahatan yang dialami para jurnalis saat agresi Israel berlangsung di Jalur Gaza yang terkepung. Investigasi tersebut dilakukan saat ada aduan dari Organisasi internasional Wartawan Tanpa Batas (Reporters sans frontières/RSF).
Kejahatan Israel telah membuat seluruh dunia geram. Akibat kejahatannya, Gaza menjadi penjara raksasa hingga zona pembantaian tersadis di dunia. Warga sipil terus berguguran setiap harinya, mayoritas diantarany perempuan dan anak-anak.
Analis Palestina dari International Crisis Group, Tahani Mustafa, mengungkapkan bahwa jalur Gaza diblokade Israel sejak kelompok Hamas memenangkan pemilihan umum pada 2006 dan mengendalikan kawasan tersebut.
Sejak itu, Israel melakukan segala cara untuk memastikan Gaza, serta Tepi Barat, menjadi daerah yang terkucilkan. Sejak saat itu pula, Gaza menjadi wilayah terisolir. Segala bentuk kontrol sumberdaya termasuk cadangan minyak dan air dan investasi di bawah kendali Israel. Bahkan untuk penduduk Gaza sendiri, tidak mampu sama sekali mengaksesnya. Tak heran, jumlah kemiskinan meningkat drastis hingga 80 persen. Situasi sosial ekonomi terus merosot drastis.
Kaum muslim Palestina sangat membutuhkan bantuan secara nyata. Bukan hanya sekedar kecaman atau retorika. Perjuangan untuk mengusir para penjajah dari wilayah Palestina. Sehingga mutlak dibutuhkan tentara muslim yang tangguh dan kuat untuk membebaskan warga sipil dari berbagai serangan zionis.
Namun sayang, negeri muslim justru menghindar untuk mengirimkan bala bantuan tentara. Padahal penjajahan dan genosida terhadap kaum muslim oleh zionis Yahudi semestinya mengingatkan kembali kaum muslim dunia, termasuk penguasa muslim, akan kekuatan tentara Islam. Betapa penting perlindungan darah dan harta kaum muslim yang wajib dilakukan sesama saudara semuslim.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Sungguh darah dan harta kalian haram (suci) seperti sucinya hari kalian ini di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini”
(HR. Muslim)
Maknanya, haram hukumnya darah kaum muslim tertumpah tanpa hak. Para penguasa muslim mestinya tidak boleh membiarkan semua ini terjadi. Lemahnya persatuan dan kesatuan kaum muslim dunia sangatlah tampak dengan lemahnya kekuatan para penguasa di negeri kaum muslimin.
Inilah konsekuensi diterapkannya nasionalisme antar bangsa. Ukhuwah kaum muslim menjadi terkerat-kerat. Tentara-tentara muslim pun tidak mampu mengerahkan kekuatannya untuk melakukan pembelaan pada kaum muslim yang tertindas. Karena terhalang kebijakan penguasa yang selalu mengedepankan kepentingan dan nasionalisme antar negara.
Tidak hanya nasionalisme, sistem kapitalisme dan sekularisme yang kini mencengkeram dunia, menjadikan para penguasa muslim dalam kendali penguasa adidaya, Amerika Serikat. Semua kebijakan disetir negara penjajah demi kepentingan penguasaan dunia. Tidak peduli nasib rakyat yang menderita terus-menerus.
Pembelaan Sistem Hakiki
Palestina mutlak membutuhkan gerakan dunia Islam untuk membela dan menghentikan segala bentuk penjajahan atasnya. Hanya sistem Islam-lah yang mampu mengirimkan bantuan nyata untuk membela, yakni dengan mengirimkan bala tentara muslim. Semua keputusan tersebut membutuhkan konsep sistem yang hakiki, yaitu sistem Islam dalam wadah institusi khilafah Islam.
Sistem Islam menetapkan penjagaan yang sempurna bagi seluruh umat. Khilafah akan mengoptimalkan usaha untuk melepaskan penjajahan di tanah Palestina. Demi melindungi setiap darah dan harta kaum muslim. Segala kebijakan yang ditetapkan khalifah akan senantiasa memberikan perlindungan menyeluruh bagi seluruh umat.
Sejarah memaparkan hebatnya pembelaan khalifah masa kekhalifahan Abbasiyah, saat seorang muslimah tersingkap auratnya. Ratusan pasukan dikerahkan untuk membrla kehormatan dan mengepung Amuriyyah. Hingga berujung pada peristiwa besar Amuriyyah yang termasyhur hingga kini.
Hanya dengan kebijakan dan kekuatan sistem Islam, Islam rahmatal lil 'alamiin mampu terwujud nyata. Palestina mampu dibela dengan pembelaan yang sempurna. Islam-lah satu-satunya jawaban yang haq atas segala kemelut di Palestina dan dunia.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar