Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dakwah Itu Bukan Lari Estafet


Topswara.com -- Dakwah itu, pangkalnya jauh ujungnya belum tiba. Jika kita tengok ke belakang sudah tidak kelihatan tempat kita berangkat. Sementara melihat ke depan ujungnya pun belum terbayang. Seolah sudah jauh melangkah namun tujuan belum tercapai. 

Bagi para senior, atau orang yang sudah memulai dakwah sejak awal mungkin akan terpengaruh oleh rasa ini. Rasa seolah sudah lama. Seolah sudah cukup amal dakwah. Sehingga muncul ilusi bahwa dirinya tidak lagi terlalu perlu pahala dakwah. Hingga akhirnya merasa sudah waktunya melimpahkan tugas dakwah kepada yunior. Seolah sudah pantas untuk berleha-leha menikmati masa tua. 

Andai ada sikap seperti ini, maka akan berbahaya dari dua aspek:

Pertama, bagi diri sendiri. 

Sikap seolah sudah cukup berjuang all out untuk dakwah sehingga pantas mengurangi aktivitas dakwah dan melimpahkan kepada yang lebih muda merupakan sikap yang sembrono. 

Sikap ini merupakan tipuan setan. Karena, amal dakwah yang sudah dilakukan belum tentu diterima oleh Allah. Kalaupun diterima belum tentu cukup untuk menutupi dosa-dosa. 

Lagipula, hamba Allah itu makin tua waktu makin sempit. Mestinya makin semangat dan serius dakwah. Ibarat pelari sprint kalo makin dekat garis finish maka akan makin pol polan berlari. Bukan malah melambat. Maka mestinya aktivis dakwah makin tua harus makin semangat. Makin berusaha pol polan dalam berkorban untuk dakwah. 

Kedua, bagi jama'ah. 

Keberadaan para senior dalam dakwah ibarat mercusuar bagi kapal kapal yang berlayar. Mercusuar lah yang menjadi penanda kemana kapal harus diarahkan agar selamat sampai tujuan. 

Para senior dakwah menjadi rujukan dan teladan. Rujukan dalam ilmu. Rujukan dalam menyelesaikan problem dakwah juga problem pribadi. Dan teladan bagi keikhlasan, kesungguhan, pengorbanan dan kesetiaan pada perjuangan. Bahkan akhirnya keberadaan para senior menjadi jaminan rasa aman dan qonaah bagi para penerus. 

Jika para senior ini melemah dan tidak muncul lagi maka pengaruh buruknya tidak hanya fisik namun juga bisa melemahkan ruh perjuangan. Ibarat mercusuar yang lampu nya melemah dan menggelao maka akan berakibat kapal kehilangan arah dan akhirnya bisa celaka. 

Maka dakwah itu bukan seperti lari estafet. Lari sekencang kencangnya menuju pelari berikutnya untuk menyerahkan tongkat kemudian istirahat. 

Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab Ayat 23 

مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا 

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)"

Wahai kawan, keberadaanmu di medan juang bagaikan mercusuar. Meskipun secara fisik sudah banyak keterbatasan sekalipun, namun selama lampu semangat berkorban mu masih kuat menyala maka kapal-kapal akan tetap bisa berlayar dengan aman. So, tetaplah di tempat mu jangan bergeser hingga Allah panggil pulang. Walaahu a'lam.[]


Oleh: Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar