Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Pilar Penghenti Judi Online


Topswara.com -- Ketagihan, kata itulah yang pastinya melekat erat dengan yang namanya judi. Awalnya mencoba, kemudian tertarik, dan akhirnya ketagihan untuk terus melakukannya. Biasanya yang kita temui untuk persoalan judi ini pada orang dewasa, namun kini ternyata sudah merambat ke kalangan generasi. Tidak tanggung-tanggung, anak Sekolah Dasar pun ternyata terlibat di dalamnya. Innalillahi, miris dan sedih melihatnya. 

Sebagaimana diberitakan BBC.com (27/11/2023) bahwa sejumlah anak usia sekolah dasar kecanduan melakukan judi online. Mereka mengetahui judi online dari para streamer gim yang mempromosikan situsnya. 

Dampaknya anak-anak tersebut lebih boros, tidak bisa makan dan tidur, suka menyendiri, serta tidak konsentrasi dalam belajar. Indikasi tersebut mengarah pada kecanduan gim online menurut dokter spesialis. Di samping itu, tentunya perilaku mereka tidak dapat dikontrol atau dikendalikan.

Turut angkat bicara Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nezar Patria mengakui bahwa perang terhadap judi online ini sangat berat. Sehingga perlu mempertimbangkan untuk membuat satuan tugas yang terdiri dari kepolisian, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), serta Otoritas Jasa Keuangan.

Sungguh mengerikan melihat fakta di atas. Generasi yang seharusnya menjadi penerus estafet perjuangan malah terfokus pada hal yang membuat mereka akhirnya bermalas-malasan dan enggan belajar. 

Ditambah lagi, judi ini dapat merusak akal serta pikiran mereka. Termasuk pula pada aktivitas dan perilaku yang mereka lakukan sehari-hari. Itu sedikit dampak yang bisa terindera oleh kita, belum lagi yang lainnya. Karena sesungguhnya, judi ini benar-benar merusak tatanan kehidupan manusia.

Berbicara anak kecanduan judi online tadi, ini adalah persoalan yang begitu serius dan harus segera ditindaklanjuti agar tidak menjangkiti dan menyebar ke yang lain. Karena kalau sudah menyebar lebih luas, maka lebih sulit lagi untuk memutusnya. 

Semua ini memang tidak lepas akibat dari sistem yang ada di negeri ini. Kapitalisme yang bersanding dengan liberal membuat kehidupan menjadi sebuah perjalanan yang tanpa kontrol. 

Apalagi dengan liberalisme, membuat bebas melakukan apapun tanpa orang lain bisa mencegahnya. Dan lagi, keuntungan alias cuan menjadi sesuatu yang harus dicapai. Sehingga amat wajar jika kita melihat sulit sekali untuk memberantas judi online ini. Apalagi kini telah merambah pada sisi generasi. Bahaya besar tentunya akan mengintai kita semua bahkan negeri ini.

Melihat sisi bahayanya tadi, maka setidaknya ada tiga faktor yang harus dibenahi dan dikontol. Yang pertama adalah dari sisi terdekat dengan generasi, yaitu keluarga. Perlunya kontrol dan periayahan dari orang tua. Orang tua diamanahi untuk bisa mendidik anak-anaknya agar menjadi sosok yang mempunyai akhlak dan berkarakter baik. 

Sehingga diperlukan bekal yang begitu banyak untuk menuju ke sana. Namun, memang tidak menafikkan bahwa sistem sekarang dengan kemajuan teknologi membuat orang tua susah untuk melakukan kontrol terhadap mereka. 

Sebut saja dalam hal penggunaan gawai alias smart phone yang setiap hari menemani mereka. Dengan sekali tekan, maka mereka bisa berselancar dan dapat mengakses semua hal. Termasuk akses dalam hal game online tadi. Kemudian merambah pada judi online. 

Di sinilah titik kritisnya sehingga perlu adanya pendampingan penuh oleh orang tua. Jika tidak ada pendampingan maka kita sendiri akan tahu dampaknya akan seperti apa. 

Termasuk juga memberikan fondasi yang kuat, yaitu akidah yang kokoh terhadap anak agar ia tidak salah dalam mengambil sesuatu. Dengan begitu anak menjadi tahu mana yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. 

Standar yang dipakainya pun akan jelas, yaitu hanya merujuk pada Islam saja bukan yang lainnya. Segala hal tentu akan merujuk pada Islam, sehingga aktivitas yang dilakukan adalah yang berguna saja, tidak membuang waktu, dan bermanfaat baik untuk dirinya atau orang lain.

Kedua adalah peran dari masyarakat sekitar. Dalam hal ini, masyarakat pun punya andil besar untuk membentuk pola generasi. Mau dibawa ke arah baik atau buruk, tergantung suntikan dari masyarakat. Mengapa demikian? Karena jika masyarakat peduli, tentunya amar makruf akan berjalan dengan baik, sehingga tercipta juga kontrol. 

Sebagai contoh ketika para pemilik serta penjaga warnet itu peka terhadap para pelanggannya, misalnya dengan menempelkan info bahwa tidak boleh mengakses hal-hal yang buruk termasuk situs-situs judi. Maka insyaAllah para pelanggan tidak akan mengakses hal tersebut. 

Jika masih ada yang 'bandel' maka bisa ditegur atau dilaporkan kepada orang tuanya. Sehingga para pemilik atau penjaga warnet tadi tidak lepas dari tanggung jawabnya dan tak hanya memikirkan masalah pendapatan alias cuan saja. 

Kemudian yang ketiga adalah peran aktif dari negara. Pada poin ini begitu penting juga dilakukan karena lewat kekuasaannya negara mampu memberikan sanksi tegas kepada pihak yang melanggar aturan. 

Karena fungsi negara adalah meriayah sekaligus melindungi seluruh masyarakat alias rakyat, termasuk anak-anak. Negara mampu menindak tegas baik orang atau kelompok yang dengan sengaja membuka situs-situs judi online ini. Sekaligus memberikan sanksi yang akhirnya membuat jera pada mereka. 

Lewat ketiga poin penting di atas insyaAllah masalah judi online ini bisa diatasi dengan mudah. Tanpa maju mundur atau tarik ulur. Ataupun ditutup satu situs, muncul beribu situs judi online. InsyaAllah tidak akan seperti itu jika sistem yang ada sekarang adalah sistem Islam. 

Karena Islam telah jelas mempunyai aturan untuk manusia ketika menjalankan kehidupan di dunia ini. Sehingga kata takwa akan tercermin pada setiap individunya sekaligus negara akan sekuat tenaga untuk melindungi seluruh rakyatnya dari kerusakan. 

Hal tersebut sudah terbukti dan nyata adanya ketika Islam diterapkan dalam kehidupan dunia. Manusia yang ada mempunyai benteng keimanan yang kokoh sehingga mempunyai perilaku yang sejalan dengan Islam saja. 

Termasuk generasi yang terbentuk adalah mempunyai akhlak baik sekaligus pemikiran dan tingkah laku seperti Al-Qur'an. Mereka malah berlomba-lomba untuk menjadi sosok yang berguna bagi masyarakat. Salah satunya adalah menjadi penemu-penemu yang membawa kemaslahatan umat.

Wallahua'lam.


Oleh: Mulyaningsih 
Pemerhati Keluarga
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar