TopSwara.com – Lagi kasus bunuh diri pada anak belakangan ini makin marak. Seperti yang terjadi pada SR (13 Tahun) di Pesanggarahan, Jakarta Selatan (26/9/2023) yang jatuh dari lantai 4 sekolahnya. Diduga kuat melakukan bunuh diri akibat bullying. Juga yang terjadi di Pekalongan bocah berusia 10 tahun ditemukan tewas gantung diri dirumahnya (22/11/2023) diduga kuat karena dilarang bermain hp oleh orangtuanya (Jateng.antaranews.com, 23/11/2023).
Pemerintah mencatat, setidaknya ada 20 kasus bunuh diri anak-anak sejak Januari 2023. Hal itu disampaikan Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Nahar mengatakan bahwa para korban bunuh diri merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Menurutnya, kebanyakan mereka yang bunuh diri disebabkan oleh depresi dan perundungan (RRI.co,id, 11/11/2023).
Problem Generasi Butuh Solusi Tuntas
Kasus ini harus menjadi perhatian mengingat usia anak yang sangat belia. Apalagi mulai menjadi fenomena di tengah masyarakat. Tren bunuh diri belakangan ini menjadikan orang tua khususnya lingkungan keluarga diberikan warning ada yang salah dalam kondisi anak. Bagaimana peran keluarga sebagai pihak yang harus pertama kali mendeteksi kesalahan yang terjadi pada diri anak.
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan di antaranya apa yang menjadi penyebab bunuh diri, sumber anak mengetahui cara bunuh diri. Sosial media juga diduga menjadi pemicu dalam kasus bunuh diri anak. Mereka menonton acara bunuh diri kemudian mempraktikkannya. Ini berkaitan dengan kondisi mental anak yang dalam kondisi yang memprihatinkan.
Jika kesehatan fisik anak adalah prioritas orang tua, lebih dari itu kesehatan mental anak-anak harus menjadi perhatian serius saat ini. Sebab dengan usia belia yang harusnya bersih dari tekanan-tekanan sosial tak seperti orang dewasa nyatanya juga menjadi ancaman.
Makin banyaknya kasus seperti ini menunjukkan ada kesalahan dalam tata kehidupan, baik dalam keluarga, Masyarakat maupun negara. Anak butuh pendampingan dan attachment yang kuat dengan orang tuanya agar permasalahan apapun yang anak hadapi mereka mudah terbuka dan cerita banyak hal ke orang tuanya. Kesalahan yang terjadi hari ini adalah anak-anak makin jauh secara emosional dengan orang tuanya dikarenakan orang tuanya sibuk bekerja, intensitas bertemu sangat kurang. Lantas bagaimana mungkin kedekatan itu mudah terjalin? Akibatnya anak memilih pendekatan lain agar tidak sendiri bisa bersama gadgetnya atau bahkan menjalin asmara di usia dini.
Di lingkungan tempat tinggal juga menjadi wadah anak untuk bersosialisasi namun kebanyakan hari ini anak-anak menjadi anti sosial dengan adanya sosial media. Harusnya menjadi wadah ia mengenal diri dan orang disekitarnya namun justru lingkungan tidak memberikan kontribusi apa-apa terhadap aspek sosial anak.
Tidak kalah penting dari kedua hal di atas bahwa negara juga harus memberikan perhatian serius terhadap fenomena ini. Pemerintah harus introspeksi atas tatanan sistem pendidikan hari ini, bagaimana harusnya output peserta didik tidak hanya matang secara aspek akademis saja namun psikis justru bermasalah.
Membentengi Anak dari Upaya Bunuh Diri
Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dan menjaga kekuatan mental anak melalui pendidkan anak yang berkualitas. Dalam sistem hari ini kesehatan mental masyarakat kian rapuh. Kondisi ini di perparah dengan miskinnya ruh kedekatan dengan Sang Khaliq sehingga masalah yang menghimpitnya dirasa buntu. Padahal Allah Ta’ala memberikan kehidupan sepaket dengan ujiannya. Allah SWT berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? (TQS. Al-Ankabut: 2).
Syariat Islam ditegakkan salah satu fungsinya adalah menjaga jiwa, harta, akal dan kehormatan. Bunuh diri dalam Islam terkategori dosa besar sebab kita telah mengkebiri hak Allah dalam mematikan manusia. “…janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (TQS. An-Nisa: 29).
.
Islam memberikan jalan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif terhadap kesehatan mental rakyatnya adalah dengan meningkatkan ketakwaan individu. Islam memiliki sistem pendidikan yang dibangun berbasis akidah Islam yang mampu melahirkan generasi hebat dalam berkatya dan kuat iman dan kuat mental.
Dimulai dengan peran keluarga dalam hal ini orang tua bertanggung jawab untuk mengokohkan pondasi akidah anaknya sehingga mereka sadar bahwa bunuh diri sama halnya mengambil hak Allah. Masyarakat pun berperan dalam hal ini yakni amar makruf nahi mungkar. Tak lebih penting dari itu adalah penerapan aturan yang mengikat warga negaranya. Negara akan menutup celah pemicu bunuh diri. Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Nurhayati, S.S.T.
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar