Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tugas Hamba Adalah Beribadah kepada-Nya


Topswara.com -- Sobat. Ibadah kepada Allah SWT itu ibarat sebuah kegiatan produksi karena tokonya adalah menyendiri untuk beribadah, modalnya adalah taqwa kepada Allah SWT, keuntungannya adalah surga. 

Dasar utama ibadah adalah menjaga diri dari semua perbuatan yang melahirkan siksa, baik itu karena melakukan maupun karena meninggalkan suatu perbuatan. Kunci kebaikan dunia dan akhirat adalah rasa takut kepada Allah SWT.

Sobat. Syeikh Imam An-Nawawi al-Bantani menjelaskan dalam kitabnya Nashoihul Ibad , Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya :

Pertama, Allah akan memahamkannya tentang agama.
Kedua, Allah akan menjadikannya zuhud terhadap kehidupan dunia.
Ketiga, Allah akan menjadikannya sadar akan kekurangan dirinya.

Allah SWT berfirman :

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ  

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah (2) : 30).

Sobat. Ketika Allah SWT memberitahukan kepada para malaikat-Nya (bahwa Dia akan menjadikan Adam a.s. sebagai khalifah) di bumi, maka para malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang akan diangkat menjadi khalifah di bumi.

Padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi. Para malaikat menganggap bahwa diri mereka lebih patut memangku jabatan itu, sebab mereka makhluk yang selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Allah SWT.

Sobat. Allah SWT tidak membenarkan anggapan mereka itu, dan Dia menjawab bahwa Dia mengetahui yang tidak diketahui oleh para malaikat. Segala yang akan dilakukan Allah SWT adalah berdasarkan pengetahuan dan hikmah-Nya yang Maha Tinggi walaupun tirak dapat diketahui oleh mereka, termasuk pengangkatan Adam a.s. menjadi khalifah di bumi.

Yang dimaksud dengan kekhalifahan Adam a.s. di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Pengertian ini dapat dikuatkan dengan firman Allah:
"Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi " (sad/38: 26).

Sebagaimana kita ketahui Daud a.s. di samping menjadi nabi juga menjadi raja bagi kaumnya. Ayat ini merupakan dalil tentang wajibnya kaum Muslimin memilih dan mengangkat seorang pimpinan tertinggi sebagai tokoh pemersatu antara seluruh kaum Muslimin yang dapat memimpin umat untuk melaksanakan hukum-hukum Allah di bumi ini.

Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ  
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz_Dzariyat (51) : 56).

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. 

Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: 
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31).

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. 

Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. 

Tidak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Sobat. Dzun Nun Al-Mishri pernah berkata, “Ciri-ciri orang yang 
makrifat kepada Allah SWT adalah Selalu mencintai-Nya, Hatinya selalu melihat kebenaran dan banyak beramal sholeh.”
Allah SWT berfirman :
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ 

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran (3) : 31).

Sobat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. 

Jika mereka telah berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. 

Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya.

Sobat. Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. 

Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. 

Rasulullah bersabda:
"Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak". (Riwayat al-Bukhari).

Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya.

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menghidupkan sunahku, maka dia telah mencintaiku. Barangsiapa yang mencintaiku, maka dia bersamaku pada hari kiamat di dalam surga.” (HR. At-Tirmidzi).

Sobat. Junaid al-Baghdadi berkata, “ 
Tiada seorang pun bisa sampai kepada Allah kecuali dengan pertolongan Allah. Jalan untuk sampai kepada Allah adalah mengikuti manusia pilihan Nabi Muhammad SAW.” 

Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Barang siapa mencintai orang yang mencintai Allah, sesungguhnya dia telah mencintai Alllah. Barangsiapa memuliakan orang yang memuliakan Allah, berarti dia memuliakan Allah.”

Sobat. Dalam kitab Mukasyafatul Qulub Karya Iman al-Ghazali disebutkan bahwa Tanda mencintai Allah adalah mencintai al-Qur’an. Tanda mencintai Allah dan Al-Qur’an adalah mencintai Rasulullah Muhammad SAW. 

Tanda mencintai Nabi Muhammad SAW adalah mencintai sunah. Tanda mencintai sunah adalah mencintai akhirat. Tanda mencintai akherat adalah membenci dunia. Tanda membenci dunia adalah tidak mengambil dunia kecuali sebatas bekal untuk sampai ke akhirat.


Oleh: Dr. Nasrul Syarif M.Si 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar