Topswara.com -- Menko Marves Ad Interim Erick Thohir dalam sambutannya di Expo City Dubai, UEA, Kamis 30/11/2023 memamerkan aksi nyata Indonesia dalam mengatasi masalah iklim, salah satunya tentang kebakaran hutan di Indonesia yang saat ini sudah berkurang secara signifikan sebesar 82 persen dari 1,6 juta hectare pada 2019 menjadi 296 Hectare di 2020, namun pada tahun 2021 kebakaran hutan kembali meningkat. (cnnindonesia.co/1/2023)
Pemerintah Indonesia tidak main-main dengan segala hal yang akan mengancam hutan seperti perubahan iklim, illegal logging, kebakaran hutan, dan deforestasi. Berbagai upaya telah dilakukan secara maksimal untuk menjaga kelestarian hutan. Namun Indonesia sadar bahwa tidak bisa sendirian dalam menjaga keseimbangan alam karena sejatinya kegagalan satu bangsa karena tak ada bedanya dengan kegagalan dunia. (RM.id/30/2023)
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar memaparkan tentang upaya Indonesia dalam menekan kebakaran hutan dan lahan dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 (COP28) di Expo City, Dubai, Uni Emirat Arab, Kamis/11/2013. (CNBCIndonesia 30/11/2023)
Dalam pertemuan COP28 yang dijadikan sebagai ajang untuk memamerkan bahwa tahun 2020 kebakaran hutan dan lahan (karhutlah) di Indonesia sudah berkurang secara signifikan sepertinya hanyalah pencitraan belaka karena keberhasilan itu terbukti belum benar-benar bisa memberantas tuntas masalah tersebut karena faktanya pada tahun 2021 masalah Karhutlah kembali naik.
Meski karhutla tidak picu kabut asap lintas batas, namun rakyat Indonesia tetap merasakan dampak buruknya, karena kebakaran hutan juga bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor. Akibatnya tidak sedikit masyarakat yang mengalami kerugian baik berupa harta benda, mata pencaharian bahkan juga nyawa.
Semua akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme dimana negara telah menyerahkan sumber daya alam termasuk hutan untuk dikelola bahkan dikuasai oleh asing maupun aseng sehingga meniscayakan terjadinya eksploitasi. Inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya karhutlah di Indonesia. Pengelolahan hutan tidak lagi memperhatikan aspek keamanan.
Inilah watak buruk sistem kapitalisme. Tolak ukur perbuatan manusia adalah maslahat dan manfaat. Sehingga wajar jika masalah karhutlah tidak akan pernah selesai bahkan rakyat tetap dalam derita karena terjadi berulang. Bila musim panas terjadi kebakaran dan bila musim hujan terjadi kebanjiran. Sungguh miris, melakukan pencitraan di negara lain tetapi melupakan dampak yang menimpa rakyatnya sendiri.
Solusi tuntas masalah karhutlah adalah membuang akar masalahnya yaitu penerapan sistem kapitalisme dan menggantinya dengan Islam. Negara Islam atau khilafah akan menjaga dan melindungi rakyat dengan semaksimal mungkin. Semua persoalan diselesaikan dari akar masalah bukan hanya sekedar pencitraan semata tetapi tindakan nyata.
Di dalam Islam hutan termasuk kepemilikan umum, Rasulullah SAW bersabda “Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, air dan api” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Islam melarang dengan tegas setiap kepemilikan umum yang diserahkan kepada individu maupun asing sehingga masalah karhutlah dapat dicegah.
Pengelolaan hutan sepenuhnya dilakukan oleh khilafah atau negara dan hasilnya dikembalikan untuk kesejahteraan rakyatnya. Khilafah juga akan membangun kesadaran masyarakat dalam melestarikan dan memanfaatkan hutan demi kemaslahatan bersama. Jika negara masih menemukan pelaku Karhutlah maka khilafah akan segera memberikan sanksi yang tegas.
Inilah yang dilakukan negara Islam atau khilafah karena penjagaan sempurna hanya dapat terwujud dengan penerapan Islam kafah dan tegaknya khilafah. Islam bukan hanya sekedar agama tetapi juga peraturan yang terbukti mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Mairawati
Aktivis Muslimah
0 Komentar