Topswara.com -- Terkait dengan sistem pemerintahan Islam (khilafah), Ulama al-Quds sekaligus Mujaddid dan Mujtahid abad 21 Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan kaum Muslim sulit untuk menggambarkan bagaimana bentuk pemerintahan Islam sebenarnya, kecuali dengan standar sistem pemerintahan demokrasi yang rusak.
"Karena itu sulit sekali bagi seorang Muslim untuk memperoleh gambaran tentang pemerintahan Islam yang mendekati fakta sebenarnya. Sehingga, dapat disimpan dalam benaknya. Anda tidak akan mampu menggambarkan bentuk pemerintah tersebut, kecuali dengan standar sistem demokrasi yang rusak yang anda saksikan yang dipaksakan atas negeri-negri Islam", ungkap Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Kitab Terjemah Daulah Islam, Edisi Mu'tamadah, 1423 H/2002 M, dalam Bab Pendahuluan.
Sebab menurutnya, generasi sekarang belum pernah menyaksikan Daulah Islam yang menerapkan Islam. Begitu pula generasi yang hidup pada akhir masa Daulah Islam (Daulah Utsmaniah) yang telah berhasil diruntuhkan Barat. Generasi saat ini hanya dapat menyaksikan sisa-sisa pemerintahan Islam yang secuil.
"Mereka hanya dapat menyaksikan sisa-sisa negara tersebut dengan secuil sisa-sisa pemerintahan Islam", sesalnya.
Bukan hanya itu, Syekh Taqiyuddin juga mengungkapkan bahwa masih ada yang lebih sulit lagi selain dari menggambarkan bentuk pemerintahan Islam yaitu mengubah pemikiran (umat Islam) yang sudah terbelenggu oleh tsaqafah Barat. Dan tsaqafah tersebut merupakan senjata yang digunakan Barat untuk menikam (melenyapkan) Daulah Islam yang saat ini dipakai oleh kaum Muslim.
Ia rahimahullah mencontohkan sebagian racun yang dijadikan senjata oleh Barat (tsaqafah Barat), yang sengaja dicekokkan kepada kaum Muslim untuk menikam Islam, berupa pemikiran-pemikiran nasionalisme, sekularisme dan ide-ide lain.
"Tsaqafah tersebut merupakan senjata yang digunakan Barat untuk menikam Daulah Islam dengan tikaman yang luar biasa, hingga mematikannya", lanjut Syekh Taqi.
Lalu Barat memberikan senjata itu kepada generasi Muslim tersebut, yang diibaratkan oleh Syekh Taqiyuddin, Daulah Islam adalah seumpama seorang ibu yang menjaga anak-anaknya (umat Islam) yang telah dilenyapkan oleh kafir Barat. Dan dalam kondisi senjata tersebut masih meneteskan darah 'ibu' mereka (kaum Muslim) yang baru saja dibunuh. Mereka (Barat) sambil berkata dengan sombong, "Sungguh aku telah membunuh ibu kalian yang lemah itu, yang memang layak dibunuh karena perawatan yang buruk terhadap kalian. Aku janjikan kepada kalian perawatan yang akan membuat kalian bisa merasakan kehidupan bahagia dan kenikmatan yang nyata," paparnya.
"Kemudian generasi Islam tersebut mengeluarkan tangannya untuk bersalaman dengan si pembunuh. Padahal, senjata sang pembunuh tersebut masih berlumuran darah 'ibu' mereka," imbuhnya.
Syekh Taqiyuddin mengilustrasikan lagi perlakuan pembunuh tersebut, seumpama serigala yang membiarkan mangsanya (kaum Muslim) lari, lalu dikejar lagi agar dapat ditangkap dan dimangsa.
"Mangsanya itu tidak akan bangun lagi, kecuali diterkam kembali hingga darahnya mengucur atau dibanting ke dalam jurang kemudian serigala itu memangsanya", lanjutnya
Syekh Taqiyuddin menyayangkan, kaum Muslim telah lupa tentang bahaya tsaqofah ini. Mereka memang memerangi penjajah, tetapi pada saat yang sama mereka pun mengambil tsaqafahnya. Padahal, tsaqafah itulah yang menyebabkan terjajahnya mereka sekaligus terkonsentrasikannya penjajahan di negeri-negeri kaum Muslim.
Selanjutnya, generasi Muslim tadi menyaksikan berbagai pertentangan, rendah, hina, dan menjijikkan ketika mereka menerapkan tsaqafah Barat. Mereka mencoba mengelabui dengan membalikkan punggung mereka dari Asing (Barat), dengan mengeklaim bahwa hal tersebut untuk memerangi Barat. Namun, di saat yang sama mereka mengulurkan tangan mereka kepada Barat dari arah belakang dengan maksud untuk mengambil racun-racun yang mematikan tadi, lalu menelannya.
"Akibatnya mereka jatuh tersungkur di hadapannya dalam keadaan binasa. Orang-orang bodoh menyangka mereka adalah para syuhada yang gugur di medan perang. Padahal mereka hanyalah petarung yang lupa dan sesat," katanya.
Karena itu, Syekh Taqi membuat pernyataan dalam bentuk pertanyaan kepada kaum Muslim. "Bagaimana mungkin orang-orang yang benaknya telah terbelenggu tersebut dapat mengetahui bahwa senjata beracun yang pernah dipakai untuk mengakhiri Daulah Islam milik mereka itu adalah senjata yang sama yang dapat menghabisi, selama mereka berpegang teguh kepadanya, kehidupan dan institusi mereka?", retorisnya.
"Apa sebetulnya yang mereka kehendaki? Apakah mereka menghendaki negara yang tidak berdasarkan Islam? Ataukah menginginkan banyaknya negara di negeri-negeri Islam?" lanjutnya.
Syekh Taqiyuddin menjelaskan, sejak kekuasaan beralih kepada Barat, mereka telah memberikan banyak negara bagi kaum Muslim untuk menuntaskan makarnya dalam menjauhkan Islam dari pemerintahan. Memecah belah negeri-negeri Muslim serta membius umat Islam dengan sikap phobia terhadap kekuasaan.
"Setiap saat Barat selalu memberi umat Islam negara baru untuk semakin menyesatkan dan menambah perpecahan. Barat, selalu siap memberi kaum Muslim lebih banyak lagi negara, selama kaum Muslim setia dan masih mengusung ideologi dan pemahaman Barat," ungkapnya.
Menurut, persoalannya bukanlah mendirikan banyak negara, melainkan membangun negara yang satu di seluruh dunia Islam. Juga bukan persoalan mendirikan negara sembarang negara. Dan bukan pula membangun sebuah negara yang diberikan sebutan Islam, tetapi berhukum dengan hukum selain yang diturunkan Allah. Bukan juga mendirikan sebuah negara yang dinamakan Islam dan hukum dengan undang-undang Islam saja tanpa mengemban Islam sebagai kepemimpinan ideologi (qiyadah fikriyah).
"Sekali lagi persoalannya bukan mendirikan sebuah negara semacam itu, melainkan membangun sebuah negara yang akan dapat melanjutkan kehidupan Islami yang terpancar dari akidah sekaligus menerapkan Islam di tengah-tengah masyarakat, setelah terlebih dahulu Islam masuk ke dalam jiwa, mantap di dalam akal serta mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia", tutupnya.[] Fadhilah Fitri
0 Komentar