Topswara.com -- Masih ingatkah kita dengan berita menghebohkan dari Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik? Desa Sekapuk merupakan desa tertinggal dengan IDM (Index Desa Membangun) 0,55 persen pada akhir tahun 2017.
Namun pada awal tahun 2018, Pemerintah Desa berkomitmen untuk melakukan upaya perbaikan yang diwujudkan melalui peningkatan kinerja BUMDes.
Pembangunan dan perbaikan infrastruktur desa, serta pembinaan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tidak berhenti disitu sekapuk berinovasi lagi dengan deklarasi desa miliarder pada bulan September 2020, karena net profit dan omset dari BUMDES sudah meraih omset sebesar Rp 11 miliar lebih dengan keuntungan sekitar Rp 4,5 miliar dari BUMDes.
Dari nilai itu, BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa mampu menyumbang Pendapatan Asli Desa (PADes) lebih dari Rp 2 miliar. Di mana nilainya lebih tinggi daripada Dana Desa yang berasal dari Pemerintah Pusat. Dan sejak saat itulah berita heboh itu menceruat di berbagai media sosial, dengan sebutan desa Miliarder.
Tidak heran kalau Sekapuk benar-benar mencuri perhatian media, berbagai media telah meliput setigi dari media lokal hingga Nasional, bahkan bapak abdul halim selaku Kepala Desa, pernah diundang ke metro tv dalam acara kick Andy.
Karena telah mendapat berbagai penghargaan diantaranya : Abdul Halim sebagai penggagas wisata setigi dari Anugrah Times Indonesia Jakarta, 6 Januari, 2020, Wisata Setigi dengan kategori The Best Potential Destination On Artificial 2020, Bali Oktober 2020.
Abdul Halim sebagai The Most Innovative Leader, Jakarta, februari 2021, Desa Sekapuk sebagai Desa Tanpa Korupsi, Wisata Setigi sebagai wisata buatan terbaik oleh Anugrah Wisata Gresik 2021, Bahkan Desa Sekapuk menjadi nomor 1 Desa Brilian se- Indonesia tahun 2020 oleh BRI bekerjasama dengan KEMENDESA.
Dan masih banyak lagi penghargaan yang telah didapat. Dengan capaian tersebut telah banyak Desa yang melakukan kunjungan Studi Banding ke Desa Sekapuk dari Sumatera, Kalimantan, hingga Bali sudah tercatat ratusan desa yang mempercayai desa Sekapuk sebagai sumber untuk bertukar inovasi, karena diyakini membangun Desa sama dengan membangun Bangsa.
Tetapi ternyata dibalik segudang prestasi yang diraih itu, menyimpan pula setumpuk masalah. Banyak sekali masalah yang dihadapi desa yang konon desa miliarder ini. Desa miliarder kini terjerat utang Rp. 9.500.000.000 (9,5 miliar rupiah) yang terdiri dari utang Bank sebesar Rp. 3.000.000.000 (3 miliar rupiah) dan utang dari warga yang berinvestasi sebesar Rp. 6.500.000.000 (6,5 miliar rupiah).
Tidak hanya terjerat utang miliaran rupiah, masyarakatpun berdemo untuk menuntut hak-hak mereka, karena mereka menilai ada ketidak transparan dalam mengelola aset desa.
Bukti Rusaknya Ekonomi Kapitalis
Dari fakta diatas kita bisa melihat betapa tidak mampunya ekonomi kapitalis untuk mensejahterakan rakyatnya. Hal ini bisa di lihat dari protes yang dilakukan warga terhadap pengelolaan aset desa itu. Rakyat tidak akan protes jika semua kebutuhan pokoknya/kesejahteraanya terpenuhi secara adil dan bijaksana.
Artinya hanya segelintir orang yang banyak diuntungkan atau hanya orang-orang tertentu yang bermain disana. Ketidak adilan juga kurang transparannya pengelolaan menjadi isu yang mudah memancing kemarahan warga.
Semua karena hanya didasarkan pada azas manfaat yang ada dalam kapitalis yang menjadi dorongannya, bukan karena pahala dan dosa atau perintah dan larangan yang maha kuasa. Sehingga Ketika manfaat itu dirasa kurang maka mereka berontak dengan kekuatannya. Hal ini tentu berbeda jika didasarkan pada pahala dan dosa atau karena Allah semata.
Selain itu, utang ribawi atas nama investasi juga menambah beban pengelolaan. Setiap usaha yang ditopang oleh utang ribawi pasti tidak akan bisa bertahan. Bukankah Allah swt telah nyatakan dalam Alqur’an ? Allah SWT berfirman “Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan.
Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Siapa pun yang telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya (menyangkut riba), lalu dia berhenti sehingga apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Siapa yang mengulangi (transaksi riba), mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." Surat Al Baqarah Ayat 275.
Kapitalisme adalah suatu paham atau ideologi yang menempatkan kepentingan pribadi berada diatas kepentingan umum atau masyarakat. Kapitalisme menempatkan hak pribadi diatas segalanya, bahkan dalam sistem ekonomi.
Maka inilah sebenarnya akar masalah mengapa muncul ketidak adilan, muncul kesenjangan sosial, muncul upaya untuk memperkaya diri, muncul pinjaman ribawi atas nama investasi.
Ini adalah secuil fakta betapa rusaknya sistem kapitalis ribawi. Artinya, kalau Tingkat desa saja bisa menjerat hutang sebanyak itu atas nama investasi, bagaimana di Tingkat negara? Lihatlah aset-aset negara itu semua terjerat hutang.
Pertamina, PLN, Telkom, dan lain-lain. sudah bisa dibayangkan. Maka jangan heran jika negeri yang kaya akan sumber daya alam ini terjerat hutang Rp. 8.041.000.000.000.000 (8.041 triliun rupiah). Sebuah jerat hutang yang tak mungkin terlunasi kecuali dengan menggadaikan kedaulan negeri. Lalu pantaskah sistem ini kita pertahankan ?
Islam itu Mensejahterakan
Islam adalah agama yang sempurna karena seluruh ajaran Islam merasuki seluruh sendi kehidupan manusia. Al-Qur’an dan Hadis sebagai landasan hukum dan pedoman hidup kita telah mengatur hidup kita dari kita bangun tidur sampai tidur lagi.
Bahkan agama Islam telah menjadi tonggak dasar ilmu pengetahun sekarang ini dan banyak hal yang terbukti tentang kebenaran yang berkaitan dengannya.
Tidak hanya itu, islam pun mampu mensejahterakan rakyatnya hingga taraf berkecukupan. di era kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz Khalifah Dinasti Umayyah mengutus seorang petugas pengumpul zakat, Yahya bin Said untuk memungut zakat ke Afrika. ‘’Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun, saya tidak menjumpai seorang pun,’’ ujar Yahya.
Pada era itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan. Semua rakyatnya hidup berkecukupan. ‘’Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya,’’ kisah Yahya bin Said. Kemakmuran umat, ketika itu, tak hanya terjadi di Afrika, tetapi juga merata di seluruh penjuru wilayah kekuasaan Islam, seperti Irak dan Basrah.
Abu Ubaid mengisahkan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak, agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. ‘’Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun, di Baitulmal masih terdapat banyak uang,’’ tutur sang gubernur dalam surat balasannya.
Khalifah Umar lalu memerintahkan, ‘’Carilah orang yang dililit utang tetapi tidak boros. Berilah dia uang untuk melunasi utangnya!’’ Abdul Hamid kembali menyurati Khalifah Umar, ‘’Saya sudah membayarkan utang mereka, tetapi di baitulmal masih banyak uang.’’
Penggalan kisah ini hanya terjadi disaat Islam diterapkan secara kaffah, dan tidak pernah dijumpai 1 (satu) sejarahpun dalam sistem ekonomi kapitalisme. Lalu mengapa tidak kita buang sistem jahiliyah yang merusak ini seraya mengambil sistem Islam yang mensejahterakan? terapkan syariah Islam keberkahan pasti akan datang.
Oleh : A.B. Latif
Analis Indo Pacifik Watch
0 Komentar