Topswara.com -- Sobat seringkali kita mengalami kondisi egoisme, ini istilah saya. Menjadikan kita pusat kebenaran. Menjadikan diri kita selalu benar dan orang lain selalu salah. Kita tidak siap menerima respon "negatif" dari orang lain. Setiap kritikan dari orang lain kita anggap sebagai serangan pribadi.
Termasuk dalam hal dakwah. Padahal respon orang lain itu muncul karena sebab kita. Tidak mungkin tiba-tiba orang lain merespon kalau kita tidak membuat sebabnya. Tidak ada asap tanpa api bukan?
Dalam bersosial media, kita menjadi sosok yang baperan. Hanya mau beropini tanpa bisa dikritik. Karena itu mungkin juga menjadi kan kawan-kawan sosmed seolah kapok menanggapi. Padahal bisa jadi opini atau status kita ada yang memang perlu diluruskan. Alangkah baiknya jika opini kita satu sama lain saling menopang dan mengingatkan. Sehingga makin kuatlah dakwah kita.
Apalagi tentang pemikiran Islam yang terkait perkara perkara akidah dan syariah tentu menuntut kepastian kebenaran. Karena ada perkara perkara qath'iy (pasti) yang harus diimani dan harus diamalkan.
Jika terjadi kesalahan dalam perkara qath'iy bisa menyeret kita kedalam kekufuran. Maka wajar jika ada opini kita yang bermasalah dalam perkara ini akan menimbukan kegaduhan besar di sosmed bahkan di dunia nyata.
Di sinilah kita mesti lapang dada dan siap di koreksi siapa saja. Bahkan andai itu berupa reaksi yang keras sekalipun. Kenapa demikian? Karena kita lah yang memunculkan aksi. Sehingga kita bisa segera membenahi diri. Tidak boleh baperan.
Jika sekat baperan muncul maka kekeliruan bahkan kesalahan kita bisa saja tidak terkoreksi. Sangat beresiko membuat orang lain mengikuti kesalahan kita. Bahkan bisa jadi menyesatkan pihak lain. Karena kita tidak sempurna dari segala sisinya.
Bisa jadi kita memang salah dalam pemahaman. Bisa jadi kita memang jatuh dalam keliru. Bisa jadi kita hanya menyebar prasangka. Tentu semua itu biasa terjadi pada setiap orang. Hanya saja menjadi tidak biasa jika kemudian suasana saling menasehati dan mengingatkan tidak tumbuh dalam kebersamaan kita.
InsyaAllah kita bukanlah orang orang yang nyinyir karena kepentingan pribadi. Atau tidak suka seseorang pengemban dakwah menjadi terkenal karena ada kepentingan dunia. Namun, kita sudah dilatih untuk hanya melayani kepentingan ideologi.
Yakni kepentingan dakwah semata. Sehingga jika ada tegur sapa atau bahkan kritikan pedas dari kawan kawan semua demi kebaikan pribadi kita dan dakwah secara keseluruhan. Oleh karena itulah ga boleh ada baper. Apalagi baperan.
Allah berfirman dalam surah Al Ashr ayat 1-3 :
وَالۡعَصۡرِۙ
1. Demi masa,
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُ
2. sungguh, manusia berada dalam kerugian,
اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
Saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran merupakan karakter orang beriman. Jadi enggak ada baperan sama sekali. Semua hanya demi kehidupan kekal di akhirat.
Wallaahu a'lam.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar