Topswara.com -- Banyak umat Islam makin tidak paham Islam. Ajaran Islam yang sempurna berhasil dipreteli dan dibonsai oleh penjajah lewat antek-anteknya. Yang paling nyata dampak kerusakan nya adalah runtuhnya khilafah pada 1924. Kemudian umat Islam terpecah belah oleh sistem nation state buatan penjajah yang dikuasai oleh para antek penjajah.
Sistem kapitalisme warisan penjajah yang bercokol di negri-negri Islam meniscayakan proses deislamisasi sistemik. Ajaran Islam dihancurkan sedemikian rupa sehingga umat secara umum mulai kehilangan pemahaman yang benar tentang yang Islam. Khususnya tentang sistem bernegara yakni khilafah.
Jadilah para pejuang khilafah menjadi bagian orang-orang terasing sebagaimana telah dijelaskan dalam hadis baginda Nabi Muhammad SAW. Terasing ditengah umat yang mayoritas benar benar terjadi. Umat kebanyakan memperjuangkan demokrasi yang merupakan sistem kufur.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Al Qadhi ‘Iyadh menyebutkan makna hadits di atas sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi,
أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ
“Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalanya.” (Syarh Shahih Muslim, 2: 143)
Sebagaimana kata As Sindi dalam Hasyiyah-nya terhadap kitab Sunan Ibnu Majah,
غَرِيبًا أَيْ لِقِلَّةِ أَهْله وَأَصْل الْغَرِيب الْبَعِيد مِنْ الْوَطَن
Disebut ‘gharib’ jika pengikutnya sedikit dan maksud asal dari kata ‘gharib’ adalah jauh dari negeri.
( وَسَيَعُودُ غَرِيبًا ) بِقِلَّةِ مَنْ يَقُوم بِهِ وَيُعِين عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ أَهْله كَثِيرً
Kembali dalam keadaan asing karena sedikitnya yang mau menjalankan dan saling menyokong dalam menjalankan syari’at Islam padahal umatnya banyak.
(فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ) الْقَائِمِينَ بِأَمْرِهِ
Beruntunglah orang yang asing, yaitu yang menjalankan ajaran Islam tersebut.
و”طُوبَى” تُفَسَّر بِالْجَنَّةِ وَبِشَجَرَةٍ عَظِيمَة فِيهَا
Thuba sendiri ditafsirkan dengan surga dan pohon besar yang berada di surga.
Sungguh beruntung para pejuang khilafah yang telah dijanjikan keberuntungan yang hakiki yakni ridha Allah dan surgaNya. Semoga kita istiqamah aamiin.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar