Topswara.com -- Pernyataan Dirut Pertamina Nicke Widyawati bahwa perusahaan yang dipimpinnya dapat dan telah menerapkan strategi transisi energi komprehensif atau menyeluruh dalam seluruh rantai supply perusahaan adalah tepat dan tidak diragukan.
Pernyataan saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP28) di Uni Emirat Arab (UEA) tersebut mencerminkan semua potensi kekuatan Pertamina dalam masalah transisi energi.
Mengapa? Indonesia dan Pertamina memiliki banyak sumber daya besar walaupun tidak segalanya untuk transisi energi. Kekayaan energi yang kompleks ditambah keinginan yang sangat kuat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Jadi semua yang apriori terhadap kemampuan Indonesia dapat diabaikan.
Masing-masing bagian dalam pertamina memiliki sumber daya untuk menjalankan transisi energi, mulai dari hulu, pengolahan hingga hilir dan bahkan dukungan atau loyalitas masyarangkat seluruhnya adalah kekuatan yang dapat diandalkan.
Sebagaimana dikatakan Dirut bahwa Inisiatif menyeluruh tersebut adalah; Pertama, Pertamina harus mempertahankan bisnis utama, yaitu minyak dan gas. Karena, Pemerintah Indonesia memiliki target untuk meningkatkan produksi minyak dan gas hulu dari 700 ribu barel per hari menjadi 1 juta barel per hari pada 2030.
Strategi kedua adalah meningkatkan pengembangan produk rendah karbon dengan memproduksi Biofuel. Hal ini dilakukan karena Indonesia merupakan negara kedelapan terbesar yang memiliki hutan dan memiliki kapasitas untuk memproduksi biofuel.
Selanjutnya ketiga adalah pengimbangan karbon. Meski masih ada bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga batubara, Pertamina harus mengurangi emisi melalui Carbon Capture, Utilization, and Storage, serta solusi berbasis Natural Base Solution (NBS) dengan kapasitas menyerap emisi dari lingkungan global hingga 15%.
Penyataan Dirut Pertamina jelas bersumber dari fakta bahwa sumber daya Pertamina sangat kompatibel dengan semua rencana global untuk menjadikan Indonesia sebagai climate super power, dan Pertamina memiliki andil besar dalam urusan itu.
Pada bagian hulu Pertamina memiliki atau menguasai jutaan hektar lahan yang berada dalam kontrak kontrak mereka. Dengan demikian maka dapat melakukan apapun bagi usaha mengurangi emisi, menyerap emosi, dan bahkan memanfaatkannya sekaligus.
Pada bagian pengolahan perusahaan pemilik kilang kilang skala besar memiliki rantai pasokan yang berkelanjutan dengan sumber sumber bahan mentah dan bahan baku energi terbaharukan baik dari tanaman, hasil hutan, maupun yang disediakan secara luas oleh alam.
Pada bagian hilir jelas pertamina memiliki ikatan yang sangat kuat dengan pelanggan atau konsumen mereka. Masyarakat percaya bahwa apapun bahan bakar yang dijual oleh Pertamina sejauh ini dianggap baik dan berkualitas. Ikatan ini akan memudahkan pertamina dalam mensosialisasikan dan menjual energi ramah lingkungan.
Sebagaima dikatakan Direktur Patra Niaga Riva Siahaan bahwa mengembangkan BBM jenis baru dengan pencampuran bio ethanol atau disebut dengam Pertamax green adalah komitmen bagi transisi enegi dan sekaligus mengurangi impor BBM. Langkah ini tentu akan mendapatkan dukungan dari masyarakat dan konsumen Pertamina
Jadi dengan dukungan sumber daya manusia internal yang kuat dan pengembangan strategi yang inclusif, maka bukan saja Pertamina dapat mengatasi masalah emisi tapi juga sekaligus bisa mendapatkan cuan atas masalah global perubahan iklim. Global dapat masalah, Indonesia dapat cuan. Kan biasanya begitu?
Salamuddin Daeng
Ketua Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia
0 Komentar