Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Two State Solution Berarti Mengakui Eksistensi Entitas Yahudi


Topswara.com -- Solusi Berdamai dengan Penjajah Yahudi, Kenapa Wajib ditolak?

Solusi dua negara berarti mengakui eksistensi Penjajah Yahudi Israel dan Negara Palestina yang pada akhirnya memunculkan dua persoalan: 

Pertama, jika mengakui eksistensi penjajah Israel berarti telah mengakui seluruh kekejaman dan seluruh penguasaan wilayah Palestina oleh Israel. Seperti kita punya rumah yang dirampok, kemudian kita berdamai dan membiarkan perampok itu di rumah kita, itu berarti kita telah mengakui adanya perampokan dan membiarkan perampoknya masih melakukan kekejaman di rumah kita. 

Kedua, Palestina tidak betul-betul menjadi sebuah negara, hanya dijadikan negara invalid (yang tidak berlaku). Ketika Palestina tidak boleh punya angkatan bersenjata dan segala perlengkapannya termasuk tidak boleh punya pesawat tempur, kemudian apakah itu layak disebut sebagai sebuah negara.

Jika kita datang ke Masjidil Al-Aqsha mesti pakai visanya Israel, bukan visanya Palestina. Apakah itu yang disebut sebuah negara?. Secara retorik “two state solution” (solusi dua negara) nampak indah, tetapi bahwa Israel sebenarnya yang sedang di negarakan atau seolah-olah dijadikan sebagai negara. Padahal sebenarnya dia bukanlah sebuah negara yang sah, karena pembatas-pembatas wilayahnya pun adalah buatan zionis Israel sepihak dan para pendukungnya

Jihad, Satu-satunya Jawaban Bebaskan Palestina

Apakah Palestina terletak sangat jauh dari negeri-negeri kaum muslimin sehingga negara-negara tetangganya tidak bisa membantu karena terkendala jarak? Ternyata tidak, jika kita melihat peta Palestina yang diperbesar, beserta negara-negara tetangga di sekitarnya. Di sana ada Lebanon, Suriah, Yordan, dan juga Mesir. 

Namun ironisnya, negara-negara ini seakan mandul tidak berdaya. Mereka tidak tegas untuk maju berjihad berhadapan dengan Zionis Yahudi demi membantu saudara sesama Muslim di Gaza, Palestina.

Padahal, Yahudi yang hanya sebuah entitas kecil hanya memiliki Pasukan Pertahanan Yahudi (IDF) berjumlah 169.500 orang, 1.300 tank. Mengapa kaum muslimin diam dan takut? Lalu, apa kabarnya militer Mesir? 

Mereka punya 450.000 personel militer aktif, kendaraan tank perang sejumlah 2,16 ribu, dan kendaraan perang sebanyak 5,7 ribu. Ini jauh lebih banyak dan lebih kuat dari tentara Yahudi. Akan tetapi, mereka bungkam di kandang, tidak ada yang dikirim ke Palestina. Sebenarnya, mereka sibuk menjaga kandang atau takut berperang?

Apalagi kalau ditambah personil militer terdekat dari Lebanon, Suriah, Yordan. Tentara-tentara dari Mesir, Lebanon, Suriah, dan Yordan tidak perlu memakai pesawat atau kapal laut jika ingin ke Palestin, karena memang tidak ada lautan yang memisahkan wilayah mereka.

Akan tetapi, negeri muslim sekitar hanya diam, bahkan dunia juga diam. Mereka diam dari mengirim bantuan militer untuk membebaskan Palestina, membiarkan Palestina dikelilingi tembok setinggi 23 meter layaknya penjara terbuka paling besar di dunia. Walau punya 7 pintu keluar, tetapi untuk membuka pintu perbatasan Rafah yang langsung ke Mesir juga tak mampu.

