Topswara.com -- Hak Asasi Manusia digadang-gadang mampu menuntaskan beragam masalah yang kini menyapa dunia. Masalah yang ada pun kian rumit dan membelit. Mungkinkah konsep HAM mampu menyajikan solusi yang cerdas?
Konsep Absurd HAM
Hari HAM sedunia yang selalu diperingati pada tanggal 10 Desember setiap tahunnya hanya bagai selebrasi tanpa solusi. Beragam masalah HAM yang tak kunjung temu solusi adil, terus dikubur dalam-dalam dan dilupakan begitu saja. Seolah lelah karena tak kunjung menemukan titik terang masalah.
Peneliti Ruang Arsip dan Sejarah (RUAS), Ita Fatia Nadia, mengungkapkan bahwa setelah reformasi terjadi, negara semestinya mampu berusaha untuk mengusut dan mengadili pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran HAM berat di masa lalu, yang menurutnya tidak pernah dilakukan (voaindonesia.com, 10/12/2023). Kasus aktivis HAM Munir, kasus G30S/PKI, kasus Km.50, dan kasus-kasus HAM lainnya yang sengaja dilupakan begitu saja.
Deputi Direktur Amnesty International Indonesia Wirya Adiwena menyayangkan akuntabilitas aparat keamanan yang ikut memperlemah upaya penegakan hukum di Indonesia (voaindonesia.com, 10/12/2023).
Hal tersebut mencakup penggunaan kekuatan dan kewenangan yang berlebihan oleh aparat keamanan dalam menghadapi masyarakat adat sebagaimana yang terjadi di Pulau Rempang belum lama ini.
Saat itu aparat menggunakan kekuatan yang berlebihan dengan menembakkan meriam air dan gas air mata ke arah masyarakat yang menolak proyek Eco City di Rempang. Anak-anak sekolah menjadi korban. Memprihatinkan
Data Amnesty International Indonesia pun mencatat adanya penggunaan gas air mata yang mirip dengan zat yang disemprotkan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Oktober 2022 lalu. Dilaporkan 35 orang tewas dan sedikitnya 435 orang mengalami luka.
Penguburan dan pengaburan fakta terus dilakukan demi tetap tegaknya kekuasaan yang penuh kecurangan dan antikritik. Kekuasaan menjadi alat bungkam politik yang manjur dalam ranah sistem politik demokrasi.
Inikah konsep HAM yang katanya menciptakan kedamaian? Faktanya jauh panggang dari api. Semua yang terjadi tidak sesuai harapan.
Dunia menjadikan konsep HAM sebagai sumber solusi dunia. Namun ternyata, faktanya bukan menjadi solusi, konsep HAM justru memantik masalah baru yang membelit dan makin ruwet.
Konsep HAM adalah konsep yang membebaskan manusia tanpa aturan dan membolehkan setiap individu membuat keputusan sesuai keinginan dan kebutuhannya.
Tentu saja, konsep ini akan bertabrakan dengan konsep aturan yang benar. Dan konsep HAM yang demikian akan berpotensi menjadikan manusia yang liberal, bebas tanpa aturan jelas. Konsep tersebut bertentangan dengan fitrahnya manusia sebagai seorang hamba yang lemah. Aturan yang dilahirkan manusia pun dipastikan bersifat cacat serta mustahil menjadi solusi masalah kehidupan.
Konsep HAM yang kini digaungkan adalah konsep hipokrit yang absurd. Bertentangan secara diametral dengan kebutuhan hidup individu.
Islam, Sistem Penjaga yang Sempurna
Islam menetapkan bahwa setiap tindakan seorang muslim wajib terikat hukum syara'. Yakni aturan yang ditetapkan Allah SWT. Dan aturan tersebut termaktub dalam Al-Qur'an dan Al Hadis.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?"
(QS. Al-Ma'idah: 50).
Penerapan syariat Islam secara menyeluruh otomatis akan mencukupi setiap kebutuhan dasar individu. Seperti hak untuk mendapatkan makanan, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, keamanan dan kebutuhan hidup lainnya.
Sehingga standar atau miqyas syariah untuk manusia adalah standar paling ideal yang ditetapkan Allah SWT. sebagai Dzat Maha Pencipta. Dan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. wajib menerima sepasrah-pasrahnya atas segala yang telah ditetapkan Allah SWT dengan landasan keimanan.
Standar keimanan-lah, satu-satunya aturan yang mampu menjaga individu secara sempurna. Dan hanya dalam wadah khilafah-lah, hukum-hukum syariat Islam mampu diterapkan sempurna sebagai aturan kehidupan.
Sejarah mengungkap gemilangnya peradaban Islam dalam mewujudkan ketentraman dan kedamaian bagi seluruh individu. Kedamaian ini pun dirasakan kaum non muslim. Peradaban Islam merupakan satu-satunya peradaban gemilang dalam tatanan institusi khilafah yang amanah. Kesejahteraan, ketentraman dan kedamaian niscaya tercurah untuk seluruh umat.
Menurut Ma'ruf Misbah, Ja'far Sanusi, Abdullah Qusyairi, dan Syaid Sya'roni dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, peradaban Islam bersumber langsung dari Alquran dan sunnah yang mempunyai kekuatan luar biasa. Ma'ruf pun menekankan bahwa dasar keimanan adalah dasar utama yang melahirkan cerdasnya peradaban. Dengan ini pula, manusia mampu menjaga diri dari segala keburukan sifat duniawi yang berorientasi pada materi dan hawa nafsu.
Wallahu a'lam bisshawwab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar