Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tak Cukup Boikot Produk, Tetapi Boikot Sistem Pemikiran


Topswara.com -- Duka pilu masih terus menimpa Palestina. Sejak 07 Oktober lalu, berarti sudah sebulan Yahudi laknatullah terus membombardir Palestina. Hingga kini korban terus meningkat. Dan banyak yang menjadi korban adalah bayi, anak-anak dan para wanita. 

Berdasarkan data dari databoks.katadata.co.id selama periode 7 Oktober-6 November 2023, lebih dari 10.000 warga Palestina meninggal, terbanyak berada di Jalur Gaza yakni 10.022 orang, kemudian korban jiwa di Tepi Barat 147 orang (databoks.katadata.co.id/07/11/2023).

Melihat makin brutalnya aksi zionis Yahudi melakukan penyerangan kepada warga Palestina, hingga disinyalir mereka sengaja melakukan itu untuk menghabisi etnis Palestina. Zionis Yahudi berupaya untuk melakukan genosida terhadap masyarakat Palestina. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh utusan Palestina di PBB Riyad Mansour, ia menyebutkan dan menggambarkan bahwa pengeboman dan janji Israel memberlakukan pengepungan penuh di Jalur Gaza "tidak kurang dari genosida." (republika.co.id/11/10/2023)

Melihat hal ini, hampir seluruh dunia mengecam tindakan keji yang dilakukan oleh zionis ini. Masyarakat hampir secara keseluruhan menunjukkan solidaritasnya aterhadap Palestina sebagai bentuk dukungan untuk mereka. 

Semboyan-semboyan seperti We stand For Palestine, melakukan aksi penggalangan dana untuk membantu rakyat palestina, istighosah dan doa bersama hingga yang akhir-akhir ini diserukan adalah boikot produk-produk Yahudi sebagai bentuk protes kepada penjajah karena sebagian besar hasil pembelian produk diduga kuat untuk membiayai perang menghancurkan masyarakat muslim Palestina. 

Seruan boikot semakin besar, Starbucks, McD, Unilever sebagai salah satu perusahaan besar yang banyak memproduksi barang-barang kebuthan harian dan barang kebutuhan rumah tangga mulai banyak ditinggalkan. 

Hal ini dilakukan masyarakat sebagai wujud solidaritas mereka, apalagi sebagai sesame kaum muslim. Pemakaian produk-produk yahudi itu dianggap sebagai bentuk dukungan maka harus diboikot. 

Tentu kita sangat terharu dengan upaya yang dilakukan oleh kaum muslim saat ini. Ini menunjukkan kepedulian yang begitu luar biasa dari mereka. Apalagi sebagai sesama kaum muslim yang Allah dan RasulNya menggambarkan bahwa mereka adalah bersaudara ketika diikat dengan ikatan aqidah yang sama yakni Islam. 

Allah SWT berfirman dalam QS.Al-hujurat: 10 
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara (QS.Alhujurat:10).

Umat muslim diseluruh belahan dunia hari ini begitu sakit dan pastinya sangat sedih melihat bagaimana kaum muslim Palestina dibantai habis-habisan, apalagi ynag menjadi korban kebanyakan adalah para balita dan anak-anak penulis saja tidak bisa membayangkan jika hal itu menimpa anak-anak kami. 

Sungguh perkara yang tidak bisa dianggap main-main karena kaum muslim seperti satu tubuh. Benarlah apa yang diungkapkan oleh Sabda Rasulullah SAW: 
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). ' (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka, kita saksikan hari ini bahwa aksi-aksi protes dan boikot produk yahudi yang dilakukan kaum muslim, khususnya umat muslim dinegeri Indonesia ini adalah sebagai wujud kepedulian dan rasa sayang sebagai saudara sesama muslim. Itu adalah cara yang mereka tunjukkan karena mereka peduli dengan saudaranya. 

Namun apakah sekedar boikot produk saja itu cukup untuk menghentikan penjajahan yang saat ini dilakukan oleh zionis yahudi terhadap Palestina? Penulis beranggapan bahwa itu tidak cukup. Umat Islam memiliki kekuatan yang lebih daripada hanya sekedar boikot produk untuk betul-betul bisa mengakhiri penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Yahudi hari ini.

Karena dalam Islam membeli atau tidak membeli suatu barang yang dihalalkan untuk diperjualbelikan, hukumnya mubah-mubah saja, apa pun alasannya. Sehingga dengan boikot sekalipun tidak akan mengubah hukum asal benda yang halal kemudian menjadi haram. 

Justru yang wajib untuk diboikot dari produk Yahudi saat ini adalah produk berupa pemikirannya seperti: ideologi kapitalisme dengan sistem kufur demokrasi dan sistem ekonomi liberalnya yang nyata-nyata bertentangan dengan ideologi Islam. 

Sehingga kita jangan hanya menyerukan memboikot produk Yahudi yang hanya barang, apalagi barang yang halal secara zatnya tapi kita justru merasa aman mengambil pemikiran rusak seperti ideologi kapitalisme dengan sistem kufur demokrasi dan sistem ekonomi liberalnya. Padahal ekspor yang paling berbahaya dari Yahudi itu adalah ekspor berupa pemikiran kufurnya.

Memang tidak ada larangan orang untuk memboikot. Hanya jangan sampai makanan minuman serta produk yang memang zatnya halal kita boikot, tapi produk berupa pemikiran dan ideologi seperti sekulerisme dengan kapitalismenya, dan sistem kufur demokrasi dengan nasionalismenya yang secara nyata merusak kaum muslim dan haram hukumnya untuk diadopsi, malah dipakai dan kaum muslim merasa enjoy dengannya dan tidak pernah diserukan untuk diboikot. 

Jadi silakan boikot produk Yahudi namun harus kita tingkatkan levelnya, bukan hanya berupa barangnya saja, tetapi yang lebih utama dan wajib hukumnya untuk diboikot adalah millah-millah (pemikiran dan ideologi) mereka seperti sekularisme dengan kapitalismenya, dan sistem kufur demokrasi dengan nasionalismenya. 

Sebab berbagai millah itulah yang telah banyak memalingkan kaum muslim dari risalah yang Rasulullah SAW bawa yakni syariat Islam yang kaffah. Allah SWT berfirman,

"𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘠𝘢𝘩𝘶𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘕𝘢𝘴𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘮𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩-𝘮𝘪𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘒𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯𝘭𝘢𝘩: '𝘚𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘵𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬 (𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳).' 𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘶𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘈𝘭𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘯𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘮𝘶.” (QS al-Baqarah: 120).

Allahu a'lam bish shawab.


Oleh: Fitriani, S.Hi.
Staff Pengajar Ma'had Ali-Izzah Deli Serdang
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar