Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Persiapan Murid Sebelum Ngaji (Bagian 1)


Topswara.com -- Sobat kita sudah sama memahami betapa pentingnya ngaji. Betapa urgennya ilmu. Betapa pentingnya belajar. Belajar Islam fardhu 'ain untuk ilmu yang akan kita amalkan. 

Fardhu kifayah untuk ilmu islam hingga menjadi faqih fiddiin dalam berbagai bidang tsaqafah atau juga mencapai level Mujtahid. Fardhu kifayah juga belajar ilmu sain dan teknologi. Yang kita bahas kali ini khususnya tentang ngaji ilmu-ilmu Islam.

Mungkin sering terjadi murid sulit memahami ilmu pada saat ngaji. Sudah ngaji tetapi sulit paham. Barangkali hal ini disebabkan oleh kurangnya persiapan murid sebelum, ketika dan selama proses ngaji. Diperlukan beberapa persiapan murid agar paham ilmu dan ilmunya manfaat, diantaranya adalah:

Pertama, membersihkan sebelum mengisi.

Ada kaidah yang dikenal oleh para ulama,

التَّØ®ْÙ„ِÙŠَّØ©ُ Ù‚َبْÙ„َ التَّØ­ْÙ„ِÙŠَّØ©ِ

Yakni membersihkan sebelum mengisi. Sebelum hati diisi oleh ilmu, berarti hati dibersihkan dahulu.

Kaedah di atas diungkapkan oleh Ibnul Qayyim dalam faedah kesepuluh dari kitab beliau yang sungguh berharga yaitu Al-Fawaid, hlm. 56. Beliau rahimahullah mengungkapkan, “Kalau suatu tempat sudah bersih, pasti akan sulit dimasuki oleh lawannya. Hal ini terjadi pada sesuatu yang nampak dan dirasakan secara inderawi, begitu pula pada keyakinan dan iradah. Jika hati terisi dengan akidah dan kecintaan yang batil, maka tidaklah ada tempat untuk kebenaran di dalamnya. Sebagaimana lisan jika disibukkan dengan kata-kata yang tidak manfaat, maka tentu lisan tersebut sulit disibukkan dengan ucapan-ucapan yang bermanfaat, yang ada lisan hanya disibukkan dengan ucapan kebatilan. Begitu pula anggota badan jika telah disibukkan dengan selain ketaatan, tidak mungkin lagi tersibukkan dengan ketaatan, pasti hanya akan tersibukkan dengan lawannya.”

Sahl bin ‘Abdullah rahimahullah berkata, “Cahaya ilmu sulit masuk pada hati yang masih terisi dengan sesuatu yang Allah benci.”

Jadi hati kita harus dalam keadaan siap menerima ilmu dari guru. Tidak boleh ada hal hal negatif yang bersarang di dalamnya baik berupa ketidaksukaan kepada ilmu, tempat, apalagi tidak suka guru. 

Apalagi jika ada rasa meremehkan guru. Karena merasa lebih unggul dari guru dalam beberapa hal. Menganggap guru lebih rendah dari dirinya. Menganggap guru kurang alim. Menganggap guru ada kekurangan dan lain-lain.

Jika ada salah satu hal ini maka sangat mungkin akan sulit faham ilmu yang dikaji. Wallaahu a'lam.[]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar