Topswara.com -- Sebelumnya telah terjadi berulang-ulang kasus kecelakaan terutama ledakan saat jam kerja berlangsung, dan semua kecelakaan itu mengakibatkan adanya korban jiwa, juga luka-luka. Namun yang terjadi saat ini adalah ledakan paling besar dengan korban yang lebih banyak dari kejadian-kejadian sebelumnya.
Di lansir dari Bisnis.Tempo.co (24/12/2023). Anggota Komisi VII DPR Mulyanto meminta pemerintah menghentikan semua operasional perusahaan smelter nikel asal Cina di Indonesia. Ini di sebabkan terjadinya ledakan di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) pada Minggu 24 Desember 2023, yang mengakibatkan 51 korban, 12 orang meninggal dunia, dan 39 orang luka berat dan ringan.
Beberapa waktu sebelumnya juga terjadi Kecelakaan di smelter di PT GNI yang mengakibatkan 2 orang meninggal dunia.
"Pemerintah perlu meninjau semua smelter secara ketat, jangan sampai karena ada pertimbangan politik, pemerintah abai terhadap keamanan dan keselamatan pekerja diperusahaan - perusahaan itu". ujar Mulyanto.
"Barang-barang yang di gunakan saat operasional juga harus di cek, sebab sebagian besar alat-alat kerja di smelter milik Cina juga diimpor dari Cina, jangan sampai barang dan suku cadang yang di pakai tidak memenuhi syarat yang telah di tentukan. Kejadian ini juga harus benar-benar di tindak agar diketahui penyebab terjadinya kecelakaan, karena kelalaian manusia atau kendala pabrik, sehingga nantinya pemerintah bisa mengevaluasi semua kesepakatan kerjasama dengan negara Cina". lanjut Mulyanto
Akibat Penerapan Sistem Kejam Kapitalis
Kejadian kali ini makin menampakkan wajah dibalik topeng busuk sistem kapitalis, yang hanya mementingkan keuntungan tanpa memperdulikan keselamatan pekerja. Tujuan mereka hanya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, tidak perduli apakah pekerjanya sudah sejahtera atau malah sengsara.
Perusahaan juga acuh jika terjadi kecelakaan, sekalipun menimbulkan korban jiwa, karena hampir tak ada sanksi tegas dari negara dalam menindak kasus kecelakaan sehingga para pemilik modal akan merasa aman walaupun insiden itu telah terjadi berulang-ulang. Sebab di sistem kapitalis kekuasaan berada di tangan pemilik modal, para investor atau pemilik modal bebas melakukan apa saja, asal punya dana.
Dalam sistem ini sumber daya alam juga bisa di miliki oleh individu atau perusahaan, bahkan yang berasal dari negara luar seperti Cina. Berbeda sekali dengan sistem Islam yang melarang sumber daya alam dikelola individu tetapi harus dikelola sendiri oleh negara.
Namun yang terjadi saat ini justru penguasa yang sibuk memperkaya diri bahkan rela menjual aset dan negaranya demi pundi-pundi rupiah, tak perduli rakyatnya susah yang penting pendapatannya melimpah.
Negara Islam Mengatur Perekonomian
Dalam negara Islam tentu yang diterapkan adalah hukum Islam secara kaffah. Negara tidak akan membiarkan rakyatnya kesusahan, memberikan lapangan kerja untuk masyarakat yang membutuhkan, bukan malah mendahulukan TKA sebagai karyawan.
Negara juga mengelola seluruh sumber daya alam, mengambil biaya operasional dan biaya produksi saja, kelebihan keuntungan diberikan kepada baitul maal untuk dibagikan kepada masyarakat.
Negara juga menjaga agar tidak ada masyarakat yang merasa dirugikan selama proses pengerjaan berlangsung, tidak seperti yang terjadi saat ini dimana asap dan limbah sisa dibuang sembarangan hingga menyebabkan penyakit pada warga sekitar.
Negara Islam juga menjaga setiap nyawa manusia, setiap pekerja diberikan perlindungan keamanan yang terbaik, dan pabrik menggunakan alat-alat yang sudah teruji atau terbukti aman, serta jam kerja yang manusiawi. Negara Islam juga akan memberikan sanksi tegas terhadap setiap perusahaan yang lalai dan abai akan keselamatan karyawannya.
Khatimah
Demikianlah dalam negara Islam, sumber daya alam dilarang untuk dikelola pribadi maupun swasta, sebab hanya akan merugikan masyarakat dan menguntungkan penguasa. Sebaliknya dalam islam rakyat lah yang mendapat keuntungan dan juga jaminan keamanan dan keselamatan saat bekerja sehingga mengurangi resiko adanya korban dan lebih mensejahterakan.
Wallahu A'lam Biss-shawab.
Audina Putri
Aktivis Muslimah
0 Komentar