Topswara.com -- Tragis banyak anak usia sekolah dasar melakukan aksi bunuh diri. SR (13), siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya, Selasa (26/9/2023). Ia dinyatakan meninggal dunia ketika dalam perawatan di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Pemicu jatuhnya SR masih didalami oleh aparat terkait. Ada dugaan kuat ia bunuh diri (Kompas, 28/09/2-23).
Kepolisian Resor Pekalongan, Jawa Tengah, memastikan penyebab kasus meninggal dunia seorang anak sekolah dasar berinisial K (10) di Kecamatan Doro karena bunuh diri setelah telepon genggam milik korban disita oleh orang tuanya (Antara Jateng, 23/11/2023)
Pemerintah mencatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA). Nahar. Nahar mengatakan bahwa para korban bunuh diri merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Menurutnya, kebanyakan mereka yang bunuh diri disebabkan oleh depresi.
"Catatan kami tahun 2023 saja kasus bunuh diri anak sudah sampai di angka 20 kasus. Penyebab, ada depresi, dugaan perundungan, dan banyak penyebabnya," kata Nahar kepada wartawan di Kantor KemenPPPA Jakarta, Jumat (10/11/2023). Banyaknya kasus bunuh diri remaja (anak muda) telah menyita perhatian publik. Jumlah ini tentu mengerikan bagi masa depan generasi.
Berbagai penyebab bunuh diri sejatinya berpangkal dari cara pandang Barat yang makin terhunjam di benak remaja, yaitu sekularisme. Cara pandang ini terus mengguyuri kawula muda hingga mereka lupa akan jati dirinya. Sedari lahir hingga memasuki jenjang pendidikan, nilai-nilai kehidupan yang sekuler terus ditanamkan kepada mereka.
Kurikulum pendidikan yang sekuler tidak menghadirkan agama sebagai mata pelajaran pokok. Pelajaran agama hanya dijadikan sampingan yang tidak diprioritaskan. Alhasil, anak-anak benar-benar hidup tanpa bimbingan agama. Mereka jadi tidak bisa membedakan mana yang boleh dilakukan dan yang tidak.
Kehidupan yang jauh dari agama jelas akan mengantarkan siapa pun untuk melakukan hal semaunya, alias kehidupan yang liberalistis. Tidak peduli merugikan orang banyak atau tidak, selama ia mendapatkan manfaat, dianggap sah-sah saja. Lihat saja masyarakat hari ini yang saling sikut demi memperoleh materi. Ini juga yang menyebabkan depresi sebab jika tidak mendapatkan materi seolah telah kehilangan kesempatan untuk bahagia.
Masalah bunuh diri dipengaruhi oleh problem sistemis, untuk menyelesaikannya juga harus dilakukan secara sistemis. Islam adalah solusi persoalan hidup. Tidak ada manusia hidup tanpa masalah dan tidak ada masalah tanpa ada solusinya. Ada mekanisme Islam dalam mencegah bunuh diri antara lain :
Pertama, menanamkan akidah Islam sejak dini pada anak-anak. Dengan penancapan akidah yang kuat, setiap anak akan memahami visi dan misi hidupnya sebagai hamba Allah Taala, yakni beribadah dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Prinsip ini harus dipahami bagi seluruh keluarga muslim sebab orang tua adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Negara akan membina dan mengedukasi para orang tua agar menjalankan fungsi pendidikan dan pengasuhan sesuai akidah Islam.
Kedua, menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. Sejarah Islam telah membuktikan bahwa kurikulum pendidikan Islam mampu melahirkan generasi kuat imannya, tangguh mentalnya, dan cerdas akalnya.
Negara akan mengondisikan penyelenggaraan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk syahsiah Islam terlaksana dengan baik. Generasi harus memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai syariat Islam. Dengan begitu, mereka akan memiliki bekal menjalani kehidupan dan mengatasi persoalan yang melingkupinya dengan cara pandang Islam.
Ketiga, memastikan para ibu menjalankan kewajibannya dengan baik. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Kaum ibu dalam sistem Islam (khilafah) akan diberdayakan sebagai ibu generasi peradaban, bukan mesin ekonomi seperti halnya dalam sistem kapitalisme yang malah menghadapkan para ibu pada persoalan ekonomi dan kesejahteraan.
Penerapan sistem Islam kafah yang paripurna akan membentuk individu bertakwa, masyarakat yang gemar berdakwah, dan negara yang benar-benar me-riayah. Dengan begitu, masalah bunuh diri akan tuntas karena setiap individu muslim dapat memahami hakikat dan jati dirinya sebagai hamba dengan menjadikan Islam sebagai the way of life.
Ketika Islam menjadi jalan hidup bagi setiap muslim, tidak aka nada generasi yang sakit mentalnya, mudah menyerah, atau gampang putus asa. Mereka akan menjadi generasi terbaik dengan mental sekuat baja dan kepribadian setangguh para pendahulunya.
Oleh: Ratna Nuraini
Pegiat Dakwah
0 Komentar