Klaim Yahudi sebagai penduduk asli tanah Palestina dan pemilik tanah yang dijanjikan Tuhan juga dusta besar karangan Theodor Herzl. Hakikatnya, mereka adalah agresor keji. Tidak ada satu pun ayat dalam kitab suci terdahulu, apalagi dalam Al-Qur'an yang menyatakan bahwa Palestina sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.

Jihadlah satu-satunya jalan untuk mengakhiri derita Palestina dan menghukum zionis Yahudi sampai ke akar-akarnya. Ada tiga alasan jihad menjadi satu-satunya solusi bagi Palestina. 

Pertama, mustahil mengakhiri penjajahan Yahudi lewat jalur diplomasi. Berbagai perundingan yang dilakukan oleh negara-negara Barat, termasuk PBB tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi Palestina. Malah wilayah Palestina makin terus dicaplok, sedangkan dunia justru diam. Sejak pertama kali perjanjian damai dilakukan, sampai hari ini sudah ada 30 perjanjian damai dengan para Zionis Yahudi, tapi tak ada satu pun yang dilaksanakan.

Kedua, Islam mengharamkan berdamai dengan entitas seperti Yahudi yang memerangi kaum muslimin, apa pun bentuk perdamaiannya, seperti solusi 2 negara yang ditawarkan Barat. 

Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an surah al-Mumtahanah ayat 60 yang artinya, “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama, mengusir kalian dari negeri kalian, dan membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Siapa saja yang menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah kaum yang zalim

Ketiga, syariat Islam telah mewajibkan jihad fii sabilillah atas kaum muslimin ketika mereka diperangi musuh. 

Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadap kalian (TQS al-Baqarah [2]: 194).

Begitu juga dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 191 yang artinya, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” 

Keberadaan khilafah sebagai negara menjadi penting untuk segera melaksanakan jihad fii sabilillah dan untuk melindungi tanah Palestina yang Allah berkahi. Khilafah pun akan mengusir kaum kafir penjajah dari dunia Islam. Sebab, khilafah adalah perisai yang akan melindungi harta, darah, dan jiwa umat agar tidak tumpah sia-sia.

Dahulu, Kekhalifahan Umar bin Al-Khaththab r.a. menandatangani Perjanjian Umariyah bersama Uskup Yerusalem Sofronius. Salah satu klausulnya tidak mengizinkan seorang Yahudi pun tinggal di tanah Palestina.

Pada masa Rasulullah SAW., kaum Yahudi yang tinggal di Madinah juga terusir setelah melakukan pengkhianatan terhadap negara Islam dan kaum muslimin. Yahudi Bani Qainuqa diperangi dan diusir oleh Rasulullah saw. karena telah melecehkan kehormatan seorang muslimah dan membunuh seorang laki-laki pedagang muslim yang membela muslimah tersebut. Tidak hanya itu, Yahudi Bani Quraizhah pun diperangi oleh kaum muslimin setelah bersekongkol dengan kaum musyrik Quraisy untuk membunuh Nabi saw. pada Perang Ahzab.

Khilafah pula yang melindungi Palestina dari tipu daya gembong Yahudi Theodor Herzl. Herzl mencoba menyogok Khalifah Sultan Abdul Hamid II dengan uang yang sangat banyak dan berjanji akan melunasi utang-utang Khilafah Utsmaniyah. Namun, Sultan Abdul Hamid II amat menolak tawaran tersebut, karena Palestina milik seluruh kaum muslimin yang diperjuangkan dengan darah para syuhada. 

Keberadaan khilafah Islamiah adalah vital dan wajib bagi kaum muslimin karena ia akan menjadi pelindung umat. Sudah saatnya umat Islam mendukung dan bergabung dalam barisan perjuangan penegakan syariah dan khilafah, yang akan melaksanakan jihad untuk membebaskan Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya. 
Wallahu A' lam.


Imanda Amalia, S.K.M.,M.P.H.
Founder Rumah Syariah Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar