Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Persiapan Murid Sebelum Ngaji (Bagian 2)


Topswara.com -- Berniat Ikhlas Dalam Ngaji

Pengaruh niat terhadap suatu amal sangat menentukan. Bahkan nilai amalnya hingga akhir ditentukan oleh niatnya. Oleh karena itulah niat ngaji harus ikhlas karena Allah. Yakni karena menjalankan perintah Allah. Agar menjadi orang-orang berilmu yang dimuliakan Allah. Agar tetap berada di jalan ke surga.
 
Ngaji agar paham perintah dan larangan Allah. Agar bisa beramal dengan benar. Agar bisa membebaskan diri dari kebodohan.

Ngaji agar bisa mengemban kewajiban dakwah. Agar bisa mengajak umat kembali kepada Islam kaffah. Membebaskan umat dari penjajahan dengan menegakkan khilafah. Semua itu harus dengan ilmu. Dan ilmu hanya diperoleh dengan ngaji. 

Niat yang benar akan bisa mendorong kita untuk serius belajar. Mempersiapkan diri agar bisa paham ilmu. Baik persiapan zahir maupun batin.

Niat ikhlas bukan berarti yang penting sudah karena Allah hingga yang penting hadir ngaji. Kemudian enggak sungguh-sungguh ngaji. Terduduk diam bersiap tidur. Seolah doa pembuka majelis adalah doa sebelum tidur. Kemudian dia penutup majelis adalah doa bangun tidur. Ini bukan ikhlas yang dimaksud para ulama.

Memang ada saja hamba yang ditolong Allah dengan membetulkan niat dikala sudah berjalan menuntut ilmu. Yakni Allah menuntun orang tersebut untuk menyadari kesalahan niat setelah dituntun oleh ilmunya. Hal ini terjadi khususnya bagi orang kafir saat masuk Islam. Atau orang jahil saat mulai menuntut ilmu.

Walaupun awalnya orang masuk Islam atau belajar Islam hanya untuk dunia, namun niatnya nantinya bisa berubah karena ilmu yang menuntunnya. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

إِنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إِلاَّ الدُّنْيَا فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الإِسْلاَمُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا

“Sesungguhnya pada zaman dahulu, ada sebagian orang yang masuk Islam hanya mengharapkan dunia. Sesudah ia berada dalam Islam, akhirnya Islam menjadi lebih ia cintai daripada dunia dan segala isinya.” (HR. Muslim, no. 2312).

Ad-Daruquthni berkata,

طَلَبْنَا العِلْمَ لِغَيْرِ اللهِ فَأَبَي أَنْ يَكُوْنَ إِلاَّ لله

“Kami dahulu menuntut ilmu karena ingin gapai ridha selain Allah. Namun ilmu itu enggan, ia hanya ingin niatan tersebut untuk Allah.” (Disebutkan dalam Tadzkirah As–Saami’ waAl-Muta’allim, dinukil dari Ma’alim fi ThariqThalabAl-‘Ilmi, hlm. 18).

Namun bukan hal kita untuk sengaja berniat salah kemudian berharap pada titik tertentu ada hidayah Allah hingga niatnya menjadi benar. Maka kewajiban kita adalah berniat yang benar saat ngaji dan beramal yang benar. 

Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907].

Ngaji yuk Sobat. Semangat yah. Wallaahu a'lam.[]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar