Topswara.com -- "Saudi Menghijau, Kiamat Makin Dekat?". Judul seperti ini sering buat lucu-lucuan belaka. Apalagi ditambah candaan anak muda, "belum nikah, belum sukses, eh dapat kabar tanah Arab menghijau".
Memang benar ada hadisnya,
لاَ تَÙ‚ُومُ السَّاعَØ©ُ ØَتَّÙ‰ تَعُودَ Ø£َرْضُ الْعَرَبِ Ù…ُرُوجًا ÙˆَØ£َÙ†ْÙ‡َارًا.
“Takkan tiba Kiamat hingga tanah Arab kembali hijau penuh dengan tumbuhan dan sungai-sungai.” [Musnad Ahmad (XIII/291 no. 7554)].
Tetapi ulama menjelaskan bahwa perubahan ini adalah perubahan permanen, bukan perubahan cuaca musiman saja.
Beberapa wilayah Saudi memang bukan padang pasir gersang, jadi bisa bercocok tanam. Ini sejak dulu. Di Saudi juga terkadang turun hujan pada musimnya, setelah itu akan tumbuh tanaman dan menjadi hijau, tetapi bila hujan berhenti, hijau akan hilang dan kembali tandus.
Jadi sebaiknya tidak mengkait-kaitkan fenomena alam ini dengan hadis, khawatirnya ketika melihat fakta kebalikannya, orang akan meragukan hadits tersebut dan tidak percaya lagi dengan agama.
Juga pada hadis-hadis akhir zaman lainnya. Ada kebakaran hutan, dihubungkan dukhan. Ada gerak mundur semu planet (retrograde motion) dikatakan matahari akan terbit dari barat. Ada Rusia bersama Chechnya (yang muslim) menyerang Ukraina, dikatakan ini awal koalisi Islam-Romawi melawan tentara Dajjal.
Sebaiknya lebih berhati-hati meyakini hadis akhir zaman, jangan bermudah-mudah berkesimpulan prematur. Tunggu para ahlinya yang berbicara.
Kalau kelak Arab Saudi menghijau, paling tepat adalah karena program penghijauan pemerintah. Ditargetkan sebelum 2030, sudah tertanam sebanyak 10 juta pohon di seluruh Saudi. Kota futuristik “Neom” dan “Line” nantinya akan berupa kota yang rimbun dengan aneka pepohonan. Tentu diperlukan rekayasa teknologi untuk mencapai hal tersebut.
Di sisi lain, curah hujan jauh di atas normal di Saudi bukan gejala lokal semata. Ia satu rangkaian dengan berbagai perubahan cuaca ekstrem di seantero Bumi akibat perubahan iklim. Dari cuaca panas yang memecahkan rekor di Eropa, dingin luar biasa di Cina, banjir hebat di Pakistan, juga setahun tanpa kemarau di Indonesia.
Untuk menggambarkan kondisi ekstrem itu, BMKG menjelaskan, untuk disebut ekstrem, curah hujan harus di atas 150 mm/jam. Di Jakarta dan sekitarnya belakangan, dalam rentang sejam curah hujan pernah mencapai 350 mm.
Para ilmuwan juga menemukan, bahwa bumi sudah lima kali mengalami kehancuran alamiah yang memangkas banyak spesies di Bumi. Kehancuran itu ada yang karena aktivitas tektonik (gempa), vulkanik (letusan gunung api raksasa) hingga jatuhnya asteroid berukuran besar.
Namun kita kini hidup di era Anthropocene yang mulai menunjukkan potensi kepunahan keenam akibat perbuatan manusia di Bumi. Padahal jejak peradaban manusia tertua yang ditemukan baru sekitar 160.000 tahun. Bila umur bumi yang sudah 4,5 Milyar tahun itu diproyeksikan dalam 24 jam, maka kehadiran manusia baru pada 3 detik terakhir!
Jadi menghijaunya Saudi bisa sebuah tanda bahaya. Tanda bahwa Bumi tak baik-baik saja dan bakal makin sulit ditinggali akibat keserakahan kita sendiri. Sekarang berpulang pada umat Manusia apakah hendak menyegerakan kiamat kecil di muka Bumi itu atau menundanya beberapa ribu tahun lagi.
Air memang prasyarat kehidupan. Air menutupi sekitar 71 persen permukaan bumi, dengan laut dan samudera membentuk sebagian besar volume air (sekitar 96,5 persen). Sebagian kecil air menjadi air tanah (1,7 persen), gletser dan lapisan es di kutub (1,7 persen), dan di udara sebagai uap, awan (terdiri dari es dan air tersuspensi), dan presipitasi (0,001 persen). Air bergerak terus-menerus melalui siklus air.
Jumlah air tawar yang tersedia memang dari dulu tidak banyak. Perusahaan Air Minum mengandalkan air permukaan (mata air, danau, sungai) yang debitnya dapat ditaksir cukup baik. Pada daerah-daerah tandus, kadang-kadang ditemukan air tanah atau bahkan air tanah purba (yakni yang tidak terkait dengan siklus air dalam jangka pendek).
Namun kesulitannya adalah kita tidak tahu, sampai kapan air itu tersedia bila dikonsumsi dengan jumlah besar, dan bahkan mungkin makin meningkat.
Bahkan air yang muncul dari sumur yang dianggap keajaiban pun mematuhi siklus ini. Meski sebagian orang menyangka sumur Zam-zam tidak habis-habis diminum jutaan jamaah haji dan umrah, namun pemerintah Saudi tidak mengambil air Zam-zam kecuali untuk minum di dua masjid suci.
Air bersih di rumah-rumah, juga untuk kebutuhan lainnya di Makkah diambil dari laut dan diolah menjadi air tawar dengan teknologi. Tentu itu butuh energi yang besar.
Daerah tangkapan air (hujan) yang mensupply sumur Zamzam hanyalah seluas 60 Km2. Dari uji pemompaan, sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11 – 18.5 liter/detik, atau 660 liter/menit, 40 000 liter/jam, atau 950.400 liter/hari. Sebagian air ini akan disimpan dulu, agar pada saat puncak musim haji, kebutuhan air zamzam tetap terpenuhi.
Oleh: Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar
Anggota Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE)
Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Water
https://en.wikipedia.org/wiki/Zamzam_Well
https://geologi.co.id/2007/06/26/rahasia-sumur-zamzam-1/
https://rovicky.wordpress.com/2008/01/18/zamzam-pernah-kering
0 Komentar