Topswara.com -- Diceritakan oleh Hushain bin Mihshan r.a bahwa bibinya pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk suatu keperluan. Setelah urusannya selesai, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya:
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ ؟
“Apakah kamu mempunyai suami?”
ia menjawab, : نَعَمْ “Ya.”
Beliau bertanya lagi:
فَكَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟
“Bagaimanakah sikapmu terhadapnya?” ia menjawab,
مَا آلُوهُ إِلاَّ مَا أَعْجَزُ عَنْهُ
“Saya tidak pernah mengabaikannya, kecuali terhadap sesuatu yang memang aku tidak sanggup.” Beliau bersabda:
فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
Perhatikanlah posisimu terhadapnya. Sesungguhnya yang menentukan surga dan nerakamu terdapat pada (sikapmu terhadap) suamimu.” (HR. Ahmad).
Rasulullah juga bersabda:
أُرِيْتُ النَّارَ، فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ، وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئاً، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Diperlihatkan neraka kepadaku dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita, mereka kufur.” Para Shahabat bertanya: “Apakah disebabkan kufurnya mereka kepada Allah?” Rasul menjawab: “(Tidak), mereka kufur kepada suaminya dan mereka kufur kepada kebaikan. Seandainya seorang suami dari kalian berbuat kebaikan kepada isterinya selama setahun, kemudian isterinya melihat sesuatu yang jelek pada diri suaminya, maka dia mengatakan, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan pada dirimu sekalipun.” (HR. al Bukhary dan Muslim).
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar. Kerana, aku melihat kaum wanitalah yang lebih ramai menjadi penghuni Neraka. Seorang wanita yang cukup pintar di antara mereka bertanya: Wahai Rasulullah, kenapa kami kaum wanita yang lebih banyak menjadi penghuni Neraka? Rasulullah SAW bersabda: Kamu banyak mengutuk dan mengingkari suami…. (HR. al Bukhari, Muslim, Ahmad, an Nasa’i dan Ibnu Majah).
Kewajiban Isteri Kepada Suaminya
Dalam Syarah ‘Uqûdul Lujain, disebutkan beberapa kewajiban istri kepada suaminya, dan ini juga merupakan hak suami atas istrinya:
)الفَصْلُ الثَّانِيْ: فِيْ) بيان (حُقُوْقِ الزَّوْجِ) الواجبة (عَلَى الزَّوْجَةِ)
Fasal kedua: tentang penjelasan hak-hak suami yang wajib atas seorang isteri, yaitu
طاعة الزوج في غير معصية،
Pertama, taat kepada suami dalam hal yang bukan maksiyat.
وحسن المعاشرة،
Kedua, bergaul dengan suami secara baik.
وتسليم نفسه
Ketiga, menyerahkan diri sepenuhnya kepada suaminya.
وملازمة البيت،
Keempat, menetapi rumah.
وصيانة نفسها من أن توطئ فراشه غيره،
Kelima, menjaga dirinya dari orang lain di tempat tidur suaminya.
Keenam, menjaga dirinya dari orang lain di tempat tidur suaminya.
والإحتجاب عن رؤية أجنبي لشيء من بدنها ولو وجهها وكفيها،
Ketujuh, menutup badannya dari pandangan laki-laki lain walaupun dari wajah dan telapak tangannya.
إذ النظر إليهما حرام ولو مع انتفاء الشهوة والفتنة،
Karena memandang kepada keduanya adalah haram, walaupun tanpa adanya syahwat dan fitnsuami
(ada ikhtilaf dalam hal ini, pendapat Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Muhammad rahimahumuLlahu Ta’ala, wajah tidak wajib ditutup, menutup wajah itu khusus untuk istri Nabi SAW).[1]
وترك مطالبتها له بما فوق الحاجة ولو علمتْ قدرتَه عليه،
Kedelapan, tidak menuntut suami sesuatu diluar keperluan, walaupun dia (istri) mengetahui suaminya mampu untuk hal itu.
وتعففها عن تناول ما يكسبه من المال الحرام،
Kesembilan, menjaga diri dari harta haram yang dihasilkan suami.
كذبها على حيضها وجودا وانقطاعا.
Kesepuluh, tidak membohongi suami atas perkara haidhnya, baik sedang dalam masa haidh atau sudah berhenti.
Wanita Adalah Penanggung Jawab Urusan Rumah dan Anak
وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah suaminya dan akan diminta pertanggung jawaban atas urusan rumah tersebut.” (HR. al Bukhary)
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ
“Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya.” (HR. al Bukhary)
Istri Punya Hak Sebanding dengan Kewajibannya
Islam telah menjelaskan apa yang menjadi hak istri atas suaminya dan hak suami atas istrinya. Ibnu ‘Abbas pernah berkata:
إني لأتزين لامرأتي كما تتزين لي وأحب أن أستنظف كل حقي الذي لي عليها فتستوجب حقها الذي لها عليَّ، لأن الله تعالى قال: {وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ} أي زينة من غير مأثم”
Sungguh, aku suka berhias untuk istriku, sebagaimana ia berhias untukku. Aku pun suka meminta agar ia memenuhi hakku yang wajib ia tunaikan untukku, sehingga aku pun memenuhi haknya yang wajib aku tunaikan untuknya. Sebab, Allah SWT. telah berfirman:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. (QS al-Baqarah [2]: 228) (haknyay aitu perhiasan, yang tidak tergolong perbuatan dosa).”
Ibn ‘Abbas juga bertutur:
من حسن الصحبة والعشرة مثل الذي عليهن من الطاعة فيما أوجبه عليهن لأزواجهن
Para istri berhak untuk merasakan suasana persahabatan dan pergaulan yang baik dari suami mereka, sebagaimana mereka pun berkewajiban untuk melakukan ketaatan dalam hal yang memang diwajibkan atas mereka terhadap suami mereka.
Jika kedua belah pihak masing-masing memperhatikan kewajibannya maka rumah tangga yang penuh kedamaian akan betul-betul terwujud, insya Allah. Namun yang perlu disadari, masalah itu akan senantiasa ada, masalah yang membutuhkan kesabaran. Allâhu A’lam.
Oleh: Ustaz M. Taufik NT
Pengasuh MT Darul Hikmah Banjarbaru
0 Komentar