Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Gawat! Indonesia Darurat Judi Online, Generasi Korban Sistem Kapitalisme


Topswara.com -- Seiring perkembangan zaman, teknologi semakin berkembang pesat. Banyak informasi dan kemudahan yang berdampak pada penggunanya. Sehingga, berlama-lama memandangi layar hp pun menjadi alasan membuang kepenatan dan media belajar. 

Karena kecanggihan teknologi berbagai fitur-fitur online yang merupakan hasil dari karya anak bangsa. Namun, tak semua fitur yang dihasilkan berdampak positif bagi pengguna. Seperti slot judi online. 

Slot judi online adalah sebuah mesin slot, dikenal juga dengan variasi mesin buah, puggy, the slots, mesin poker/pokies, fruities, slots atau gacor adalah sebuah mesin perjudian yang menciptakan sebuah permainan peluang untuk konsumennya (Wikipedia.com).

Slot judi online kini tak hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi sudah menjerak anak-anak SD kelas 5 dan 6. Sebagaimana data Laporan BBC Indonesia menyebutkan laporan terbaru PPATK menemukan 2,7 juta orang Indonesia terlibat judi online sebanyak 2,1 juta di antaranya adalah ibu rumah tangga dan pelajar dengan penghasilan di bawah Rp100.000. Pelajar yang disebut adalah anak-anak dengan jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA dan mahasiswa (Edukasi.okezone.com 28/11).

Kasus ini membuktikan bahwa Indonesia darurat kasus judi online, terlebih lagi ini terjadi pada generasi muda. Dimana seharusnya menjadi generasi emas yang akan membangun Indonesia, tetapi malah rusak oleh kecanggihan teknologi. 

Hal ini mestinya menjadi perhatian penting bagi orang tua, masyarakat, dan tentu sebuah negara. Mengapa demikian? Sebab, penggunaan judi online pada anak-anak memiliki dampak yang besar terhadap pertumbuhan mereka. 

Seperti yang disebutkan dalam, Edukasi.okezone.com terdapat 4 dampak negatif penggunaan slot judi online pada anak. Pertama, gangguan kesehatan fisik. Kedua, gangguan kesehatan mental. Ketiga, gangguan pendidikan. Keempat, gangguan sosial.

Dampak tersebut merupakan dampak secara umum yang ditimbulkan. Dengan adanya dampak tersebut akan merambah pada masalah-masalah lain yang akhirnya menjadi problem besar suatu negara. 

Dengan keadaan seperti ini mestinya negara melakukan evaluasi terhadap permasalahan yang terjadi. Selain itu, penting untuk menemukan akar masalahnya serta mencari solusi yang tepat. 

Seyogyanya, orang tua sebagai orang terdekat anak memberikan perhatian setiap aktivitas yang mereka lakukan. Namun, karena kesibukan orang tua pada pekerjaannya akhirnya anak pun dibiarkan bebas beraktivitas. 

Selain itu, pendidikan agama dalam keluarga yang belum cukup sehingga ketakutan akan perilaku yang dilarang oleh Allah SWT. Tidak dihiraukan. Disamping itu, peran masyarakat juga penting dalam pertumbuhan karakter anak. Sehingga, ketika lingkungan mereka yang jauh dari aturan dan toxic, maka berpengaruh terhadap mereka. 

Terakhir, adalah peran negara sebagai penguasa dalam mengontrol dan meriayah setiap aktivitas masyarakatnya melalui aturan yang diberikan. Sehingga, jika aturan yang diberikan berasal dari aturan manusia tetap saja akan menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. 

Inilah buah dari sistem kapitalisme yang hanya berfokus pada penanganan bukan pencegahan masalah. Alhasil, ketika masalah satu terselesaikan bukannya hilang selamanya, tetapi malah menambah masalah baru. Seperti kasus judi online diatas. Awalnya menjerat kaum dewasa, kini malah menjerat generasi muda. Miris!

Namun, berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan. Islam akan senantiasa memberikan kesejahteraan rakyatnya agar tidak ada permasalahan yang terjadi. Terlebih lagi menyangkut masa depan generasi muda sebagai pejuang. 

Islam akan memastikan setiap aspek seperti pendidikan yang diberikan berkualitas tinggi, kesehatan yang memadai dengan fasilitas lengkap, dan ekonomi yang mencukupi. Sehingga, setiap permasalahan yang terjadi di sistem kapitalisme tidak akan terjadi di sistem Islam. Sebab, penguasa adalah pemimpin dan pengurus yang bertanggung jawab atas rakyatnya.


Oleh: Waviza
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar