Topswara.com -- Berbagai kekejaman saat ini yang terjadi di Palestina sudah lebih dari cukup sebagai bukti pelanggaram HAM berat, namun tak kunjung ada tanggapan apapun dari PBB atau lembaga kemanusiaan lainnya.
Memang benar ternyata jika yang melakukan kekerasan adalah AS dan antek-anteknya maka akan dibiarkan saja, namun segera ditindak tegas jika pelaku nya musuh AS contohnya umat Islam.
Dari laman VoaIndonesia.com (10/12/2023). Baru-baru ini seluruh dunia memperingati hari Hak Asasi Manusia. Namun peringatan tiap tahun ini tak juga mampu meredam tingginya angka kekerasan di dunia, khususnya Indonesia. Peneliti di Ruang Arsip Sejarah, Ita Fatia Nadia mengatakan sepanjang masa pemerintahan pak Jokowi, 12 kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu gagal diwujudkan.
Salah satunya kasus G30S/PKI yang membuat lebih dari 2 juta orang tertuduh sebagai simpatisan PKI, diburu, ditangkap, disiksa, diperkosa, hingga dibunuh. Juga kejahatan 'Penembak Misterius' 1982-1985 yang korbannya lebih dari 10.000 orang, Peristiwa Talangsari Lampung 1989, Peristiwa Rumah Geudong dan Pos Sattis Aceh 1989, Kerusuhan Mei 1998, Penghilangan Paksa Orang 1997-1998, Penembakan di Trisakti 1998, Semanggi I 1998, Semanggi II 1999, Pembunuhan Dukun Santet 1998-1999, Peristiwa Simpang KKA Aceh 1999, Peristiwa Wasior Papua 2001-2002, Peristiwa Wamena 2003, dan Peristiwa Jambu Keupok Aceh 2003.
Ita juga menyayangkan sikap pemerintahan Jokowi yang tidak mengkategorikan kasus pembuhuhan Aktivis HAM Munir sebagai pelanggaran HAM berat masa lalu, padahal kasus ini sebagai pembungkam sekaligus teror agar tak ada lagi yang berani menentang penyelewengan kekuasaan oleh negara.
HAM dan Kepentingan Dunia
Amerika Serikat dan negara-negara barat yang menggembor-gemborkan HAM justru adalah pelaku pelanggaran HAM yang paling banyak, serangan AS ke Irak dan Afghanistan telah menghancurkan dan merebut hak-hak mereka disana.
Beginilah wajah asli HAM yang dibuat dari sistem liberal kapitalis, tentu saja harus ada keuntungan dalam tindakan yang dilakukan, dan jika tidak ada kepentingan maka ditinggalkan saja.
Juga para Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua mereka berbuat kerusakan, menembak, membunuh, menghancurkan fasilitas umum, namun tidak di tangkap, padahal banyak warga dan aparat yang gugur karenanya.
Coba seandainya orang Islam yang demikian tentu akan di cap teroris, radikal, disergap densus 88, di hancurkan rumahnya bahkan ditembak mati sebelum divonis bersalah. Sebegitu bencinya mereka pada Islam dan para pemeluknya.
HAM Bertentangan dengan Islam
Akidah Islam telah mengatur berbagai aspek kehidupan, tentu saja berbeda dengan HAM yang membebaskan manusia melakukan apa saja sesuai keinginannya, tanpa memikirkan akibat perbuatannya.
Manusia juga adalah makhluk tentu bersifat lemah dan terbatas, tidak mungkin manusia dapat membuat aturan yang adil untuk seluruh manusia, tentulah akan menguntungkan dirinya atau kelompoknya.
Maka akan terjadi konflik yang berkepanjangan akibat perbedaan kepentingan dan semua menuntut hak nya dipenuhi. HAM juga memfasilitasi kaum LGBT yang jelas-jelas Allah SWT laknat dalam Al Qur'an, semakin jelaslah bahwa HAM sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Khatimah
Aturan dari Allah adalah yang terbaik untuk manusia, sebab berasal langsung dari sang pencipta. Penerapan Islam secara kaffah akan memenuhi kebutuhan dan hak-hak setiap manusia, juga akan memberikan ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan manusia.
Sejarah telah membuktikan peradaban Islam yang gemilang, yang mampu menguasai 2/3 dunia selama ber abad-abad lamanya, dengan berbagai agama penduduknya, islam mampu membawa kedamaian, tanpa adanya ketidakadilan. Mari kembali pada sistem Islam dengan mencampakkan sistem sekuler buatan barat yang hina ini.
AllahuAkbar.
Audina Putri
Aktivis Muslimah
0 Komentar