Topswara.com -- Perkembangan teknologi dan informasi ternyata tidak selalu berdampak positif bagi pendidikan generasi muda. Kemudahan akses informasi yang seharusnya menjadikan sebagai fasilitas untuk proses pembelajaran justru disalahgunakan untuk hal yang negatif. Salah satunya adalah judi online.
Aplikasi haram ini sangat mudah diakses oleh semua kalangan, termasuk anak-anak hanya melalui ponsel mereka. Bahkan, para pemilik situs judi slot secara terang-terangan melakukan promosi aplikasi mereka di konten-konten live streaming gamer yang diketahui sangat digandrungi oleh anak-anak.
Budi Arie selaku Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Menkominfo RI) mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang darurat judi online. Sudah banyak anak-anak dan remaja yang menjadi korban judi online.
Karena selain gencarnya promosi, kemudahan pembayaran dan nilai taruhan yang tidak terlalu besar yaitu hanya mulai Rp 10.000 saja menjadikan judi online banyak menarik perhatian. Wajar bila dilaporkan banyak anak sekolah dasar yang kecanduan judi online ini. (edukasi.okezone.com, 28/11/2023)
Selama tahun 2023 saja, sebuah klinik spesialis anak di Pejaten, Jakarta Selatan, mencatat ada hampir 50 kasus yang mereka tangani dalam masalah kecanduan judi slot pada anak. Usia mereka yang awalnya remaja SMA dan SMP, akhir-akhir ini semakin merambah di usia anak SD.
Kebanyakan mereka anak-anak dari kalangan menengah ke atas. Di usia yang belum bisa menalar dengan benar, anak-anak usia SD itu terima saja ketika ditawari judi online yang mirip gim. Salah satu dampak buruk. (bbc.com, 27/11/2023)
Bahaya Judi Online untuk Anak
Banyak pihak yang mengkhawatirkan kondisi maraknya judi online di kalangan anak. Hal ini karena bahaya besar yang mengancam masa depan generasi. Banyak dikeluhkan oleh orang tua yang anak-anaknya kecanduan judi online bahwa anak-anak menjadi lebih boros, cepat emosi, kesulitan tidur dan makan, dan stres. Hal ini tentulah akan membahayakan jiwa dan raga mereka.
Masa depan juga terancam buruk karena pendidikan jadi terabaikan. Belajar jadi malas. Tugas-tugas tak dikerjakan. Lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gim sehingga kinerja akademik mengalami penurunan.
Anak-anak yang terjerat judi online juga dapat terisolasi dari lingkungan sosial. Mereka lebih suka bermain gim sendiri dibandingkan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Interaksi sosial mereka menjadi tidak sehat.
Penyebab Suburnya Judi Online
Suburnya kasus judi online di kalangan anak dan remaja ini tak terlepas dari sistem pendidikan ala sekularisme yang saat ini diterapkan. Sistem ini hanya mencetak generasi yang haus akan materi dan mengabaikan agama.
Kurikulum pendidikan yang fokusnya mencetak tenaga-tenaga industri dengan skill tertentu agar siap memasuki dunia kerja. Sementara pendidikan agama sangat minim diberikan. Akibatnya, hal haram seperti judi pun dilakukan.
Faktor keluarga dan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Saat ini banyak keluarga yang tidak mampu menjadi tempat edukasi terbaik. Para orang tua seolah hanya menjadi induk yang sibuk mencari harta dan melalaikan tugas utamanya sebagai pendidik utama dan pertama anak.
Begitu pun dengan fungsi kontrol di masyarakat. Perannya kian luntur dengan derasnya ide kebebasan dan sekulerisme. Masyarakat semakin individualis dan cuek terhadap sesama. Mereka diam saja dan tak peduli selama tidak merasa terganggu dan dirugikan.
Kebijakan Setengah Hati
Walaupun kasus ini sangat membahayakan generasi di masa depan, nyatanya tak membuat negara serius memberantas judi online. Faktanya, keberadaan aplikasi judi online ini masih terus bertebaran menyasar konsumennya.
Meskipun Kemenkominfo telah memblokir ratusan ribu konten judi online, tetapi hal itu tidaklah cukup memberantasnya. Keberadaan judi online malah semakin banyak bermunculan. Tumbang satu muncul lagi situs baru yang serupa, bahkan lebih variatif.
Para bandar judi tidak ada rasa kapok karena penindakan hukum atas pembuat dan pelaku judi online masih sangat minim. Buktinya, sepanjang 2017-2023, PPATK melaporkan angka perputaran uang judi online makin meningkat dari tahun ke tahun.
Islam Menjaga Generasi
Dengan memperhatikan banyaknya faktor yang memengaruhi tumbuh suburnya judi online di masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan anak, maka harus ada solusi yang benar-benar tepat. Bukan solusi parsial, melainkan solusi mendasar yang akan menghentikan dari akarnya.
Menyelesaikan judi online tidak bisa dilepaskan dari sistem yang menaunginya. Sistem kapitalisme yang saat ini sedang berlangsung telah menyuburkan pelanggaran seperti judi. Menuntaskannya tidak hanya melihat dari satu sisi. Karena itulah, sistem pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dan budaya haruslah saling menopang dan bersinergi. Dengan begitu, generasi akan terjaga dari segala kejahatan.
Solusi yang bisa mencakup semua itu adalah Islam. Dengan Islam yang diterapkan secara kaffah, negara akan mencegah segala pemikiran yang menyesatkan generasi. Ide-ide kufur yang berasal selain dari Islam harus dibuang.
Negara akan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang mampu mencetak generasi bertakwa dan memiliki skill kehidupan. Generasi tidak akan terjerat pada pemikiran kapitalisme sekuler yang mendewakan materi dan kesenangan semata. Sebaliknya, mereka akan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan syariat dan menyibukkan diri dengan berkarya dalam kebaikan.
Penegakan hukum yang tegas diterapkan terhadap pelaku judi online dan semua pihak yang terlibat akan keberadaannya.
Inilah solusi jitu bagi permasalahan kehidupan. Sebab, Islam merupakan sistem yang berasal dari Sang Maha Pencipta. Sistem ini terbukti mampu membangun peradaban emas selama 13 abad.
Negara sebagai pengayom dan pelindung rakyat, tidak akan mandul dan terkerdilkan karena kedaulatan membuat hukum tidak berada di tangan manusia melainkan berasal dari Allah sebagai Al-Khaliq Al-Mudabbir.
Wallahu a’lam bishshawwab
Oleh: Esti Dwi
Aktivis Muslimah
0 Komentar