Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Lemahnya Daya Pikir Masyarakat dalam Sistem Kapitalisme


Topswara.com -- Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi meminta masyarakat tidak terhasut oleh hoax terkait bentrokan antardua kelompok massa yang terjadi di Bitung, Sulawesi Utara. Menurut Wali Kota Bitung Maurits Mantiri, kondisi Bitung sudah aman terkendali. "Kami mengimbau kepada seluruh warga bangsa agar menggunakan semua platform digital dengan bijak. Bersama mari wujudkan Indonesia yang damai dan bermartabat," ujar Budi (republika.com 28/11/23).

Kericuhan aksi damai bela Palestina oleh umat Islam di Bitung telah menelan satu korban jiwa dari pihak penggelar aksi damaiMenurut informasi, korban tewas lantaran sempat dikeroyok oleh massa ormas adat pasukan Manguni Makasiouw.
Video pengeroyokan peserta aksi yang diketahui bernama Anto itu pun beredar di media sosial X.

Video viral ini dibagikan oleh akun @MprAldo di platform media sosial X, menggambarkan momen bentrokan yang terjadi selama aksi tersebut.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Manado Yaser Bin Salim Bachmid mengharapkan aparat keamanan dan pemerintah menelusuri bentrokan yang terjadi di Bitung, Sulawesi Utara. Aparat juga diminta mengusut sampai tuntas kasus tersebut

Bentrokan massa terjadi karena tidak memahami bahwa akar masalah Palestina adalah penjajahan. Sudah seharusnya semua orang apalagi Muslim sepakat bahwa penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi ini.

Seharusnya negara mampu mencegah peristiwa ini melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkannya. Penerapan Islam seharusnya menjadi pilihan.

Islam memiliki sistem Pendidikan yang berkualitas yang mampu membangun kekuatan mental anak didik, baik pada level keluarga, masyarakat, dan negara. Negara menjauhkan lingkungan dari hal-hal negatif.

Sebagaimana diketahui, dalam sistem pendidikan sekuler sebagaimana saat ini, peran agama (Islam) dikerdilkan bahkan disingkirkan.

Karena itu di Indonesia yang berpenduduk mayoritas Muslim, sistem pendidikan bukan saja harus mengikutsertakan agama (Islam). Bahkan sudah seharusnya Islam menjadi dasar bagi sistem pendidikan sekaligus mewarnai seluruh kebijakan pendidikan di Tanah Air.

Dalam Islam, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses manusia menuju kesempurnaan sebagai hamba Allah SWT. Dalam Islam ada sosok Rasulullah Muhammad SAW. yang wajib menjadi panutan (role model) seluruh peserta didik.

Keberadaan sosok panutan (role model) inilah yang menjadi salah satu ciri pembeda pendidikan Islam dengan sistem pendidikan yang lain. Karena itu dalam sistem pendidikan Islam, akidah Islam harus menjadi dasar pemikirannya. 

Sebabnya, tujuan inti dari sistem pendidikan Islam adalah membangun generasi yang berkepribadian Islam, selain menguasai ilmu-ilmu kehidupan seperti matematika, sains, teknologi. Hasil belajar (output) pendidikan Islam akan menghasilkan peserta didik yang kokoh keimanannya dan mendalam pemikiran Islamnya (tafaqquh fiddin). 

Pengaruhnya (outcome) adalah keterikatan peserta didik dengan syariah Islam. Dampaknya (impact) adalah terciptanya masyarakat yang bertakwa, yang di dalamnya tegak amar makruf nahi mungkar dan tersebar luasnya dakwah Islam.

Pemikiran (fikrah) pendidikan Islam ini tidak bisa dilepaskan dari metodologi penerapan (tharîqah)-nya, yaitu sistem pemerintahan yang didasarkan pada akidah Islam. Karena itu dalam Islam, penguasa bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan pendidikan warganya. Sebabnya, pendidikan adalah salah satu di antara banyak perkara yang wajib diurus oleh negara.

Kecemerlangan Sistem Pendidikan Islam

Pada masa kejayaan Islam, pendidikan Islam mengalami kecemerlangan yang luar biasa. Ini ditandai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, majelis ilmu pengetahuan serta lahirnya ulama dan ilmuwan yang pakar dalam berbagai disiplin pengetahuan.

Pada masa kejayaan Islam lahir banyak ulama di bidang tsaqâfah Islam. Filosofi Islam, mazjul-mâddah bir-rûh, yang mengintegrasikan belajar dan kesadaran akan perintah Allah SWT menjadikan tsaqâfah Islam sebagai inspirasi, motivasi dan orientasi pengembangan matematika, sains, teknologi, dan rekayasa hingga melahirkan banyak ilmuwan dan teknolog founding father disiplin ilmu pengetahuan modern. 

Tsaqâfah Islam, ilmu pengetahuan yang kita pelajari, juga produk-produk industri yang kita nikmati saat ini tidak lain adalah sumbangan para ulama dan ilmuwan Muslim. Mereka adalah para perintisnya.

Kemajuan pendidikan pada masa keemasan peradaban Islam ini bahkan telah terbukti menjadi rujukan peradaban lainnya. Hal tersebut antara lain diungkapkan oleh Tim Wallace-Murphy (WM) yang menerbitkan buku berjudul “What Islam Did for Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006). Buku WM tersebut memaparkan fakta tentang transfer ilmu pengetahuan dari Dunia Islam (Khilafah) ke Dunia Barat pada Abad Pertengahan.

Disebutkan pula bahwa Barat telah berutang pada Islam dalam hal pendidikan dan sains. Utang tersebut tidak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun. 

Cendekiawan Barat, Montgomery Watt, menyatakan, ”Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.”

Alhasil, saatnya membuang sistem pendidikan sekuler, dan beralih ke sistem pendidikan Islam.

WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. 


Oleh: Dewi Sulastini
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar