Topswara.com -- Baru-baru ini dihebohkan seorang anak yang masih duduk di bangku TK mengalami perubahan perilaku awalnya ceria kini menjadi murung, diduga menjadi korban pencabulan di sekolah oleh temannya.
Inilah yang dialami Df, orang tua anak salah satu peserta didik di TK di Pekanbaru. Segala cara sudah dilakukannya agar sekolah di Kecamatan Tuah Madani, Pekanbaru itu, peduli dengan kejadian yang dialami anaknya.
Df bercerita, anaknya kini berumur 5 tahun 6 bulan. Sejak November tahun lalu, anak laki-lakinya itu sering memegang alat vital sendiri, diduga akibat pencabulan anak TK itu.
Tak hanya itu, anaknya tak jarang mempraktikkan gerakan seperti rukuk. Sang anak kemudian meminta Df berdiri di belakang lalu menyuruh mendekat ke bagian belakangnya. (12/1/2024).
Df berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan mengajak anaknya tidak takut bercerita. Sang anak dengan polos mengaku telah mendapatkan pelecehan dari teman bermainnya di sekolah.
"Terduga pelakunya teman sekolahnya di TK, masih anak-anak," kata Df.
Df kemudian datang ke sekolah menceritakan apa yang dialami anaknya, termasuk perubahan perilaku sang buah hati. Df meminta pertanggungjawaban sekolah karena sudah mempercayakan pendidikan dini anaknya di sana.
"Pihak sekolah hanya diam, tidak ada tindakan pengobatan ataupun terapi untuk anak saya, sudah sering saya ke sekolah dengan istri tapi hasilnya sama," kata Df.
Melihat fakta di atas, siapa yang salah? Sekolahankah atau orang tua kah, atau bukan keduanya?
Tidak bisa berkata-kata betapa sangat ironinya, seorang anak di bangku TK melakukan perbuatan yang itu bukan seharusnya. Bahkan sejatinya anak TK itu belum mengetahui apa yang sedang ia lakukan.
Sebab, anak TK itu masih jauh dari kata untuk berfikir dan akalnya pun belum sempurna seperti orang dewasa, anak dibawah umur itu pemikirannya belum sempurna ya sesuai apa yang ada pada bangku TK taman kanak-kanak serba permainan bukan pemikiran.
Tetapi, setelah melihat fakta yang terjadi. Kini bukan berarti si anak tersebut yang salah karena melakukan tindakan tak senonoh tersebut. Nah, karena di masa kanak-kanak ini sang anak adalah peniru yang ulung, kemungkinan besar anak tadi juga mengetahui hal yang sama sebelum ia melakukan tindakan tersebut, entah dari android, keluarga, atau dimana, saya juga kurang paham mengenai itu.
Tetapi, kemungkinan besar anak tersebut menirukan apa-apa yang telah dilihatnya, bisa jadi melihat di android. Apalagi zaman sekarang kebanyakan orang tua menganggap remeh mengenai gadget ini, "sudahlah, dikasih gadget aja nanti juga diam, enggak rewel" faktanya gadget sekarang ini rawan banget dengan hal-hal yang tidak senonoh berterbangan.
Sebelum lanjut ke pembahasan saya mau mendetaili satu persatu permasalahan. Sebenarnya yang salah itu siapa?
Memiliki buah hati itu memang sebuah anugerah, tetapi kita sebagai orang tua juga harus mendidiknya sebelum terjun ke sekolah. Sebab madrasah pertama adalah di dalam lingkungan sekitar yaitu rumah dan gurunya orang tua. Selain mendidik anak pastinya orang tua juga harus terdidik terlebih dahulu agar mendapatkan anak yang sesuai apa yang diinginkan.
Jadi, ketika nanti waktunya sekolah anak pun sudah memiliki bekal. Selain dari didikan orang tua, didikan guru juga pasti dibutuhkan. Cuman dari konteks di sini, sebagai orang tua tidak boleh memberatkan pihak sekolahan melainkan orang tua juga ikut serta dalam mendidik. Orang tua adalah madrasah pertama sedangkan sekolahan adalah madrasah kedua.
Selain itu orang tua di rumah pun juga harus mengawasi setiap apa yang dilakukan anak tersebut, misalkan main gadget kita sebagai orang tua juga harus mengawasi, apa-apa yang ditonton, sebab saat ini banyak iklan yang tidak senonoh. Dan tentunya juga dibatasi waktunya untuk bermain yang lain.
Lalu, kenapa bisa terjadi banyak iklan yang tidak senonoh dalam gadget misalnya? Kita harus gimana, apakah harus mengawasi terus menerus atau bagaimana?
Untuk melangkah lebih lanjut, sebenarnya mengenai hal yang tidak senonoh, dsbnya itu adalah tugas negara bukan lagi individu. Kalau dalam sistem sekarang kan seolah-olah iklan semacam itu biasa saja, bahkan tidak jarang anak SD pun sudah mengenal apa itu yang nanya pacaran.
Padahal zaman saya dulu sekolah ya fokus sama pendidikan dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Tetapi, semakin canggihnya gadget semakin ngeri juga perkembangan yang tidak seharusnya nampak malah berkeliaran.
Lagi-lagi dalam sistem saat ini pemerintah tidak ikut serta dalam penanganan, ya kaya kasus anak TK tadi sekolahan pun diam saja tidak ada penanganan apalagi pemerintah, bahkan pemerintah pun pasti tidak tahu tentang masalah ini. Kebanyakan sih mengabaikan.
Contoh saja, orang dewasa yang pacaran dan berujung pembunuhan itu sering terjadi dan tidak hanya satu atau dua kali, bahkan setiap bulannya terjadi dan faktanya bagaimana peran negara terhadap kasus ini?
Bukanya seorang pemimpin itu harus menjaga umatnya, meriayah, mengayomi, bukan membiarkan apalagi tidak memberikan solusi yang pasti? Katanya sih kalau suka sama suka itu adalah perbuatan yang wajar, tetapi apakah bisa dikatanya suka sama suka jikalau anak TK yang tadi? Padahal mereka tadi tidak mengerti apa yang dilakukan karena memang pemikirannya belum sempurna.
Sistem sekarang ini memang sangat merugikan rakyat, orang lain dan orang-orang yang ada di dalamnya. Karena sistem saat ini adalah sistem sekularisme yang menjauhkan manusia dari agamanya dalam melakukan sega aktivitas di dunia. Buktinya negara pun tidak ikut andil mengenai hal-hal yang suka sama suka tadi, padahal dalam Islam itu adalah bukan kewajaran tetapi sudah menyalahi syariat Allah.
Lalu bagaimana solusinya biar segala masalah yang tadi bisa diselesaikan? Solusinya cuman satu, yaitu mengganti sistem yang buruk ini dengan sistem yang sempurna dan paripurna karena apa, sebab sistem Islam ini adalah sistem yang tidak ada keraguan di dalamnya dan semua aktivitas diberbagai lini pun ada aturannya dan bagaimana caranya itu sudah dijelaskan secara mendetail.
Kalau misalnya kasus tadi, kita urai dengan sistem Islam ini. Tidak bakalan terjadi seorang anak TK mencabuli temannya padahal mereka belum memiliki pemikiran yang sempurna dalam artian hanya peniru yang ulung. Dalam Islam juga mengatur bagaimana gadget agar tidak ada tontonan yang tidak senonoh misal, ya bisa hal-hal yang tidak mendatangkan amalan kebaikan semua akan dihapuskan.
Selain itu pemerintah dalam Islam juga menjadi teladan yang baik dan tidak membiarkan umatnya seperti saat ini, karena pemerintahan dalam Islam itu menggunakan Wahyu Allah bukan hawa nafsu jadi sangat serius menjaga, menyejahterakan rakyatnya bukan materialistis kalau menguntungkan ya aku lakukan kalau tidak ya sudah biarkan saja.
Tidak dalam kepemimpinan Islam itu tidak seperti itu, dulu pada zaman nabi Muhammad Saw ketika sedang berjalan bersama keponakannya fadl dan ketika itu disampingnya ada seorang wanita bahkan nabi Muhammad pun memalingkan wajah fadl. Sampai sebegitunya, kalau sekarang karena sistem yang dipakai sekularisme maka ya apa-apa dipisahkan daripada agamanya. Padahal pondasi terbaik itu berasal dari akidahnya yaitu Islam.
Kalau saja manusia dijaukan daripada agamanya maka kehidupannya jauh dari kata sempurna, ya kali hidup dengan sistem buatan manusia minta kesejahteraan, lihatlah saat ini semuanya berantakan. Ya karena sejatinya manusia hidup di dunia itu bukan hidup dengan aturan buatanya sendiri, Allah itu menciptakan manusia menyertai aturan-aturannya dan sebaik-baiknya pembuat aturan yaitu Allah bukan manusia.
Indah Setyorini
Aktivis Muslimah
0 Komentar