Topswara.com -- Dalam dunia sosial media (sosmed) saat ini arus informasi dan komunikasi sangat-sangat cepat dan global. Enggak terbayang 20 tahun lalu bahwa kita bisa 24 jam berkomunikasi langsung dengan semua manusia di seluruh pelosok bumi.
Saat ini siapapun bisa menjadi sumber informasi sesuai kemauannya. Meskipun itu hoax. Siapapun bisa memberikan komentar kepada siapapun sesuka hatinya meskipun tidak beradab.
Termasuk yang mengemuka saat ini adalah betapa mudahnya kita saling buruk sangka dan mengumbar kesalahan orang lain di sosmed. Setiap liat postingan orang lain langsung disambar dengan komentar sesuka hati.
Tidak peduli benar atau salah. Tidak peduli ituenyakiti hari orang lain atau tidak. Tidak peduli komen kita itu benar atau tidak. Bahkan tidak peduli apakah itu membongkar aib orang lain atau tidak. Betul betul kacau balau bukan?
Padahal Islam telah memberikan panduan yang detil tentang masalah ini. Hukumnya haram berburuk sangka. Dan haram juga melakukan tajasus yakni memata matai kehidupan orang lain untuk mencari-cari kesalahan mereka.
Allah Ta’ala berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain” [Al-Hujurat/49 : 12].
Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka, karena sebagian tindakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berbuat tajassus. Tajassus ialah mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kejelekan-kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadis no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563).
Amirul Mukminin Umar bin Khathab berkata, “Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik”
Ibnu Katsir menyebutkan perkataan Umar di atas ketika menafsirkan sebuah ayat dalam surat Al-Hujurat.
Bakar bin Abdullah Al-Muzani yang biografinya bisa kita dapatkan dalam kitab Tahdzib At-Tahdzib berkata : “Hati-hatilah kalian terhadap perkataan yang sekalipun benar kalian tidak diberi pahala, namun apabila kalian salah kalian berdosa. Perkataan tersebut adalah berprasangka buruk terhadap saudaramu”.
Oleh karena itulah tidak semestinya kita mencari cari kesalahan sesama Muslim. Apalagi kesalahan sesama pengemban dakwah. Seolah-olah kita menunggu di beranda dia sambil diam menunggu kapan yah dia buat blunder lagi.
Begitu muncul blunder yang kita tunggu tunggu maka langsung hap, blunder ditangkap dengan berbagai komentar yang bikin bergidik. Jika hal ini benar benar terjadi alangkah mengerikan bukan?
Mestinya jika ada kesalahan atau blunder kawan maka kita langsung japri mengingatkan, menegur dan mengoreksi dia. Jika diterima Alhamdulillah kalau enggak mungkin memang perlu dikoreksi di beranda dia tetapi dengan bahasa yang tepat. Agar tujuan kita mengoreksi kesalahan orang lain tercapai. Dan netizen juga bisa tercerahkan.
Apalagi kalau yang terjadi adalah beda pendapat. Bukan sesuatu yang difiksasi oleh Tuan Guru. Maka kita harus lebih lagi dalam sopan santun kepada kawan lainnya.
Disebutkan dalam kitab Al-Hilyah karya Abu Nu’aim (II/285) bahwa Abu Qilabah Abdullah bin Yazid Al-Jurmi berkata : “Apabila ada berita tentang tindakan saudaramu yang tidak kamu sukai, maka berusaha keraslah mancarikan alasan untuknya. Apabila kamu tidak mendapatkan alasan untuknya, maka katakanlah kepada dirimu sendiri, “Saya kira saudaraku itu mempunyai alasan yang tepat sehingga melakukan perbuatan tersebut”.
Sufyan bin Husain berkata, “Aku pernah menyebutkan kejelekan seseorang di hadapan Iyas bin Mu’awiyyah. Beliaupun memandangi wajahku seraya berkata, “Apakah kamu pernah ikut memerangi bangsa Romawi?” Aku menjawab, “Tidak”. Beliau bertanya lagi, “Kalau memerangi bangsa Sind[2], Hind (India) atau Turki?” Aku juga menjawab, “Tidak”. Beliau berkata, “Apakah layak, bangsa Romawi, Sind, Hind dan Turki selamat dari kejelekanmu sementara saudaramu yang muslim tidak selamat dari kejelekanmu?” Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulangi lagi berbuat seperti itu”(Bidayah wa Nihayah karya Ibnu Katsir (XIII/121).
Ayok sobat kita saling dukung dan saling kuatkan dakwah di sosmed. Dengan berupaya serius menahan diri dari berburuk sangka. Apalagi mencari cari kesalahan orang lain. Kalaupun benar ada kawan yang berbuat salah maka tugas kita melakukan koreksi secara pribadi.
Jika memang tidak mempan baru kita koreksi juga disosmed untuk menyelamatkan netizen dari kesalahan. Hanya saja harus dengan bahasa yang pas baik dari sisi isinya maupun rasanya. Wallahu a'lam.[]
Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar